26.2 C
Jakarta

Komitmen yang Tak Berakhir di Tanah Suci Menjaga Haji Mabrur

Baca Juga:

Kementerian Agama berkomitmen menyelenggarakan haji yang aman dan nyaman. Tapi sejatinya, haji mabrur bukan hanya soal ritual melainkan komitmen perubahan sepanjang hidup.

Oleh Amirsyah Tambunan, Sekjen MUI, Anggota Amirul Hajj 2025

MAKKAH, MENARA62.COM – Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar menegaskan komitmennya untuk menyelenggarakan ibadah haji yang aman, nyaman, dan bermakna bagi seluruh jamaah Indonesia.

Dalam konferensi pers keberangkatan Amirul Hajj di Jakarta (29/5/2025), Menag menyatakan bahwa pemberangkatan jamaah haji sudah memasuki tahap akhir dengan persiapan matang.

“Dengan segala daya dan upaya, kami memastikan penyelenggaraan ibadah haji berjalan aman, baik dalam perjalanan maupun pelaksanaan. Tujuannya, agar jamaah haji dapat menikmati seluruh proses menuju haji mabrur sepanjang umur,” ujar Nasaruddin.

Pernyataan ini bukan hanya sekadar laporan teknis, melainkan juga pengingat: ibadah haji bukan sekadar ritual perjalanan fisik ke Tanah Suci, tetapi perjalanan spiritual yang menuntut kesiapan mental, pemahaman, dan niat yang benar.

Haji Mabrur: Ibadah yang Membekas

Rasulullah Saw. bersabda:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

“Tidak ada balasan yang pantas diberikan bagi haji mabrur kecuali surga.” (HR Bukhari)

Haji mabrur bukan hanya soal kesempurnaan pelaksanaan manasik, tetapi soal diterimanya ibadah itu oleh Allah Swt. Ibadah yang benar secara lahiriah, dilandasi niat yang lurus, dan membekas pada akhlak dan perilaku seseorang setelah kembali ke tanah air.

Profesor Quraish Shihab dalam 1001 Soal Keislaman menegaskan, kemabruran sejatinya tidak hanya soal ritual, tetapi soal makna yang lahir darinya. Ia melahirkan ampunan dosa, pahala yang melimpah, dan hikmah berupa perbaikan diri.

Tiga Kunci Menuju Haji Mabrur

  1. Niat yang Ikhlas

Keberangkatan ke Tanah Suci harus murni untuk memenuhi panggilan Allah Swt., bukan untuk mengejar status sosial atau gelar “haji” di mata masyarakat. Niat ini akan menentukan kualitas ibadah. Mereka yang ikhlas akan dimudahkan, sementara kesulitan yang muncul akan menjadi ujian kesabaran yang mendewasakan.

  1. Pemahaman dan Persiapan yang Benar

Calon jamaah haji perlu membersihkan diri dari takhayul, bidah, dan khurafat yang tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an dan hadis. Persiapan fisik dan mental, termasuk memahami syarat, rukun, kewajiban, dan larangan dalam ibadah haji, harus benar-benar diperhatikan. Jangan sibuk mengejar amalan sunah tetapi lalai terhadap yang wajib.

  1. Komitmen Menjaga Dampak Positif

Haji mabrur bukanlah gelar sekali pakai. Ia harus tercermin dalam perilaku sehari-hari: menjadi pribadi yang lebih jujur, sabar, dermawan, dan peduli. Inilah makna tema yang diusung Kementerian Agama tahun ini: “Haji yang Aman, Nyaman, dan Mabrur Sepanjang Umur”—bukan hanya selama di Makkah dan Madinah, tetapi seterusnya, sampai akhir hayat.

Doa dan Harapan untuk Bangsa

Saat ini, rombongan Amirul Hajj yang dipimpin Menag telah tiba di Jeddah, Arab Saudi (30/5/2025). Salah satu anggota Amirul Hajj, Amirsyah, menyampaikan harapan agar bangsa Indonesia senantiasa aman dan damai, sehingga kemaslahatan umat dapat terus terwujud.

Penyelenggaraan haji bukan semata urusan kementerian atau jamaah, tetapi cermin kesungguhan seluruh bangsa dalam menjaga marwah ibadah. Mari kita doakan para jamaah kita selamat, lancar, dan pulang membawa predikat mabrur, serta kita yang di tanah air terinspirasi untuk memperbaiki diri.

Sebab, sejatinya, haji mabrur adalah haji yang bukan hanya mengubah pribadi, tetapi juga menebar kebaikan untuk keluarga, masyarakat, dan bangsa.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!