26.7 C
Jakarta

Kolaborasi Riset Hayandra Untuk Teknologi Terkini

Modifikasi Stem Cell Untuk Terapi Kanker

Baca Juga:

Kanker merupakan salah 1 dari 3 penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia. Banyak penderita kanker padat, terutama di negara berkembang, terdiagnosis di stadium yang cukup lanjut sehingga harus menjalani terapi yang lebih dari sekedar operasi, namun juga kemoterapi dan radiasi.

Sayangnya, masih terdapat resiko kegagalan terapi, beberapa di antaranya disebabkan resistensi kemoterapi, resistensi radiasi, ataupun kombinasi keduanya. Itulah yang membuat para klinisi dan periset di dunia, masih terus berupaya mencari alternatif terapi yang aman dan efektif bagi para penderita kanker. Salah satu yang paling berkembang saat ini adalah terapi sel dengan memanfaatkan sel dari tubuh pasien sendiri (autologus).

Dr. dr. Karina, SpBP-RE, doktor Ilmu Biomedik yang juga pendiri Yayasan Hayandra Peduli yang menaungi HayandraLab dan Klinik Hayandra, Jakarta, dijumpai usai melakukan pertemuan dengan tim riset dari National University of Singapore (NUS) yang diketuai oleh Prof. Too Heng Phon, PhD, BSc, mengatakan, salah satu terapi terkini dalam bidang terapi sel untuk kanker, menggunakan metode modifikasi stem cell, sudah dikembangkan dengan baik oleh periset negara tetangga.

Alhamdulillah dipercayakan dalam kolaborasi riset dengan HayandraLab dalam perjanjian kerjasama yang berjudul Compassionate Use of Therapeutically Engineered Autologous Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cell for Cancer Prodrug Therapy. Uji ini dilakukan pada penderita kanker yang sudah tidak memiliki modalitas terapi lagi, karena tidak dapat lagi dioperasi, serta resisten terhadap kemoterapi dan radiasi,” ujarnya.

Lebih lanjut Dr. Karina menerangkan, sebagian masyarakat khawatir akan adanya resiko kanker dari terapi stem cell. Namun ternyata, menurutnya, justru stem cell dapat kita modifikasi sehingga mampu menjadi armada pengangkut gen pembunuh kanker, yang akan membawanya mendekati sel-sel kanker secara otomatis.

”Di luar negeri, sebenarnya teknik ini sudah banyak digunakan. Hanya saja, teknik yang saat ini kami ujikan lebih aman karena modifikasi dari stem cell ini sama sekali tidak menggunakan virus, dan menggunakan stem cell murni dari tubuh pasien sendiri,” ujarnya.

Dengan dimulainya kolaborasi ini, ditambahkan oleh Dr. Karina, mereka sangat berharap, riset ini akan berbuah satu lagi modalitas terapi kanker, sebagai pelengkap terapi standar yang sudah ada sebelumnya.

”Tugas kami sebagai tim periset adalah mencari terapi yang aman dan efektif bagi pasien. Dan semoga hasil kolaborasi ini diakui tidak hanya di Asia, tapi juga di dunia internasional,” tutup Dr Karina.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!