JAKARTA, MENARA62.COM – Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengingatkan guru-guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) agar segera membentuk Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Informatika. Sebab sejak pelajaran TIK dihidupkan lagi di sekolah-sekolah, guru-guru TIK belum memiliki MGMP.
“Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud akan menggelontorkan dana 800 miliar rupiah untuk mengadakan pelatihan guru-guru,” kata Indra pada Rakernas Guru TIK se-Indonesia bertema Sosialisasi Matpel Informatika dalam Kurikulum 2013 dan Tahun Pelajaran 2019/2020, Sabtu (19/1).
Dana pelatihan tersebut lanjut Indra akan digelontorkan melalui MGMP masing-masing mata pelajaran. Itu sebabnya, penting bagi guru-guru TIK untuk segera berhimpun dalam MGMP.
Tanpa MGMP, maka akan sangat sulit bagi guru TIK untuk mendapatkan program pelatihan yang digelar pemerintah.
BACA JUGA: |
“Saya berharap tim di daerah segera berkoordinasi dengan dinas setempat, secepatnya. Waktu kita tidak banyak,” jelas Indra.
Jika MGMP Informatika sudah terbentuk, pelatihan bagi guru TIK harus segera disusun. Saat ini materi pelatihan sudah siap.
Bagi Indra, pelatihan guru TIK sangat penting dan strategis. Karena perkembangan teknologi informasi sedemikian cepat. Guru TIK harus cepat beradaptasi dengan perkembangan TIK salah satu caranya adalah meng-upgrade ketrampilannya melalui pelatihan.
“Jangan sampai perjuangan kita menghidupkan pelajaran TIK menjadi ternoda gara-gara pelajaran TIK yang tidak berkembang, itu-itu saja. Guru hanya bisa mengajarkan apa guna mouse, apa MS word apa MS excel. Karena sejatinya anak-anak sudah banyak yang paham,” katanya.
Indra mengingatkan era industry 4.0 akan berdampak pada pekerjaan manusia. Ke depan, akan semakin banyak pekerjaan manusia yang diambil alih oleh teknologi. Dan ini menjadi tantangan besar bagi guru-guru TIK untuk menyiapkan siswa menghadapi era tersebut.
“Akan semakin banyak pekerjaan yang dulu dilakukan manusia sekarang sudah tidak efektif. Karenanya ketrampilan manusia harus diupgrade, dengan ketrampilan pekerjaan yang memang belum atau tidak bisa digantikan oleh mesin,” lanjut Indra.
Menurut Indra, belajar TIK bukan berarti menjadikan anak sebagai seorang programmer computer. Lebih dari itu, TIK bertujuan melatih daya kreativitas dan inovasi anak, sehingga nantinya bisa bekerja pada bidang pekerjaan yang saat ini belum tercipta.
“Jadi aplikasi yang mereka buat cuma bahan untk latihan menjadi inovator. Supaya higher order thinking skills atau hotsnya muncul, cara berpikir kritisnya muncul,” tukas Indra.
Ia mengingatkan bahwa untuk menjadi seorang penemu atau inovator, lima unsur harus diperhatikan dalam pendidikan yakni penguasaan ilmu sains, teknologi, rekayasa, seni dan matematika. Integrasi dari lima kemampuan inilah yang akan melahirkan para penemu atau innovator masa depan.