26.7 C
Jakarta

Kunci Keberhasilan Kepemimpinan Partisipatif di Indonesia

Baca Juga:

Jakarta, Menara62.com Gaya kepemimpinan dimaknai sebagai suatu perilaku yang dirancang dalam upaya mengintegrasikan visi pimpinan dengan objective organisasi mencakup dalam hal sikap, gerakan, tingkah laku, wewenang, kekuatan dan kapasitas berbuat baik (Kartono, 2018).

Seorang pemimpin harus memiliki cara untuk dapat mempengaruhi orang lain agar mau melaksanakan apa yang diperintahkannya. Selain itu, seorang pemimpin juga merupakan seorang leader yang berfungsi melakukan hubungan interpersonal dengan bawahannya supaya bekerja sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing.

Gaya kepemimpinan partisipatif adalah dengan melibatkan anggota tim dalam pengambilan keputusan terutama jika diperlukan pemikiran kreatif untuk memecahkan masalah kompleks atau membuat keputusan yang berdampak pada anggota tim (Dessler, 2002).

Gaya kepemimpinan ini menekankan pada tingginya dukungan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Gaya kepemimpinan “partisipatif” dirujuk karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian sehingga pemimpin dan bawahan dapat saling bertukar ide dalam pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan.

Menurut Yuki (2011) dalam kepemimpinan partisipatif terdapat empat point penting  yaitu :

  1. Mengembangkan dan mempertahankan hubungan
  2. Memperoleh dan member informasi
  3. Membuat keputusan
  4. Mempengaruhi orang.

Kepemimpinan partisipatif dapat membuat kreatifitas bawahan terdorong terutama dalam upaya pemecahan masalah. Menurut Cleverism (2020) menyatakan bahwa pemimpin partisipatif idelanya harus memiliki karakteristik serta ketrampilan, antara lain :

  • Approachable: Gaya kepemimpinan ini tidak akan efektif jika pemimpinnya “dingin” atau agresif. Anggota tim justru akan segan untuk bekerja sama dengannya, apalagi ketika harus berdiskusi.
  • Komunikatif: Pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan baik, serta jelas dan gamblang agar tidak menimbulkan kebingungan. Keterampilan komunikasi juga termasuk kemampuan untuk mendengarkan.
  • Bijaksana: Pemimpin harus memiliki empati yang tinggi karena akan berhubungan erat dengan timnya, yang mungkin mencakup semua jenis karakter berbeda. Empati membantu menciptakan lingkungan terbuka yang mendorong kolaborasi.
  • Open-minded: Pemimpin harus dapat menerima saran, masukan, konsep, dan ide berbeda dengan pandangan yang objektif dan tidak memihak, bahkan jika itu bertentangan dengan apa yang benar dan seharusnya dilakukan. Jika pemimpin tidak bisa menyingkirkan bias, diskusi akan berjalan alot.
  • Kompeten: Tidak mudah menjadi pemimpin yang harus menampung beragam jenis ide. Mungkin juga akan sulit untuk menjaga diskusi tidak keluar jalur karena semuanya boleh “berbicara”. Itu kenapa seorang pemimpin partisipatif haruslah kompeten dan cerdas dalam mengendalikan dan memfasilitasi diskusi, serta dalam cara mereka mendekati dan memanfaatkan ide-ide dari anggota.

Menurut (Habi et al., 2022) kepemimpinan partisipatif berpengaruh positif terhadap kinerja sebesar 55,4 % sementara 44,6 % dipengaruhi oleh faktor lain seperti lingkungan kerja, budaya organisasi dan lain-lain. Hasil ini serupa dengan hasil dari penelitian Hasibuan (2014) bahwa kepemimpinan partisipatif berkekuatan untuk memotivasi bawahannya dengan cara meningkatka motivasi kerja dengan cara yang persuasive sehingga tercipta kerjasama yang serasi antara pemimpin dan bawahan, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahan. Sedangkan menurut (Prasetyo, 2022) dalam penelitiannya menyatakan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif menjadi azas fundamental pimpinan dalam pelaksanaaan sistem pendidikan. Efektivitas implementasi gaya kepemimpian partisipatif mengacu pada beberapa aspek yaitu (1) proses pengambilan keputusan, (2) proses penanganan konflik, (3) strategi komunikasi dalam membentuk lingkungan yang positif. Gaya kepemimpinan ini sangat direkomendasikan dalam kepemimpinan di dunia pendidikan. Karakter kepemimpinan partisipatif merupakan gaya kepemimpinan yang melihat bahwa tiap-tiap individu memiliki kemampuan dan kekuasaan yang setara dalam proses pengambilan keputusan bersama, hal ini terlepas dari posisi individu tersebut dalam organisasi.

Pemilihan presiden 2024 merupakan moment yang krusial bagi bangsa Indonesia, dimana dibawah kepemimpinan presiden saat ini banyak sekali perubahan yang telah terjadi dan mempengaruhi kondisi baik sosial, ekonomi dan politik. Sehingga pemilu 2024 seolah menjadi secercah harapan bagi masyarakat untuk dapat memperbaiki kondisi-kondisi dan isu sosial yang ada saat ini. Gaya kepemimpinan partisipatif tentunya sangat diharapkan dapat diterapkan kedepannya sehingga pengambilan-pengambilan keputusan dapat lebih adil dan merata bagi seluruh masyarakat.

Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dibahas mengenai sepak terjang Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden yang dapat menjadi contoh dalam keberhasilan kepemimpinan partisipatif di Indonesia. kemudian menganalisis langkah-langkah yang telah dilakukan Anies Baswedan sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta untuk mencapai keberhasilan kepemimpinan partisipatif di tingkat lokal. Dalam penelitian ini juga akan di eksplorasi faktor-faktor yang mendukung keberhasilan kepemimpinan partisipatif di Indonesia, termasuk faktor budaya, struktural, dan politik. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan Systematic Literature Review (SLR) dari beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik ini.

Pembahasan

Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia menjadi topik yang hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Salah satu pendekatan kepemimpinan yang menjadi sorotan adalah kepemimpinan partisipatif. Kepemimpinan partisipatif merupakan gaya kepemimpinan yang melibatkan partisipasi aktif dan pengambilan keputusan bersama antara pemimpin dan anggota kelompok atau organisasi. Dalam konteks pemilihan presiden, kepemimpinan partisipatif dianggap memiliki potensi untuk menjadi kunci keberhasilan bagi calon presiden yang ingin meraih dukungan masyarakat. Anies Baswedan, yang dikenal sebagai Gubernur DKI Jakarta yang mengusung prinsip-prinsip kepemimpinan partisipatif, menjadi perhatian sebagai bakal calon presiden pada Pemilihan Presiden 2024. Dalam pembahasan ini, akan ditilik sepak terjang Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden dan bagaimana kepemimpinan partisipatif dapat menjadi faktor kunci keberhasilan dalam konteks pemilihan presiden di Indonesia.

Kunci keberhasilan kepemimpinan partisipatif di Indonesia terutama dibidang politik menjelang pemilihan presiden 2024 meliputi:

  1. Keterbukaan: Memastikan bahwa kepemimpinan adalah terbuka terhadap masukan, saran, dan kritik dari semua pihak. Hal ini dapat menciptakan kepercayaan dan partisipasi aktif dari seluruh stakeholder dalam proses pengambilan keputusan.
  2. Kolaborasi: Mendorong kolaborasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan, termasuk masyarakat, organisasi masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan lainnya. Kolaborasi yang baik dapat membantu mencapai kesepakatan yang lebih baik dan solusi yang lebih efektif.
  3. Transparansi: Memastikan bahwa proses pengambilan keputusan dilakukan secara transparan dan akuntabel. Ini termasuk memberikan informasi yang cukup kepada seluruh stakeholder dan melakukan audit terbuka terhadap kebijakan dan program yang dijalankan.
  4. Pemberdayaan: Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat langsung dalam pengambilan keputusan melalui partisipasi publik, baik melalui forum partisipasi formal atau informal.
  5. Komunikasi: Menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh stakeholder dan memastikan bahwa informasi yang relevan dapat diakses oleh semua pihak. Hal ini dapat membantu membangun kepercayaan dan mendukung partisipasi aktif dari seluruh pihak.

