Oleh Ashari, SIP*
Hari-hari ini, anak-anak kita yang duduk di bangku SD, SMP/MTs dan SMA/SMK, sedang mengikuti PTS (Penilaian Tengah Semester) secara daring. Selama seminggu. Dari tanggal 14/9 hingga 19/9-2020. Ujian pertama kali dengan teknologi internet, akibat Covid-19, membuat penyelenggara pendidikan mempersiapan perangkat ujian dengan model daring (dalam jaringan). Meski dalam tataran realitas, ada juga yang secara luring (luar jaringan), sehingga siswa, orang tua atau wali, mengambil soal di sekolah. By paper.
Kadang-kadang dalam menghadapi ujian yang menentukan kenaikan atau kelulusan, mereka terkesan santai dan tanpa beban tanggung jawab. Justru guru dan orang tuanya yang sering dibuat sibuk dan kelimpungan, bahkan tidak sedikit orang tua yang stress menghadapi PTS atau ujian ini tersebut.
PTS atau apapun namanya, di mata Allah Swt sesungguhnya sangat kecil. Karena hasilnya sudah dapat diketahui. Siapa yang naik, lulus dan tidak lulus. Rigit dengan angka-angkanya. Siapa mendapat berapa dan siapa rangking berapa. Karena PTS ini hanya bagian dari ujian manusia yang sekolah dengan strata tertentu, maka sangat menguras pikiran dan tenaga, seandainya kegagalan dalam PTS justru membuat kita frustasi, depresi apalagi sampai bunuh diri. Jangan. Tetap hadapi dengan serius, sungguh-sungguh namun tidak sepantasnya PTS, atau bahkan jika nanti ada Ujian Nasional menghantui diri, hingga menganggap PTS dan UN sebagai satu-satunya penentu kesuksesan dalam hidup.
Berapa banyak orang hidup berhasil tanpa harus mengandalkan nilai ujian. Namun memang yang normal, orang hidup merangkak dari bawah, termasuk sekolah dari TK, SD, SMP, SMA/SMK, kuliah, bekerja dan berumah tangga punya anak. Namun tidak semua manusia berhak mengenyam pendidikan yang sama, namun soal masa depan ada di Tangan Allah Swt.
Bagaimana dengan ujian manusia? Cakupannya sangat luas. Diperuntukkan bagi orang-orang yang dewasa dan beriman. Kalau tidak beriman, namanya Istijrat (dilulu= bahasa Jawa). Bersandar pada firman Allah Swt, surat Al-Ankabut ayat 2-3 : “Patutkah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan dengan berkata, “Kami beriman,” Sedangkan mereka tidak diuji (dengan sesuatu dugaan)? Dan demi Allah kami telah menguji orang-orang yang terdahulu sebelum mereka, maka dengan ujian yang demikian nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang benar-benar beriman dan siapa orang-orang yang berdusta.”
Ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa ujian itu sudah ada sejak zaman dulu. Bahkan sejak Nabi Adam As. Ujian diberikan untuk mengetahui siapa yang benar-benar beriman dan dusta (bohong).
PTS atau ujian nasional, hanya diberikan kepada anak-anak yang sekolah saja. Artinya di luar mereka, tidak akan mendapatkan ujian semacam. Namun pada saatnya pengumuman, sehingga diketahui siapa yang lulus, daftarnya ya hanya mereka yang ikut ujian saja yang mempersiapkan dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan. Allah akan menolongnya. Semua rasa capai, panas, dingin, galau seolah terhapus dengan nilai kelulusan mereka. Kenikmatan itu tidak dapat dirasakan oleh orang-orang yang tidak mengikuti ujian.
Begitu juga dengan ujian manusia. Berupa ujian keimanan, lapar, haus, kekurangan harta benda, kehilangan nyawa adalah bagian dari ujian hidup untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan seseorang. Dan balasannya tidak main-main, yaitu surga, yang luasnya seluas langit dan bumi, mereka akan kekal abadi selama-lamanya di sana dalam balutan ridha-Nya. Tidak ada lagi kecewa, ucapan-ucapan yang muspra (lagha). Namun keindahan yang mata belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar, hati belum pernah merasakannya, harus dibayar dengan mahal, yakni dengan ketaqwaan dengan ciri-ciri diantaranya: Mereka yang mampu menahan emosi kemarahan, mau memaafkan kesalahan orang lain, keberaniannya untuk berinfak/sadaqah baik diwaktu lapang maupun sempit. Dan mereka gemar melakukan kebaikan (Ali – Imran: 133-134).
Akhirnya marilah PTS atau Ujian Nasional (UN) kita jadikan sebagai sarana dan tangga untuk dapat lulus dalam melewatkan diri sebagai manusia dari Ujian-Nya. Maka maksimal untuk tidak berbuat curang, menyontek, beli kunci jawaban bodong. Ingat PTS, bahkan UN sekalipun sangat kecil dalam pandangan Allah Swt. Berdoa tetap penting. Satu lagi, ujian, kata Rasul sebagai bentuk sayangnya Allah kepada kita.Sekian.
* Penulis, Mengajar di SMP Muhammadiyah Turi Sleman Jogja