33.5 C
Jakarta

Menteri Puan Ajak Generasi Muda Teladani Prof. Sardjito

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Menko PMK Puan Maharani mengajak generasi muda meneladani nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan Prof. Sardjito, ilmuwan sekaligus pejuang. Tekad dan niat yang tulus seperti beliau-lah yang dibutuhkan untuk membangun dan mensejahterakan Indonesia.

“Prof Sardjito memiliki visi yang kuat bahwa bidang yang dapat mengubah nasib bangsa dan agar disegani di dunia internasional adalah pendidikan dan kesehatan,” kata Puan, saat menjadi pembicara Kunci dalam Seminar Nasional dalam rangka Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Bagi Prof. Dr. M.Sardjito, M.P.H., Selasa (27/02/2018).

Keduanya jelas Puan dijadikan sebagai jalan pengabdian dirinya pada bangsa, serta pengabdiannya bagi kemanusiaan.

Lebih lanjut dikatakan Puan, jiwa kemanusiaan Prof. Sardjito terpanggil dengan melakukan penelitian berbagai macam penyakit yang banyak diderita rakyat Indonesia pada saat itu.

“Prof. Sardjito adalah seorang ilmuwan pejuang dan pejuang ilmuwan,” ujarnya.

Menko Puan menambahkan, keberhasilan dan keteladanan Prof. Sardjito dalam perannya di bidang kemanusiaan dilandasi oleh bekal keilmuan di bidang pendidikan dan kesehatan, serta jiwa pejuang yang mengalir dalam darahnya. Salah satu hasil penelitiannya yang sampai sekarang dikenal adalah obat herbal tradisional bermerk Calcusol sebagai obat peluruh batu ginjal.

Menko Puan juga mengkisahkan bagaimana Prof. Sardjito pada masa perjuangan revolusi fisik kemerdekaan RI, men-supply obat-obatan bagi para gerilyawan. Bahkan membuat berbagai vaksin anti infeksi untuk para pejuang dan tentara Indonesia. Biskuit Sardjito diciptakan sebagai penyambung nyawa bagi para pejuang di masa perang.

“Berkat kegigihannya, banyak pejuang yang terselamatkan,” ungkapnya.

Prof. Sardjito, jelasnya,  juga seorang budayawan. Pahatan pada Candi Borobudur pernah diteliti dan  hasil penelitiannya disampaikan dalam kongres internasional di Manila pada tahun 1953 yang membuka mata dunia tentang tingginya peradaban di Indonesia pada masa lalu. Kemudian pada tahun 1991 Borobudur dinobatkan sebagai warisan dunia.

“Jiwa pengabdian yang tidak memikirkan untuk diri sendiri, melainkan untuk keilmuan, masyarakat, negara dan bangsa. Sifat keteladanan inilah yang perlu dicontoh oleh kita semua, generasi penerus bangsa,” katanya.

Menko Puan sangat mengapresiasi seminar nasional ini yang menurutnya mempunyai tujuan sangat mulia sebagai bentuk kepedulian, kesadaran dan penghargaan atas prakarsa dan sumbangsih Prof Sardjito untuk bangsa Indonesia.

“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah adalah pesan Bung Karno, yang kita kenal dengan akronim “Jasmerah”, disampaikan pada pidato 17 Agustus 1966,” pungkas Menko Puan.

Seminar Nasional Dalam Rangka Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional bagi Prof. Dr. M.Sardjito, M.P.H., secara resmi dibuka oleh Menko Puan didampingi oleh Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Agus Sartono, Rektor UGM, Panut Mulyono serta anggota Wantimpres, Sidarto Danusubroto. Seminar ini sendiri menghadirkan Mahfud MD, mantan Ketua MK, A.M. Hendropriyono, mantan Kepala BIN serta Taufik Abdullah, Sejarahwan sebagai narasumber.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!