1. Keterbukaan:

Kepemimpinan yang sukses dapat menjadi faktor kunci dalam mencapai tujuan organisasi yang diinginkan. Namun, keterbukaan dapat mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan. Keterbukaan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk terbuka dalam berkomunikasi dengan pengikutnya, termasuk dalam membagikan informasi, menangani kritik, dan mengambil keputusan yang transparan. Dalam artikel ini, akan dibahas teori kepemimpinan keterbukaan, faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan pemimpin, dampak keterbukaan pemimpin terhadap pengikut, strategi keterbukaan dalam kepemimpinan, serta tantangan dalam mempraktikkan keterbukaan dalam kepemimpinan. Dengan memahami pentingnya keterbukaan dalam kepemimpinan, diharapkan para pemimpin dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan mereka dan mencapai tujuan organisasi secara lebih efektif.

Teori kepemimpinan yang menerapkan pada keterbukaan sebagai salah satu kunci kesuksesan kepemimpinan tersebut dikenal dengan nama Openness Theory atau Teori Keterbukaan dan perkenalkan oleh Ian MacGregor Burns di tahun 1978. Menurut Gregor, seorang pemimpin yang keterbukaan cenderung lebih efektif dalam memotivasi pengikutnya untuk mencapai tujuan Bersama dan pemimpin yang keterbukaan juga lebih mudah mendapatkan dukungan serta kerjasama dari para pengikutnya, dikarenakan mereka merasa lebih dihargai dan dipercaya oleh pemimpin. Akan tetapi, penting diingat bahwa keterbukaan bukanlah menjadi satu-satunya faktor yang dapat menentukan suatu kesuksesan kepemimpinan. Terdapat banyak faktor lain yang juga berperan dalam keberhasilan seorang pemimpin, seperti kemampuan berkomunikasi dengan baik, kemampuan mengambil keputusan, emosional, kecerdasan dan lain sebagainya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keterbukaan pemimpin

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan pemimpin dapat meliputi faktor personal dan faktor lingkungan. Faktor personal terdiri dari karakteristik dan sikap pribadi pemimpin, seperti kepercayaan diri, rasa hormat, kejujuran, dan kesediaan untuk mendengarkan pendapat orang lain. Sedangkan faktor lingkungan meliputi budaya organisasi, situasi sosial, dan jenis informasi yang akan dibagikan (Grant & Mayer, 2009).

  1. Dalam faktor personal, karakteristik kepribadian pemimpin memegang peran penting dalam keterbukaan. Seorang pemimpin yang percaya diri akan lebih cenderung terbuka dalam berkomunikasi dengan pengikutnya. Selain itu, rasa hormat terhadap orang lain dapat memotivasi pemimpin untuk mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat orang lain. Sikap kejujuran juga merupakan faktor kunci dalam keterbukaan. Pemimpin yang jujur dan transparan akan lebih mudah membangun kepercayaan dan keterbukaan dengan pengikutnya.
  2. Dalam faktor lingkungan, budaya organisasi yang mendorong keterbukaan dan transparansi akan lebih memudahkan pemimpin untuk terbuka dalam berkomunikasi dengan pengikutnya. Situasi sosial yang mendukung keterbukaan dan mendukung penyebaran informasi yang relevan juga dapat memengaruhi keterbukaan pemimpin. Selain itu, jenis informasi yang akan dibagikan juga merupakan faktor yang penting dalam keterbukaan pemimpin. Pemimpin dapat lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan pengikutnya tentang informasi yang lebih teknis dan spesifik, sementara informasi yang bersifat pribadi atau rahasia harus dipertimbangkan dengan hati-hati sebelum dibagikan.

Dampak Keterbukaan Pemimpin terhadap Pengikut

Keterbukaan pemimpin dapat memberikan dampak yang positif terhadap pengikut dalam beberapa hal, antara lain:

  1. Motivasi pengikut karena keterbukaan pemimpin: Pemimpin yang terbuka cenderung lebih mudah dipercaya dan dihormati oleh pengikutnya. Mereka seringkali lebih memotivasi pengikut untuk berpartisipasi aktif dalam mencapai tujuan bersama. Pengikut akan merasa dihargai dan diakui oleh pemimpin ketika pemimpin mereka terbuka terhadap ide, saran, kritik, dan umpan balik yang diberikan oleh pengikutnya.
  2. Kepercayaan dan dukungan pengikut terhadap pemimpin: Keterbukaan pemimpin dapat meningkatkan kepercayaan dan dukungan pengikut terhadap pemimpin. Pengikut akan merasa lebih nyaman dan aman dalam berkomunikasi dengan pemimpin yang terbuka, sehingga memperkuat ikatan antara pemimpin dan pengikut. Dalam jangka panjang, keterbukaan pemimpin dapat meningkatkan kredibilitas dan reputasi pemimpin di mata pengikutnya.
  3. Partisipasi pengikut dalam proses pengambilan keputusan: Keterbukaan pemimpin dapat meningkatkan partisipasi pengikut dalam proses pengambilan keputusan. Ketika pemimpin terbuka terhadap saran, ide, dan umpan balik dari pengikutnya, maka pengikut akan merasa lebih termotivasi dan termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini juga dapat membantu dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan demokratis, di mana keputusan dibuat berdasarkan masukan dan perspektif dari berbagai pihak.

Dalam rangka memperkuat kepercayaan dan dukungan pengikut terhadap pemimpin, pemimpin perlu berusaha untuk selalu terbuka dan transparan dalam komunikasi dengan pengikutnya. Selain itu, pemimpin juga perlu memberikan ruang bagi pengikut untuk memberikan masukan, ide, dan saran, serta menunjukkan bahwa mereka menghargai dan menghormati kontribusi pengikut dalam mencapai tujuan Bersama (Grant & Mayer, 2009).

Strategi Keterbukaan dalam Kepemimpinan

Strategi keterbukaan dalam kepemimpinan adalah cara-cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin untuk menunjukkan transparansi dan kejujuran dalam interaksi dengan pengikutnya. Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh pemimpin untuk meningkatkan keterbukaannya antara lain:

  1. Meningkatkan komunikasi dengan pengikut: Pemimpin dapat meningkatkan keterbukaannya dengan meningkatkan komunikasi dengan pengikutnya. Pemimpin yang sering berkomunikasi dengan pengikutnya dapat membuka peluang untuk pengikut memberikan umpan balik, kritik, serta saran yang dapat membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan. Pemimpin dapat menggunakan berbagai saluran komunikasi, seperti rapat, pertemuan individual, atau media sosial, untuk meningkatkan interaksi dengan pengikutnya (Huhtala & Mauno 2015)..
  2. Menjaga transparansi dalam pengambilan keputusan: Pemimpin dapat menunjukkan keterbukaannya dengan menjaga transparansi dalam pengambilan keputusan. Pemimpin harus memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara terbuka dan adil, serta memberikan informasi yang jelas dan transparan kepada pengikut tentang alasan di balik keputusan tersebut. Pemimpin juga harus menghindari praktik-praktik yang tidak transparan, seperti mengambil keputusan secara diam-diam atau memberikan informasi yang hanya bersifat sebagian kepada pengikut (Huhtala & Mauno 2015).
  3. Mempertimbangkan umpan balik dari pengikut: Pemimpin dapat menunjukkan keterbukaannya dengan mempertimbangkan umpan balik dari pengikutnya. Pemimpin harus membuka ruang untuk pengikut memberikan umpan balik yang konstruktif dan jujur tentang kinerja pemimpin, serta memberikan respon yang positif dan terbuka terhadap umpan balik tersebut. Dalam mempertimbangkan umpan balik dari pengikut, pemimpin juga harus mengambil tindakan yang sesuai dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang telah diidentifikasi (Huhtala & Mauno 2015).

