25.9 C
Jakarta

Mendikbud Kunjungi Sejumlah CLC di Tawau Malaysia

Baca Juga:

TAWAU-SABAH, MENARA62.COMMenteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, melakukan kunjungan ke beberapa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau Community Learning Center (CLC) di Tawau, Malaysia. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk memastikan pemenuhan hak mendapatkan pendidikan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) usia sekolah yang tinggal di luar wilayah Indonesia.

Pada kunjungan pertama di Tawau, Mendikbud Muhadjir Effendy mendapati masih minimnya fasilitas belajar mengajar di CLC Tunas Perwira. Untuk mengatasi hal itu, Mendikbud berjanji akan merehabilitasi sarana dan prasarana yang kurang memadai tersebut.

“Saya senang bisa berkunjung ke sini, (CLC Tunas Perwira), akan tetapi ada yang perlu diperbaiki terutama sarana yang tak memadai itu, saya minta dibenahi. Saya minta dibangun sekolah baru satu atap dari TK, SD sampai SMP,” demikian disampaikan Mendikbud di CLC Tunas Perwira, Tawau, Sabah, Malaysia, dalam siaran persnya, Jumat (25/1/2019).

Kepala CLC Tunas Perwira, Thomas, mengaku seperti bermimpi ketika Mendikbud, Muhadjir Effendy, hadir mengunjungi CLC yang digagasnya.

“Hari ini Tuhan telah dengar doa kita dengan kedatangan Pak Menteri. Akhirnya hari ini bisa memberikan semangat dan memberikan dukungan kepada CLC kita,” katanya.

Thomas menambahkan, mudah-mudahan dengan kedatangan Mendikbud, anak-anak yang dulu tak mengenal sejarah Indonesia bisa kembali ke tanah air untuk membangun negerinya.

“Kami sepakat anak-anak Indonesia di Sabah, anak Indonesia harus kembali ke asal dan mengenal arti Indonesia,” tuturnya.

Pada kunjungan kedua, di CLC Ladang Giram, Mendikbud mendapati kondisi yang jauh lebih baik dibandingkan CLC yang dikunjungi sebelumnya. Gedung CLC ini lebih memadai untuk kegiatan belajar mengajar karena mendapatkan bantuan langsung dari Kemendikbud, baik fasilitas bangunan maupun tenaga pengajar.

Tantangan CLC

Pemenuhan pendidikan bagi anak-anak Indonesia di wilayah Sabah, Malaysia masih mengalami sejumlah hambatan. Pada tataran kebijakan, terdapat larangan bagi anak-anak pekerja asing untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah kebangsaan Malaysia.

Akibatnya, sekolah-sekolah swasta menjadi alternatif terakhir dengan biaya pendidikan yang tinggi dan tidak terjangkau bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI). 

Untuk itu, pendirian CLC di ladang-ladang kelapa sawit merupakan upaya Pemerintah untuk memaksimalkan pelayanan pendidikan di Tawau, Sabah, Malaysia. Mengingat sebagian besar TKI di Tawau bekerja sebagai petani di ladang kelapa sawit maupun coklat dan tidak memiliki surat izin tinggal resmi sehingga hak untuk mendapatkan pendidikan bagi anak-anak mereka tidak terpenuhi.

Minimnya penilaian pentingnya pendidikan di kalangan para TKI perkebunan di Malaysia menjadi faktor pemicu hambatan pemenuhan pendidikan bagi anak-anak WNI yang berusia sekolah. Sebagai orang tua, para TKI memilih membawa anak-anak mereka membantu bekerja di ladang dibandingkan harus mengenyam pendidikan.

Untuk itu, Mendikbud mengajak para TKI agar mengirimkan anaknya ke sekolah.

“Semua anak Indonesia di sini punya hak pendidikan yang sama. Saya mohon kalau ada anak usia sekolah yang belum mau masuk pendidikan, saya mohon untuk diimbau agar ikut belajar. Kita punya tanggung jawab memberikan pendidikan yang layak dan ini tanggung jawab kita semua. Tentunya tidak bisa Pemerintah saja, dukungan orang tua dan pemimpin perusahaan untuk mengurus fasilitas pendidikan,” tegas Mendikbud.

Sementara itu, Kepala Perwakilan RI Tawau, Sulistijo Djati Ismojo, mengaku sangat terharu dengan kedatangan Mendikbud, mengingat ini adalah kali pertama pejabat tinggi negara setingkat menteri melakukan kunjungan ke Tawau.

“Ini kebanggaan kami semua, karena ini kunjungan menteri pertama kali di Kota Tawau, khususnya di CLC Tunas Perwira,” ungkap Djati.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!