32.1 C
Jakarta

Kemandirian Kedele

Baca Juga:

Saat perang dagang Tiongkok dan Amerika Serikat, telah membuat pincang akibat luka di kaki perdagangan Amerika. Luka torehan Tiongkok yang dilancarkan sebagai balasan luka kecil di tangan Tiongkok itu, tentu membuat AS agak kesakitan.

Perang dagang itu sendiri sudah berlangsung sejak tahun lalu, dan negosiasi terhenti sejak Mei lalu, ketika masing-masing pihak keukeh nggak mau ngomong.

Ekspor Tiongkok ke Amerika sendiri tentu turun. Akibat perang dagang sejak setahun lalu itu. Turunnya hanya turun 4 persen dalam kurun Januari-Juni 2019. Namun, coba lihat apa yang dilakukan Tiongkok. Impor Tiongkok dari Amerika turun 30 persen. Angka ini tentu jauh lebih besar.

Jadi luka yang diakibatkan oleh torehan Tiongkok, menjadi luka yang mengeluarkan darah kedelai, sorgum, jagung dan daging babi. Produk pertanian yang menjadi andalan ekspor Amerika.

Dalam kondisi seperti ini, tentu Amerika akan mencari-cari pasar lain. Salah satunya tentu negeri tercinta ini.

Impor Kedele

Akhir tahun lalu, diperkirakan permintaan kedelai oleh Indonesia dari Amerika Serikat  pada 2019 naik hingga 3% dari tahun ini.

Prediksi peningkatan itu, diakui Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syariffuddin, pertumbuhan konsumsi tahu dan tempe akan tumbuh sekitar 3% pada tahun 2019. Salah satu penyebabnya, ada konsumsi produk kedele yang meningkat akibat adanya momentum pemilihan umum.

Ia memang tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana korelasi, atau kok bisa berkesimpulan seperti ini. Namun, yang diyakininya adalah ada peningkatan kebutuhan. Sementara, stok di AS berlimpah, mengingat akibat perang dagang AS dan Tiongkok, ekspor kedele kesana ditutup.

Namun menariknya, Aip mengatakan bahwa stok kedele dalam negeri memang tidak mencukupi. Bukan hanya itu, per kilogram kedele lokal hanya mengembang jadi 1,4 kg, jauh lebih rendah dari kedele impor AS yang bisa mengembang jadi 1,8 kg.

Indonesia sendiri merupakan pasar ekspor pertanian AS ke-9 pada 2017, dengan nilai total US$2,9 miliar. Gandum dan kedelai merupakan sejumlah komoditas yang diekspor AS ke Tanah Air.

Data yang dikeluarkan Departemen Pertanian AS (USDA), dalam periode Oktober 2018—Oktober 2019, produksi kedelai lokal diprediksi stagnan di kisaran 520.000 ton. Pada saat yang saama, konsumsi diperkirakan mencapai 3,07 juta ton yang 95% diantaranya untuk kebutuhan sektor pangan. Adapun, kebutuhan full-fat soybean untuk pakan ternak diperkirakan mencapai 170.000 ton. Dengan demikian, impor kedelai diperkirakan mencapai 2,75 juta ton.

Data yang dirilis oleh USDA juga menunjukkan, Indonesia merupakan pasar ekspor pertanian AS ke-9 pada 2017, dengan nilai total US$2,9 miliar. Gandum dan kedelai merupakan sejumlah komoditas yang di ekspor AS ke Indonesia.

Dengan mengingat perang dagang AS dan Tiongkok, dan keinginan untuk ketahanan pangan dan kemandirian bangsa, pada saat ini sangat logis jika menggalakkan penanaman kedele. Disatu sisi bukan hanya untuk menggantikan impor kedele yang selama ini dipasok dari AS, tetapi juga membuka peluang ekpor ke Tiongkok, mengingat kebutuhan Tiongkok akan kedele yang selama ini dipenuhi dari AS, masih terhenti.

Perang dagang itu, memang perang para raksasa yang berimbas pada sejumlah pelanduk yang selama ini ikut hidup dalam rantai produksi dan distribusi diantara perdagangan AS dan Tiongkok.

Indonesia sebagai pelanduk lain yang cuma bisa melihat dari jauh, sambil melirik peluang tentu harus mau bertindak.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!