Tantangan dalam menerapkan keterbukaan dalam kepemimpinan

Dalam praktiknya, terdapat beberapa Tantangan dalam penerapan pada sebuah kepemimpinan keterbukaan, antara lain ketidaknyamanan dalam membagikan informasi, potensi kehilangan kendali atas situasi, dan risiko keamanan dan kerahasiaan (Martin & Sims 1956). Saat seorang pemimpin berusaha untuk menjadi lebih terbuka dengan pengikutnya, mereka mungkin merasa tidak nyaman untuk membagikan informasi yang sebelumnya dianggap rahasia atau pribadi. Hal ini dapat disebabkan oleh kekhawatiran bahwa pengikut tidak akan menerima informasi tersebut dengan baik, atau bahkan dapat memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Pemimpin juga mungkin merasa tidak nyaman karena terbuka tentang kelemahan atau kegagalan mereka, yang dapat membahayakan citra mereka di mata pengikut.

 Selain itu, ketika pemimpin menjadi lebih terbuka, mereka dapat kehilangan kendali atas situasi. Informasi yang sebelumnya dikendalikan dan diatur dengan cermat sekarang mungkin tersebar di seluruh organisasi, dan pengikut dapat memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Hal ini dapat memperumit situasi dan mengancam stabilitas organisasi.

 Terakhir, ada risiko keamanan dan kerahasiaan yang harus dipertimbangkan ketika seorang pemimpin memutuskan untuk menjadi lebih terbuka. Informasi sensitif atau rahasia yang tidak dipelihara dengan baik dapat membahayakan keamanan organisasi dan pengikut. Pemimpin juga perlu memperhatikan bahwa pengikut mungkin memanfaatkan informasi yang mereka dapatkan untuk kepentingan mereka sendiri, seperti memberikan informasi rahasia kepada pesaing atau mempublikasikan informasi yang seharusnya tidak diketahui publik.

 Keterbukaan ala Anis Baswedan

Sebagai contoh penerapan kepemimpinan keterbukaan, Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta saat ini, telah melakukan berbagai strategi yang mendukung keterbukaan antara pemimpin dan pengikutnya. Salah satunya adalah dengan meningkatkan komunikasi melalui media sosial dan forum tatap muka dengan masyarakat, serta mempertimbangkan umpan balik dari warga dalam pengambilan keputusan. Selain itu, Anies Baswedan juga menjaga transparansi dalam pengambilan keputusan dengan mempublikasikan data dan laporan keuangan pemerintah DKI Jakarta di situs web resmi pemerintah, serta melakukan diskusi terbuka dengan masyarakat untuk membahas kebijakan-kebijakan penting (Prasetyo, 2019).

Anies Baswedan dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang menekankan pada keterbukaan dan transparansi. Hal ini terlihat dari kesediaannya untuk berkomunikasi dengan publik serta upayanya untuk menjaga transparansi dalam proses pengambilan keputusan. Dalam hal dampak gaya kepemimpinannya pada pengikut, keterbukaan Anis Baswedan telah menghasilkan motivasi dan kepercayaan yang lebih tinggi dari pengikutnya. Kesediaannya untuk mendengarkan umpan balik dan melibatkan pengikutnya dalam proses pengambilan keputusan juga telah meningkatkan partisipasi dan keterlibatan pengikutnya (Aulia & Fauzi 2019).

Adapun strategi yang Anis Baswedan gunakan untuk menerapkan keterbukaan dalam kepemimpinannya antara lain memperbaiki komunikasi dengan pengikut, menjaga transparansi dalam proses pengambilan keputusan, dan mempertimbangkan umpan balik dari pengikut. Meskipun terdapat manfaat dari keterbukaan dalam kepemimpinan, Anis Baswedan tetap menghadapi tantangan. Tantangan tersebut antara lain ketidaknyamanan dalam berbagi informasi, potensi kehilangan kendali atas situasi, serta risiko keamanan dan kerahasiaan (Hidayat, 2019). Namun, Anis Baswedan telah menunjukkan komitmen untuk mengatasi tantangan ini dan menerapkan keterbukaan dalam kepemimpinannya.

  1. Kolaborasi:

Kolaborasi adalah sebuah proses di mana dua orang atau lebih, atau kelompok, bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama dengan menggabungkan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan sumber daya yang dimiliki. Kolaborasi menjadi komponen penting dalam kepemimpinan partisipatif karena memungkinkan para pemimpin untuk bekerjasama dengan anggota tim mereka, mengakui bahwa setiap orang memiliki kontribusi yang bernilai dan penting dalam mencapai tujuan organisasi.

Berikut adalah beberapa langkah-langkah dalam melakukan kolaborasi dalam kepemimpinan partisipatif:

Klarifikasi tujuan dan misi organisasi: Pemimpin harus memastikan bahwa semua orang memahami dan memiliki tujuan dan misi yang sama dalam organisasi. Ini akan memudahkan dalam merencanakan tindakan kolaboratif.

Pemimpin harus mengenali dan menjelaskan tugas dan tanggung jawab: setiap anggota tim untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan begitu, akan mengurangi kerancuan dan konflik dalam kerjasama tim.

Merencanakan tindakan: Seorang pemimpin dan timnya harus merancang rencana kerja yang menggambarkan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai tujuan organisasi, termasuk peran serta kontribusi masing-masing anggota tim serta sumber daya yang diperlukan guna mencapai tujuan tersebut.

Berkomunikasi secara efektif: Komunikasi yang jelas dan terbuka sangat penting dalam kolaborasi. Pemimpin harus memastikan bahwa setiap anggota tim merasa didengar dan dihargai, dan bahwa semua masalah atau hambatan yang muncul dihadapi bersama-sama.

Menghargai perbedaan: Kolaborasi dalam kepemimpinan partisipatif memerlukan pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan dalam pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan antara anggota tim. Ini membantu dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan mengurangi potensi konflik.

Evaluasi dan umpan balik: Setelah tindakan kolaboratif dilakukan, pemimpin dan timnya harus mengevaluasi hasilnya dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Ini memungkinkan tim untuk memperbaiki dan memperbaiki kinerja mereka di masa depan.

Dengan melakukan langkah-langkah ini, kolaborasi dalam kepemimpinan partisipatif dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, produktif, dan efektif dalam mencapai tujuan organisasi.

Berbicara kolaborasi, tentu kita bisa mendefinisikan terlebih dahulu apa itu kolaborasi menurut beberapa ahli, antara lain:

Teori Kolaborasi Social Learning (1977) – Albert Bandura

Bandura berpendapat bahwa kolaborasi adalah bentuk pembelajaran sosial yang melibatkan kerjasama antara individu dalam mencapai tujuan bersama. Dalam proses ini, individu saling memengaruhi satu sama lain melalui pengamatan dan interaksi sosial.

Teori Collaborative Intelligence (1994) – J. Richard Hackman

Hackman menyatakan bahwa kolaborasi adalah suatu bentuk kerja sama tim yang berhasil dan efisien untuk mencapai tujuan bersama. Ini dicapai dengan menggabungkan keahlian dan pengetahuan yang beragam dari setiap anggota tim.

