32.7 C
Jakarta

Peneliti BRIN Temukan Tumbuhan Paku Jenis Deparia Stellata di Pegunungan Bintang

Baca Juga:

CIBINONG, MENARA62.COM – Deparia stellata, jenis tumbuhan paku (pteridofita) baru ditemukan dari pedalaman hutan Pegunungan Bintang, Papua Nugini. Wita Wardani, Peneliti Bidang Botani Pusat Riset Biologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) beserta tim berhasil mengidentifikasi tumbuhan pteridofita jenis baru tersebut berdasarkan spesimen yang dikoleksi oleh W.R. Barker dalam Ekspedisi Pegunungan Bintang tahun 1975.

Ekspedisi tersebut merupakan perjalanan eksplorasi botani kolaboratif antara Rijksherbarium Belanda dengan herbarium nasional Papua Nugini.

Penemuan Deparia stellata ini menjadi sangat penting sebagai langkah untuk terus mendapatkan informasi variasi dan inventarisasi jenis tumbuhan paku (pteridofita), khususnya di wilayah fitogeografi Malesia.Kunci penemuan ini adalah kesediaan herbarium Natural History Museum London (BM) meminjamkan spesimennya. Spesimen ini saya temukan saat berkunjung ke herbarium tersebut untuk memeriksa tumpukan spesimen yang belum teridentifikasi di tahun 2016. Semula saya mengidentifikasi spesimen tersebut sebagai Deparia petersenii,” ungkap Wita dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/01/2022).

Dalam pengamatan lebih lanjut, Wita menerangkan bahwa secara sepintas tutupan permukaan tangkai dan rakis daun jenis baru ini nampak berbeda. Benar saja, melalui pengamatan mikroskop berdaya pembesaran tinggi di Herbarium Bogor (BO), akhirnya Wita mengonfirmasi kebaruan spesimen tersebut yang diterbitkan dalam jurnal Reinwardtia pada 6 Desember 2021.

“Setelah pengamatan dengan mikroskop, ciri khas jenis baru ini teramati dengan lebih jelas, baik variasi bentuk, ukuran dan posisinya terhadap ciri yang lain. Mikroskop juga memudahkan ahli line drawing Wahyudi Santoso untuk menggambar detil spesimen secara akurat. Selanjutnya penyelesaian gambar dengan detil yang cukup banyak ini dilakukan melalui proses diskusi dan pengamatan bersama yang lumayan intensif,“ papar Wita.

“Sebelumnya, rambut-rambut bintang berwarna gelap kemerahan yang menyelimuti rakis dan kosta (tulang daun) tidak pernah ditemukan pada jenis Deparia. Demikian pula sisik dengan tepian berambut tak beraturan.  Ciri ini tidak biasa bagi marga ini,” ungkap Wita meyakini. “Namun rambut-rambut bintang yang serupa teramati pula pada Diplazium stellatopilosum, jenis dari marga yang berbeda namun masih dari suku yang sama yang juga ditemukan di wilayah Papua Nugini,” tambah Wita.

Membedakan Deparia dan Diplazium cukup mudah. Perbedaannya dapat dilihat  dari parit pada kosta yang tidak menerus pada Deparia, namun kebalikannya pada Diplazium. Karakter rambut bintang diperkirakan sebagai ciri khas jenis dari daratan Papua, khususnya di bagian timur, namun perlu dilakukan kajian yang lebih menyeluruh untuk memastikannya,” imbuh Wita lebih lanjut.

Tak hanya itu, dirinya juga menambahkan, selain dengan bantuan mikroskop, temuan ini terbantu dengan tersedianya gambar-gambar spesimen secara online dari herbarium besar. Termasuk spesimen-spesimen tipe di JSTOR Global Plant dengan fasilitas viewer foto beresolusi tinggi. Foto-foto tersebut memudahkan siapa saja untuk mengonfirmasi wujud dari nama-nama yang terlibat dalam pemeriksaan.

Namun untuk pengamatan karakter-karakter mikroskopis, foto beresolusi tinggi masih tidak cukup. Pendeskripsian jenis baru membutuhkan ketelitian yang selalu melibatkan pemeriksaan spesimen secara langsung.

Foto temuan Deparia stellata yang dimuat dalam Jurnal REINWARDTIA Vol. 20. No. 2. pp: 57‒61 dapat diakses melalui tautan berikut: https://bit.ly/FotoDepariastellata 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!