29.8 C
Jakarta

Menekan Gagal Panen, Gunung Kidul Gelar Sekolah Lapang Iklim Operasional

Baca Juga:

GUNUNG KIDUL, MENARA62.COM – Perencanaan pertanian dengan memanfaatkan teknologi iklim pada musim tanam, sangat penting dilakukan untuk menekan risiko gagal panen. Salah satu upaya yang dilakukan Pemda Gunung Kidul adalah menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim Operasional.

Kegiatan ini bertujuan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi petani, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) maupun kepada instansi terkait dalam memanfaatkan informasi iklim guna melakukan antisipasi dampak fenomena iklim ekstrim. Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan pembelajaran leraning by doing maupun virtual. Harapannya para petani maupun mereka yang berkecimpung dalam bidang pertanian dapat lebih mengenal unsur cuaca dan iklim beserta alat ukurnya untuk kepentingan pertanian.

Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,6 % dari luas DIY. Secara geografis Gunungkidul yang didominasi lahan pertanian tadah hujan yang mencapai 97%, dengan 70% penduduknya adalah petani yang tergantung pada iklim dan cuaca serta curah hujan.

Bupati Gunungkidul Hj. Badingah, S.Sos dalam sambutanya mengatakan masyarakat Indonesia secara umum, termasuk yang berbasis budaya Jawa, selama ini memiliki kearifan lokal dalam membaca dan menyikapi iklim dalam mengusahakan pertanian, atau yang sering disebut “Pranata Mangsa”. Namun demikian, fenomena perubahan iklim yang dipengaruhi berbagai aspek dalam beberapa dekade terakhir, menjadikan perhitungan “mangsa” (mongso) pertanian dalam konteks budaya Jawa, seringkali sulit atau bahkan tidak efektif lagi untuk diterapkan, sebagaimana dikutp dari laman resmi Kabupaten Gunung Kidul.

Kondisi ini tentu perlu disikapi para petani dan penyuluh pertanian, terkhusus di wilayah kabupaten Gunungkidul, yang selama ini kondisi iklim sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha tani. Terlebih lagi, kondisi iklim yang berpengaruh langsung pada ketercukupan sumber daya air di sebagian besar wilayah Gunungkidul, perlu disikapi dengan pengetahuan tentang klimatologi, agar mampu merencanakan secara akurat, dalam tahapan-tahapan operasional usaha tani.

Di sisi lain, kemampuan petani dan penyuluh pertanian dalam membaca fenomena iklim berkaitan dengan operasional pertanian, dapat meminimalisir potensi kegagalan pertanian, sehingga kapasitas dan kualitas produksi pertanian Gunungkidul dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Dengan sekolah lapang ini tentu akan memberi dampak pada sektor pertanian sehingga meningkatkan usaha tani Gunungkidul.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Ir. Bambang Wisnubroto menjelaskan dengan melihat curah hujan yang fluktuatif sejal 2010 – 2020, dan perkiraan BMKG hujan akan turun pada bulan Oktober dasarian III dan awal November dasarian I masuk musim hujan, dengan curah hujan 30-250 mml.

“Melalui sekolah lapang ini menjadi ilmu yang dapat di aplikasikan dalam pertanian, meskipun sebagian masyarakat masih menerapkan kalender pranotomongso, salah satu contonya masih ada petani yang menerapkan ngawu-awu (tanam padi sebelum waktunya),” jelasnya.

Cara ini jika tepat perhitungan tidak masalah namun jika tidak tepat dan belum turun hujan secara rutin, maka akan terjadi kegagalan. Karena itu perlu disandingkan dengan menerapkan pengetahuan sekolah lapang ini dalam siklus pengelolaan pertanian.

Kegiatan sekolah lapang operasional dilaksanakan di 3 Kapanewon meliputi Kapanewon Rongkop yang dilaksanakan tanggal 13 Agustus dan kapanewon Ponjong dilaksankan tanggal 19 Agustus 2020 serta di Kapanewon Gedangsari dilaksanakan tanggal 24 Agustus 2020. Peserta sekolah lapang melibatkan 30 orang dari unsur gabungan Kelompok Tani, PPL, POPT.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!