Teori Situated Learning (1991) – Jean Lave dan Etienne Wenger

Menurut Lave dan Wenger, kolaborasi adalah proses di mana individu-individu saling berbagi pengetahuan dan keterampilan dalam konteks tertentu. Kolaborasi ini terjadi dalam suatu komunitas yang memiliki budaya, nilai, dan praktik-praktik yang sama.

Teori Cooperative Learning (1960s) – Elliot Aronson dan Robert Slavin

Berdasarkan pendapat Aronson dan Slavin, kolaborasi merupakan suatu cara belajar yang melibatkan interaksi sosial antara anggota kelompok yang memiliki tujuan belajar yang sama. Dalam proses ini, setiap anggota kelompok memiliki kewajiban untuk saling membantu mencapai tujuan tersebut.

Teori Collaborative Problem Solving (1994) – David Johnson dan Roger Johnson

Menurut Johnson dan Johnson, kolaborasi merupakan suatu proses di mana individu bekerja bersama untuk mengatasi masalah yang rumit. Dalam proses ini, setiap anggota kelompok memiliki peran dan tanggung jawab yang jelas dalam mencari solusi untuk masalah tersebut.

Terkait salah satu aspek dari kunci keberhasilan kepemimpinan partisipatif di Indonesia pada Pemilihan Presiden 2024 dari sisi kolaborasi, maka penulis mengambil literarature dari okezone  terkait dengan langka kolaborasi yang dilakukan.

Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) mengumumkan bahwa pintu mereka terbuka lebar bagi partai politik yang masih bingung dalam menentukan arah politiknya untuk Pilpres 2024 mendatang. KPP adalah koalisi pertama yang memenuhi persyaratan ambang batas untuk mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Menurut Syahrial, anggota Partai Demokrat, KPP memberikan pelajaran politik bahwa pemimpin yang akan datang bisa lahir melalui musyawarah dan atas kehendak rakyat, bukan karena keinginan untuk berkuasa atau sekadar ingin menang.

KPP segera merencanakan strategi kemenangan untuk Anies Baswedan di Pilpres 2024 dan deklarasi calon presiden dan calon wakil presiden. Relawan Perubahan menyambut baik penandatanganan piagam deklarasi Koalisi Perubahan untuk Persatuan oleh PKS, Demokrat, dan NasDem.

Juru Bicara Relawan Perubahan, Indra Kusumah menilai piagam deklarasi sebagai titik awal perubahan dan semakin memastikan pencalonan Anies Baswedan dalam Pilpres 2024. Perubahan tidak bisa dihentikan dan ini menjadi awal dari perubahan yang siap diwujudkan.

Menurut Indra, setiap keputusan yang diambil dalam Koalisi Perubahan menunjukkan keseriusan tiga partai pendukung untuk mengakhiri spekulasi publik tentang kepastian Koalisi Perubahan. Piagam deklarasi menjadi dasar yang kuat untuk politik yang sehat dan berprinsip.

Ia mengajak seluruh Relawan Perubahan untuk terus bergerak dan berkomunikasi dengan masyarakat luas, serta berharap elemen masyarakat lain dapat bergabung dalam mendukung Anies Baswedan. Perubahan lahir dari tekad kuat untuk memperbaiki keadaan demi kemaslahatan bersama. Dengan mendukung Anies, kita berjuang agar demokrasi di Indonesia memiliki aliran kepemimpinan yang bergantian. Semoga elemen masyarakat pendukung perubahan dapat bersatu dalam kolaborasi perjuangan.

Dengan adanya KPP yang membuka pintu lebar bagi partai politik yang masih bingung dalam menentukan arah politiknya untuk Pilpres 2024, diharapkan akan tercipta suasana politik yang lebih sehat dan berprinsip, di mana pemimpin lahir bukan hanya karena keinginan berkuasa atau ingin menang, tetapi atas kehendak rakyat.

Dalam hal ini penulis melihat bahwa Anies Baswedan dengan partai pengusungnya berusaha untuk membuat pintu kolaborasi yang terbuka bagi partai-partai lain yang masih kebingungan untuk mengusung pasangan calon presidennya, sehingga kedepannya, bisa jadi partai pengusung Anies Baswedan untuk melenggang ke Istana Negara dan menjadi RI 1 akan bertambah dengan bergabungnya partai lain yang memiliki kesamaan sikap politik.

Kolaborasi tiga partai saat ini dan tentunya penambahan partai lain kedepannya, tentu ini merupakan bentuk kolaborasi nyata yang dilakukan oleh Anies Baswedan dan partai pengusung dalam memuluskan jalannya untuk bisa memperoleh suara sebanyak-banyak dan mengalahkan kandidat lainnya dalam Pilpres 2024 mendatang.

Kolaborasi yang dilakukan Anies Baswedan dengan tiga partai pengusung utama saat ini yaitu Partai Nasional Demokrat, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera, merupakan salah satu point dari beberapa point yang menentukan/kunci Keberhasilan Kepemimpinan Partisipatif di Indonesia pada Pemilihan Presiden 2024 selain dari keterbukaan, transparansi, pemberdayaan, dan komunikasi.

Koalisi merupakan bentuk nyata dari kolaborasi yang dilakukan oleh para partai pengusung Anies Baswedan dalam mengantarkan Anies Baswedan sebagai RI 1 nantinya di kontestasi Pilpres 2024.  Namun selain bentuk koalisi formal dari gabungan partai, ada banyak koalisi yang dilakukan Anies Baswedan untuk membentuk citranya sebagai pemimpin yang kolaboratif, dimana partisipasi publik dilakukan, dengan menggandeng banyak lini seperti media, lembaga swadaya masyarakat, maupun tokoh-tokoh keagamaan.

  1. Transparansi:

Transparansi dalam pengambilan keputusan merupakan prinsip yang sangat penting dalam kepemimpinan partisipatif. Kepemimpinan partisipatif adalah suatu pendekatan kepemimpinan di mana pemimpin melibatkan para anggotanya dalam proses pengambilan keputusan, sehingga tercipta kerjasama, partisipasi aktif, dan pemahaman bersama dalam setiap langkah yang diambil. Dalam konteks ini, transparansi menjadi landasan yang sangat penting, karena memastikan bahwa proses pengambilan keputusan dilakukan secara jujur, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh stakeholder yang terlibat.

Salah satu alasan mengapa transparansi penting dalam pengambilan keputusan dalam kepemimpinan partisipatif adalah untuk membangun kepercayaan. Ketika pemimpin dan anggota tim bekerja sama dalam proses pengambilan keputusan yang transparan, di mana informasi dan data yang relevan dikomunikasikan dengan jujur, kepercayaan antara anggota tim dan pemimpin akan tumbuh. Anggota tim akan merasa dihargai dan diberdayakan, karena mereka merasa diberikan kesempatan untuk berkontribusi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, transparansi juga dapat mengurangi potensi konflik dan spekulasi yang dapat muncul akibat kurangnya informasi yang cukup, karena semua anggota tim memiliki pemahaman yang sama tentang dasar-dasar pengambilan keputusan yang dilakukan.

Transparansi dalam pengambilan keputusan juga penting untuk memastikan akuntabilitas. Dalam kepemimpinan partisipatif, pemimpin dan anggota tim bertanggung jawab satu sama lain atas keputusan yang diambil. Dengan transparansi, setiap anggota tim dapat memahami secara jelas bagaimana dan mengapa suatu keputusan diambil, serta apa konsekuensinya. Hal ini membuat setiap anggota tim memiliki tanggung jawab untuk menjalankan keputusan tersebut dengan penuh kesadaran, karena mereka mengetahui dan memahami dasar-dasar pengambilan keputusan yang telah diputuskan secara transparan.

Selain itu, transparansi dalam pengambilan keputusan dalam kepemimpinan partisipatif juga dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil. Dengan melibatkan berbagai perspektif dan pandangan dari anggota tim yang beragam, proses pengambilan keputusan dapat menjadi lebih holistik dan komprehensif.

Keberagaman pemikiran dan pendekatan dalam proses pengambilan keputusan dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik, karena mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan meminimalkan bias pemimpin tunggal. Dalam konteks ini, transparansi menjadi kunci, karena memungkinkan setiap anggota tim untuk berbagi pendapat, ide, dan masukan secara terbuka, tanpa adanya penilaian atau hambatan yang dapat menghambat partisipasi aktif anggota tim.

Ada beberapa buku yang membahas teori tentang pentingnya transparansi dalam kepemimpinan partisipatif. Salah satunya adalah buku “The Practice of Adaptive Leadership: Tools and Tactics for Changing Your Organization and the World” yang ditulis oleh Ronald Heifetz, Alexander Grashow, dan Marty Linsky.

Dalam buku tersebut, para pengarang membahas tentang pentingnya kepemimpinan partisipatif yang transparan dan akuntabel. Mereka menjelaskan bahwa kepemimpinan partisipatif memerlukan keberanian untuk membangun kepercayaan dengan transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan.

Pengarang juga menekankan bahwa transparansi adalah kunci dalam membangun kepercayaan dan hubungan yang kuat antara pemimpin dan masyarakat. Ketika seorang pemimpin melakukan keputusan secara transparan dan akuntabel, maka hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan dan legitimasi pemerintah di mata masyarakat.

Dalam konteks kepemimpinan partisipatif, pengarang juga menekankan bahwa pemimpin harus berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan dan melibatkan masyarakat dalam setiap tahap keputusan. Hal ini akan memungkinkan pemimpin untuk memahami kebutuhan dan aspirasi masyarakat dan mengambil keputusan yang lebih baik.

Dalam kesimpulannya, buku “The Practice of Adaptive Leadership: Tools and Tactics for Changing Your Organization and the World” membahas pentingnya kepemimpinan partisipatif yang transparan dan akuntabel. Melalui transparansi dan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, seorang pemimpin dapat membangun kepercayaan dan hubungan yang kuat dengan masyarakat, dan meningkatkan legitimasi pemerintah di mata masyarakat.

Pengambilan keputusan yang transparan dan akuntabel merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah kepemimpinan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri, tetapi juga memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder. Di sini, akan dibahas mengenai bagaimana Anies Baswedan melakukan proses pengambilan keputusan secara transparan dan akuntabel.

Pertama-tama, dalam menjalankan proses pengambilan keputusan secara transparan dan akuntabel, Anies Baswedan juga melibatkan berbagai macam pihak dalam proses pengambilan keputusan. Contohnya, dalam mengambil keputusan mengenai pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada masa pandemi COVID-19, Anies Baswedan melakukan diskusi dengan berbagai macam pihak, seperti ahli epidemiologi, organisasi masyarakat, dan pengusaha. Hal ini menunjukkan bahwa Anies Baswedan tidak hanya memperhatikan kepentingan pemerintah, tetapi juga kepentingan seluruh stakeholder. Hal ini ditunjukkan melalui berbagai macam cara, seperti melalui website resmi, akun media sosial, atau melalui konferensi pers. Contohnya, pada masa pandemi COVID-19, Anies Baswedan secara rutin memberikan informasi mengenai perkembangan situasi pandemi dan kebijakan yang diambil oleh pemerintahannya melalui konferensi pers yang disiarkan langsung di televisi dan media sosial.

Anies Baswedan juga sering melakukan pertemuan dengan berbagai macam stakeholder, termasuk organisasi masyarakat, akademisi, dan pengusaha. Dalam pertemuan-pertemuan ini, Anies Baswedan berdiskusi mengenai kebijakan yang dijalankan dan mendengarkan masukan dari stakeholder mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki atau diubah. Hal ini menunjukkan bahwa Anies Baswedan memperhatikan pendapat seluruh stakeholder dalam pengambilan keputusan.

Selanjutnya, Anies Baswedan juga melakukan audit terbuka terhadap kebijakan dan program yang dijalankan oleh pemerintahannya. Hal ini ditunjukkan melalui berbagai macam cara, seperti melalui Laporan Kinerja Pemerintah Daerah (LKPD) yang diterbitkan setiap tahun, atau melalui pengawasan dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Dalam LKPD, Anies Baswedan menyajikan informasi mengenai kinerja pemerintahannya, termasuk anggaran yang digunakan dan hasil yang dicapai. Sedangkan pengawasan dari BPKP dilakukan untuk memastikan bahwa pengelolaan anggaran pemerintah berjalan dengan baik dan tidak terjadi penyalahgunaan.

Anies Baswedan telah melakukan upaya untuk memberikan informasi yang cukup kepada seluruh stakeholder dalam proses pengambilan keputusan. Misalnya, ketika Anies Baswedan melakukan kebijakan pembatasan kendaraan bermotor di Jakarta, ia memberikan informasi yang jelas tentang alasan di balik kebijakan tersebut dan memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat mengenai mekanisme pelaksanaan kebijakan tersebut. Selain itu, ia juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memberikan masukan dan kritik yang konstruktif terhadap kebijakan tersebut melalui program “Ayo Diskusi”. Hal ini menunjukkan bahwa Anies Baswedan memiliki komitmen untuk memastikan bahwa masyarakat dapat memahami alasan di balik keputusan-keputusan yang diambil dan memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tersebut.

Selain itu, Anies Baswedan juga melakukan audit terbuka terhadap kebijakan dan program yang dijalankan. Misalnya, ia telah melakukan audit terhadap program Kartu Jakarta Pintar yang bertujuan untuk memberikan bantuan pendidikan bagi anak-anak miskin di Jakarta. Audit tersebut dilakukan secara terbuka dan melibatkan lembaga independen yang dapat memberikan penilaian yang obyektif. Hasil dari audit tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat secara transparan sehingga masyarakat dapat mengetahui efektivitas dari program tersebut. Tindakan seperti ini menunjukkan bahwa Anies Baswedan memiliki komitmen untuk memastikan bahwa program-program pemerintah yang dijalankan adalah efektif dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.

Dalam kesimpulannya, Anies Baswedan telah menunjukkan komitmennya untuk melakukan pengambilan keputusan secara transparan dan akuntabel di Jakarta. Hal ini dicapai dengan memberikan informasi yang cukup kepada seluruh stakeholder dan melakukan audit terbuka terhadap kebijakan dan program yang dijalankan. Tindakan seperti ini menunjukkan bahwa Anies Baswedan memiliki komitmen untuk memastikan bahwa kebijakan dan program yang dijalankan adalah efektif dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat. Oleh karena itu, proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Anies Baswedan dapat dianggap sebagai contoh yang baik bagi para pemimpin lainnya dalam menjalankan tugasnya secara transparan dan akuntabel.

  1. Pemberdayaan:

Pemberdayaan (empowerment) adalah proses yang melibatkan pemberian kewenangan, peningkatan kapasitas, dan pengembangan kemampuan individu atau kelompok, sehingga mereka menjadi lebih mandiri, memiliki kontrol atas hidup mereka sendiri, dan dapat berperan secara aktif dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi. Pemberdayaan seringkali diterapkan dalam konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian individu atau kelompok yang sebelumnya mungkin mengalami keterbatasan, diskriminasi, atau ketidakadilan.

Beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep pemberdayaan antara lain:

Teori Pemberdayaan Sosial: Teori ini menekankan pentingnya hubungan sosial dalam mempengaruhi pemberdayaan individu atau kelompok. Menurut teori ini, pemberdayaan terjadi melalui interaksi sosial, dukungan sosial, dan partisipasi dalam komunitas atau kelompok sosial. Faktor-faktor seperti pengakuan, partisipasi, akses terhadap sumber daya, dan dukungan sosial dapat mempengaruhi pemberdayaan individu atau kelompok.

Teori Pemberdayaan Psikologis: Teori ini menekankan pentingnya aspek psikologis dalam pemberdayaan individu. Menurut teori ini, pemberdayaan melibatkan perubahan dalam keyakinan, sikap, nilai, dan persepsi individu terhadap diri mereka sendiri dan kemampuan mereka untuk mengontrol hidup mereka. Faktor-faktor seperti peningkatan harga diri, peningkatan self-efficacy, dan pengembangan keterampilan psikologis dapat berkontribusi pada pemberdayaan individu.

Teori Pemberdayaan Struktural: Teori ini menekankan pentingnya perubahan dalam struktur sosial, ekonomi, atau politik untuk mencapai pemberdayaan individu atau kelompok. Menurut teori ini, pemberdayaan terjadi melalui perubahan dalam sistem, kebijakan, atau institusi yang mempengaruhi akses individu atau kelompok terhadap sumber daya dan kesempatan. Faktor-faktor seperti redistribusi sumber daya, perubahan kebijakan publik, dan perubahan dalam struktur kekuasaan dapat berkontribusi pada pemberdayaan individu atau kelompok.

Teori Pemberdayaan Feminis: Teori ini menekankan pentingnya gender dalam pemberdayaan individu atau kelompok. Menurut teori ini, pemberdayaan harus memperhitungkan ketidakadilan gender dan mengatasi ketimpangan gender dalam upaya untuk mencapai pemberdayaan yang berkelanjutan. Faktor-faktor seperti penghapusan diskriminasi gender, pemberdayaan ekonomi perempuan, dan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dapat mempengaruhi pemberdayaan perempuan dan kelompok yang terpinggirkan berdasarkan gender.

Sekarang mari kita tilik pemberdayaan yang dilakukan Anies Baswedan selama menjabat sebagai Gubernur DKI dan juga saat ini sebagai bakal calon Presiden RI 2024.

Pemberdayaan dimasa tanggap bencana Covid19

Pada awal tahun 2020 Indonesia digemparkan dengan penemuan kasus Covid19 yang ditemukan di Depok Jawa Barat. Karena keberadaannya yang bersebelahan dengan ibu kota, kasus Covid19 ini pun menyebar dengan cepatnya. Anis Baswedan yang pada saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dengan sigap mempelajari penyebaran virus di kota kota lain di dunia yang telah terlebih dahulu menghadapi pandemic dengan tetap mendasarkan pada saintifik yakni pertimbangan ahli epidemilogi.

“Selama masa pandemic sedari awal yang kami prioritaskan adalah keselamatan, baik kesehatan, ekonomi, dan lainnya. Dan kita bersyukur karna kita menangani pandemic ini dengan banyak langkah yang dibantu oleh ilmuan ilmuan berdasarkan pengalaman dimasalalu ataupun ditempat lain.” Ujar Anies.

Pada saat itu, untuk membendung penyebaran Covid19 maka untuk pertamakalinya Pembatasan Berskala Besar dilakukan oleh DKI Jakarta. Bersamaan dengan dilaksanakannya PSBB berjalan pula program Kolaborasi Berskala Besar yang merupakan program DKI Jakarta yang difungsikan sebagai platform bagi siapa saja yang ingin membantu sesame yang membutuhkan dimasa pandemic.

Dimasa pandemic, kolaborasi adalah kata kunci dalam penanganan yang diharapkan akan mampu meringankan dampak pandemic. “Kami bangga setiap unsur bahu membahu menyelesaikan permasalahan pandemic melaui program KSBB, karena warga tidak sekenar hanya urun angan tapi juga turun tangan. Kolaborasi yang sudah berjalan dengan baik ini Insyaallah akan kami teruskan dihari hari kedepan.”

Pemberdayaan kaum Ibu melalui PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)

July 2022 bapak Anis Baswedan beserta Ibu Fery Farhati mengumpulkan ibu ibu PKK dan Dasa Wisma di Jakarta Internasional Stadion. Tujuan pengumpulan ibu ibu PKK dan Dasa Wisma seluruh DKI Jakarta ini adalah untuk ajak silaturahmi dan mengapresiasi atas kerjasama yang dilakukan dalam program Pendataan Satu Pintu.

Berdasarkan data yang dihimpun aplikasi carik.jakarta.go.id, kader PKK dan dasawisma telah mendata secara mandiri 7.122.045 data individu, 2.166.824 keluarga, 1.865.145 rumah tangga, 1.676.828 bangunan, dan 102,739 kelompok di Ibu Kota.

Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan pendataan keluarga satu pintu terbanyak kepada PKK DKI Jakarta. Ibu Fery Farhati Baswedan selaku ketua penggerak PKK DKI Jakarta pada saat itu meluncurkan secara resmi PUSPA, Pusat Informasi dan Koordinasi penyelenggaraan kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga Satu Pintu berbasis Digital.

Berdasarkan Peraturan Gubernur No.22 Tahun 2019 ketentuan PKK tingkat RW, RT, serta Dasa Wisma dalam melaksanakan kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga adalah sebagai berikut:

  1. Pemberian honorarium bullanan akan diberikan kepada Tim Penggerak PKK sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
  2. Dilaksanakannya pertemuan rutin kelompok PKK RW guna singkronisasi kegiatan PKK.
  3. Untuk menunjang kegiatan program PKK, Dasa Wisma melakukan pendataan dan penggerakan Dasa Wisma dengan biaya operasional yang diberikan setiap bulan.
  4. Dasa Wisma dapat menganggarkan alat peraga guna mendukung kegiatan pendataan dan pergerakan daerah.

Program Pendataan Satu pintu oleh PKK dan Dasawisma DKI Jakarta termasuk salah satu program unggulan dari Anies Baswedan saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Berkat Korordinasinya dengan ibu ibu PKK tersebut warga masyarakat DKI Jakarta dapat terdata secara terperinci. Hubungan PKK dan Pemprov DKI Jakarta adalah hubungan kolaborasi untuk sama-sama menciptakan Jakarta yang sejahtera serta bahagia.

Pemberdayaan UMKM dengan Jak Preneur

Jak Preneur adalah salah satu program dari Anis Baswedan yang bekerjasama dengan PPKUKM yang bergerak dibidang perekonomian DKI Jakarta yang menjaring UMKM di DKI Jakarta. Jak Preneru memfasilitasi anggotanya untuk lrbih mudah dalam mengembangkan usahanya. Sehingga semua UMKM dapat memiliki hak yang sama untuk mengembangkan kreativitas dan usahanya untuk meraih kesuksesan.

Program pemberdayaan yang digalangkan Anies Baswedan dalam Jak Preneur diantaranya:

  1. Pelatihan

Fasilitas pelatihan yang diberikan berupa pelatihan langsung oleh para ahli dan juga video yang telah disediakan di website.

  1. Pendampingan

Fasilitas pendampingan Inkubasi dapat diakses dalam website Jak Preneur dengan wiranesia incubator dan Ruang Rasa incubator.  Dan untuk program kolabolator Jak Praneur berkolaborasi dengan Shopee, Bank DKI, Gojek, OJK, Grab, Tokopedia, Bank Indonesia, Facebook, Netzme, dan Dinas pendidikan.

  1. Perizinan

Perizinan ini termasuk kedalamnya HAKI atau hak cipta, izin sertifikasi halal, izin sertifikasi kosmetik pangan maupun alat kesehatan.

  1. Pemasaran

Berkolaborasi dengan marketplace.

  1. Laporan Keuangan

Pembimbingan pelaporan keuangan oleh mentor

  1. Permodalan

Dibantu oleh Pemda DKI

Pemberdayaan Pemuda melalui JKT Muda

Anies baswedan menggalangkan program JKT MUDA bekerja sama dengan dinas pemuda dan olahraga. Program tersebut merupakan program bantuan pengembangan kreatifitas dan kegiatan untuk pemuda berupa dana yang akan diberikan kepada organisasi pemuda untuk pengembangan potensi yang mereka miliki. Melalui pengajuan program JKT MUDA, para pemuda di DKI Jakarta tak hanya pengadaan barang dan dana usaha, melainkan JKT Muda juga memfasilitasi mentor dan narasumber untuk kegiatan pelatihan dan pengembangan untuk organisasi pemuda.

Dengan diadakan JKT MUDA ini maka anak muda di Jakarta dapat mengembangkan kegiatan yang lebih bermanfaat dibanding hanya kumpul kumpul yang akan menjerumuskan kearah yang negative. Sudah terlihat hasilnya banyak dari organisasi anak muda yang sekarang dapat melaksanakan kegiatan perayaan hari kemerdekaan ataupun kegiatan seni kreatifitas lainnya dengan menggunakan hasil dari pengembangan dari JKT MUDA yang mereka sudah jalani.

Tak Hanya diberikan dana cuma Cuma, melainkan JKT MUDA juga memberikan tanggungjawab kepada organisasi yang terpilih untuk membuat laporan keuangan mengenai mobilitas yang dilakukan dengan dana yang diberikan. Sehingga kedepannya dapat terus berkembang dan tidak merugi.

JKT Muda juga memfasilitasi pemuda agar dapat terbiasa bekerja di sector terkecil seperti organisasi yang nantinya akan terbiasa dan sudah mahir ketika terjun langsung ke dunia kerja.

Pemberdayaan Satgas Siaga Bencana Sektor Terkecil

Anies Baswedan menggalangkan Jakarta Tanggap Bencana, selaku gubernur DKI Jakarta beserta Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang bekerjasama dengan perangkat daerah, TNI, kepolisian, lembaga usaha, media, dan organisasi pegiat kebencanaan disetiap musim hujan bersiaga untuk menjaga ibu kota yang rawan terjadinya banjir.

Tak hanya aparat dan perangkat daerah, namun anies juga melakukan pemberdayaan pemuda dan warga untuk rutin mengadakan pelatihan tanggap bencana pada sector kelurahan. Nantinya akan dibentuk satgas siaga bencana yang dikordinir oleh RT maupun RW dan kelurahan untuk bergotong royong jika terjadi bencana khususnya banjir.

Kelompok satgas bencana ini terkordinasi mobile melalui whatsapp grup yang didalamnya berisi informasi informasi seputar cuaca, prosedur dan kelengkapan evakuasi dan lainnya. Guna memudahkan berkomunikasi warga untuk berkoordinasi.

  1. Komunikasi:

Komunikasi merupakan sarana interaksi manusia. Tidak ada interaksi manusia yang dilakukan tanpa ada komunikasi. Komunikasi antar manusia dapat terjadi di dunia nyata, atau dapat juga terjadi di dunia maya seperti yang banyak dilakukan pada masa pandemi COVID-19. Komunikasi terjadi ketika suatu sumber (komunikator) menyampaikan suatu pesan berupa informasi, ide, gagasan, keterampilan, emosi, dan lain sebagainya kepada satu penerima (komunikan) atau lebih yang dimaksudkan untuk mengubah perilaku penerima. Komunikator dapat menyampaikan pesan melalui tulisan, lisan, dan bisa juga dengan gerak atau tidakan untuk memperkuat apa yang disampaikan.

Bentuk dasar komunikasi dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu komunikasi verbal dan juga komunikasi nonverbal. Yang pertama, komunikasi verbal adalah suatu bentuk penyampaian pesan berupa kata-kata dari komunikator kepada komunikan berupa pesan kata-kata melalui lisan ataupun tulisan, contohnya berbincang dengan orang, menelpon, berdiskusi, berceramah, membacakan buku, melakukan presentasi, dan berkirim surat. Yang kedua, komunikasi nonverbal adalah suatu bentuk penyampaian pesan dengan menggunakan bahas isyarat atau bahasa tubuh sebagai sarana berkomunikasi dengan orang lain, seperti tersenyum pada orang lain, menjabat tangan, menggelengkan kepala, mengepalkan tinju, dan membuang muka. Penggunaan komunikasi nonverbal lebih ditujukan untuk memberikan pesan yang berupa perasaan senang, benci, marah, kecewa, dan sebagainya kepada orang lain.

Seseorang melakukan komunikasi untuk tujuan tertentu. Tujuan komunikasi dapat dimaksudkan untuk:

  • berinteraksi dan berhubungan baik dengan orang lain;
  • supaya orang bersedia membantu dan bekerja sama;
  • memotivasi orang lain; dan
  • memengaruhi orang lain. Komunikasi yang dimaksudkan untuk memengaruhi orang lain biasanya dilakukan agar orang mau melakukan apa yang komunikator inginkan. Semakin efektif komunikasi yang dilakukan, maka semakin orang lain mau mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator.

Komunikasi merupakan sumber primer yang paling banyak dilakukan dalam memenuhi aktivitas kepemimpinan. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menciptakan pola aliran komunikasi yang baik antara pemimpin dan yang dipimpinnya (pengikut/bawahan). Sejatinya, kepemimpinan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang untuk memberi motivasi kepada orang lain supaya berkeinginan menuruti apa yang disampaikan oleh pemimpin dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh pemimpin ataupun sasaran bersama yang telah disepakati. Kemampuan dalam memimpin orang lain di dalam sebuah entitas tertentu tidak dimiliki oleh setiap orang, dibutuhkan salah satunya adalah kemampuan komunikasi untuk dapat menyampaikan perintah dengan baik agar yang dipimpinnya mau tergerak untuk melakukan perintah.

Seorang pemimpin dituntut untuk dapat membangun strategi komunikasi yang adaptif dalam rangka meraih visi, misi, dan tujuan dari suatu organisasi atau entitas tertentu yang dipimpinnya. Menurut Sukarni dalam Suryadi (2018), elemen-elemen penting untuk membangun strategi komunikasi, antara lain:

  1. menentukan definisi dan formulasi sasaran komunikasi yang akan dilakukan dengan menerapkan komponen Specific, Measurable, Appropriate, Realistic, dan Temporal (SMART);
  2. menetapkan sekelompok individu yang akan menjadi target utama (primary target groups) dan target tambahan (secondary target groups); serta
  3. menciptakan pesan kunci untuk sekelompok target dengan memperhatikan alas an dari pelaksanaan sebuah program, tujuan perubahannya, dan bagaima cara melakukan pesan yang disampaikan.

Ketiga elemen tersebut harus ada di dalam sebuah strategi komunikasi untuk kemudian difokuskan sebagai faktor pendukung dalam upaya pencapaian target. Seorang pemimpin diharuskan memiliki kemampuan dalam menyampaikan pesan, baik ide, gagasan, maupun kebijakan yang diambil, kepada orang-orang yang dipimpinnya. Kemampuan untuk menempatkan diri sebagai komunikator yang bijaksana menjadi hal yang utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Pada akhirnya, dengan cara penerapan strategi komunikasi yang baik, program atau kegiatan tertentu yang dilakukan oleh suatu organisasi dapat berperan dengan baik dan menjadi sebuah kebijakan yang berkedudukan sentral secara sistematis.

Keberhasilan di dalam menerapkan strategi komunikasi tentu tidak dapat diperoleh begitu saja tanpa adanya analisis keunggulan, kesiapan, dan kematangan dari seluruh komponen yang ikut andil di dalamnya. Dalam rangka meraih keberhasilan di dalam menerapkan strategi komunikasi, segala hal yang terkait harus dapat dihubungkan dengan semua komponen yang menjadi jawaban dari pertanyaan seperti yang dirumuskan oleh Lasswell:

  1. Who? (siapa yang menjadi komunikatornya). Indikator yang termasuk di dalamnya, meliputi kepercayaan diri, kredibilitas, keterbukaan, kejujuran, kedisiplinan, keinginan kuat, penuh pertimbangan dan rasionalitas, dan kemawasan diri.
  2. Says what? (pesan apa disampaikan oleh komunikator). Indikator yang termasuk di dalamnya, meliputi kebenaran, keunikan, kuantitas, rasionalitas, keterukuran, validitas, kehandalan, kecepatan, dan kejelasan sumber.
  3. In which channel? (dengan menggunakan media apa komunikator menyampaikan pesan). Indikator yang termasuk di dalamnya, meliputi cetak, elektronik, gambar, infografis, audio, visual, dan audiovisual.
  4. To whom? (siapa yang menjadi komunikannya). Indikator yang termasuk di dalamnya, mencakup personal, kelompok, masyarakat, anggota suatu organisasi, non anggota, lawan atau saingan dalam suatu tujuan, pertemanan atau kawan dalam satu tujuan, serta orang yang mencari dan membutuhkan informasi.
  5. With what effect? (dampak apa yang diharapkan oleh komunikator). Indikator yang termasuk di dalamnya, mencakup pemahaman komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikan, hubungan kerja sama antar komunikan dalam memahami makna dari pesan, adanya perbedaan persepsi antar komunikan, penunjukkan maksud dari pesan yang disampaikan oleh komunikator, membandingkan pesan, menambahkan persepsi baru yang sejalan, menambahkan persepsi baru yang tidak sejalan, terjalinnya pemahaman yang sama antar komunikan, saling memperbanyak pemahaman, dan berorientasi pada tercapainya tujuan bersama.

Pada hakikatnya, penerapan komponen dan indikator dari strategi komunikasi ini akan sangat dipengaruhi oleh tipe, bentuk, dan bidang dari organisasi yang menjalankannya. Setiap komponen dari strategi komunikasi, pada dasarnya masih dapat disesuaikan (adaptif). Dengan kata lain, beberapa komponen mungkin sangat diperlukan penerapannya pada organisasi X, akan tetapi mungkin tidak diperlukan pada organisasi Y. Oleh karena itu, sangat diperlukan yang membangun elemen-elemen strategi komunikasi dengan sangat cermat agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Manajemen komunikasi sangat diperlukan di dunia politik, baik oleh seorang pemimpin maupun bakal calon pemimpin. Memasuki masa menuju pemilihan umum tahun 2024, berbagai komunikasi politik sudah mulai dilancarkan oleh mayoritas elit politik, tidak terkecuali oleh Anies Baswedan. Walaupun tidak secara eksplisit, namun masyarakat cukup menyadari bahwa Anies Baswedan sebagai salah satu kandidat calon presiden, sudah mulai melakukan kegiatan kampanye terselubung melalui komunikasi politik yang dilakukannya. Media sosial menjadi salah satu media komunikasi politik yang dianggap paling memberikan dampak yang signifikan dan hal itu dimanfaatkan oleh Anies Baswedan untuk melakukan branding dalam rangka menjangkau dan menarik simpatik masyarakat luas.

Salah satu media komunikasi yang digunakan oleh Anis Baswedan adalah Instagram. Terhitung pada tanggal 13 April 2023, akun Instagram official @aniesbaswedan yang berlogo centang biru telah memiliki sebanyak 5,9 juta follower dan sekitar lebih dari 4.300 postingan yang berisi mengenai aktivitas Anies Baswedan dan informasi lain yang berkaitan dengannya. Selain itu, Anies Baswedan juga aktif menghadiri podcast di berbagai konten kanal Youtube sebagai bintang tamu. Dengan kemampuannya dalam berkomunikasi dan beretrorika, Anies Baswedan mampu menjadi pusat perhatian masyarakat. Beberapa ide, gagasan, dan pesan yang disampaikannya secara verbal menjadi kutipan atau highlight di short video Youtube dan reels di Instagram.

Pengalaman karir politik Anis Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Gubernur DKI Jakarta sangat memberikan dampak positif dalam menciptakan citra atau image kepemimpinan dari seorang Anis Baswedan. Interaksi Anis Baswedan dalam berkomunikasi membangun chemistry dengan wakilnya, cara penyampaian perintah dan berkomunikasi dengan jajaran staf bawahannya, serta cara berkomunikasi dan penyelesaian masalah yang dilakukan oleh Anis Baswedan kepada warga DKI Jakarta. Gaya komunikasi retorika yang digunakan Anis Baswedan dengan sikap penyampaian yang tenang, bersahaja, dan bijaksana menimbulkan rasa simpati dan kesan yang baik di mata orang lain. Dengan begitu, Anis Baswedan menjadi salah satu kandidat bakal calon presiden yang cukup mumpuni dengan berbagai pengalaman karir politik dan kecakapan dalam manajemen komunikasi.

Kesimpulan

Gaya kepemimpinan partisipatif berorientasi pada pembentukan budaya yang positif. Ada 4 faktor kunci keberhasilan dalam penerapan gaya kepemimpinan yaitu (1) Keterbukaan terhadap masukan, saran dan kritik oleh semua pihak; (2) Kolaborasi antara pihak – pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan termasuk masyrakat, organisasi dan pemangku kepentingan lainnya; (3) Transparansi dan akuntabel; (4) Pemberdayaan kepada masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan keputusan melalui partisipasi publik dalam forum formal dan informal; (5) komunikasi yang baik dengan seluruh stakeholder dan memastikan informasi yang relevan dapat diakses oleh semua pihak. Demikianlah gaya kepemimpinan partisipatif yang dilakukan oleh Anies Baswedan sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta untuk menciptakan budaya kerja yang efektive dalam memimpin jakarta.

Untuk dapat berhasil dalam pemilihan presiden tahun 2024 tentunya diperlukan sepak terjang yang sejalan dengan gaya kepemimpinan tersebut, beberapa langkah yang telah diambil seperti Koalisi merupakan bentuk nyata dari kolaborasi yang dilakukan oleh para partai pengusung Anies Baswedan dalam mengantarkan Anies Baswedan sebagai RI 1 nantinya di kontestasi Pilpres 2024.

Selain itu, memberikan informasi yang cukup kepada seluruh stakeholder dan melakukan audit terbuka terhadap kebijakan dan program yang dijalankan selama memimpin Jakarta. Tindakan seperti ini menunjukkan bahwa Anies Baswedan memiliki komitmen untuk memastikan bahwa kebijakan dan program yang dijalankan adalah efektif dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.

Selama memimpin Jakarta banyak program pemberdayaan yang didakan oleh Anies Baswedan diantaranya pemberdayaan UMKM melalui Jak Preneur, Pemberdayaan pemuda, Pemberdayaan siaga bencana sektor kecil. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Anies Baswedan merupakan contoh pemimpin yang berhasil menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif di Indonesia.

*Penulis : Ade Taryana, Alfi Rahmaniah, Andre Nur Prianata, Emyati Tangkelembang, Triono, & Yustiar Alan Dwihana.

Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Trilogi

 

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!