26.3 C
Jakarta

WHO Percepat Penanganan Penyakit Tropis Di Kawasan Asia Tenggara

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Negara-negara WHO di kawasan Asia Tenggara  membuat kesepakatan bersama guna mempercepat  pemberantasan berbagai penyakit tropis terabaikan pada 2020. Penyakit ini dinilai telah mendorong penduduk miskin lebih jatuh ke dalam  kemiskinan dan kehidupan yang dirusak oleh deformitas dan stigma.

Mengadopsi ‘Call for Action’ pada pertemuan tingkat menteri tingkat tinggi di Jakarta, negara-negara Anggota berjanji menurut prioritas tertinggi untuk mempercepat upaya melawan penyakit tropis terabaikan (NTDs).

“WHO Asia Tenggara membuat pertempuran melawan NTDs prioritas kesehatan daerah dan program unggulan di tahun 2014. Kami melihat kemajuan yang signifikan. Tahun lalu saja India dinyatakan bebas frambusia, dan Maladewa dan Sri Lanka berhasil memberantas filariasis limfatik sebagai masalah kesehatan masyarakat. Daerah kami terus melakukan kampanye kemoterapi preventif terbesar di dunia, ” kata Dr Poonam Khetrapal Singh, Direktur Regional WHO Asia Tenggara dalam siaran persnya kemarin.

Call for Action menekankan pada kegiatan mempromosikan inovasi dan penelitian untuk meningkatkan pengawasan, diagnosis dan pengobatan lebih lanjut guna mengurangi beban penyakit NTD. Negara-negara anggota berjanji untuk meningkatkan sumber daya keuangan dan manusia secara berkelanjutan, untuk mencapai target penanganan NTDs.

Jakarta Call for Action juga berusaha melakukan pendekatan inovatif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan memonitor kemajuan secara real time trekait upaya tersebut.

WHO Regional Asia Tenggara menargetkan eliminasi filariasis limfatik, kala-azar, schistosomiasis, trachoma dan kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat. Termasuk juga berupaya mengeliminasi kasus frambusia.

Dari sembilan negara endemis filariasis limfatik (LF) di Daerah, Maladewa dan Sri Lanka telah berhasil menghilangkan penyakit tersebut sebagai masalah kesehatan masyarakat. Thailand dan Bangladesh telah menyelesaikan pemberian obat massal (inisiatif utama untuk eliminasi LF) di semua daerah endemik, sementara India menjadi negara pertama global untuk diverifikasi terkait eliminasi kasus frambusia dan mencapai eliminasi pada 2016.
Meskipun telah banyak negara di Asia Tenggara berhasil menangani berbagai penyakit NTDs, Dr Khetrapal Singh mengakui masih banyak tantangan yang harus diatasi bersama dan itu menjadi  prioritas utama. Sebab seperempat dari rumah tangga di Asia Tenggara menanggun beban tertinggi kedua NTDs diantara 6 wilayah WHO.  Dimana data menunjukkan pada kasus filariasis limfatik,  53% dari populasi global membutuhkan kemoterapi preventif. Data dari daerah  74% dari kasus kusta baru yang dilaporkan secara global, 41 persen kasus kala-azar global dan 42% dari anak-anak yang memerlukan kemoterapi preventif untuk cacingan soil transmitted.

Dr Khetrapal Singh menambahkan perlunya inovasi dan investasi, terutama untuk kusta, yang terus menjadi salah satu tantangan NTD terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Tiga hari pertemuan tingkat tinggi di Jakarta, dihadiri oleh lima menteri kesehatan. Dan  Jakarta Call for Action, bisa menjadi titik balik penting untuk lebih mempercepat upaya melawan NTDs di kawasan Asia Tenggara.

“The NTDs menawarkan mekanisme untuk menjangkau  orang-orang terpinggirkan guna memastikan tidak ada yang tertinggal melalui prinsip-prinsip jaminan kesehatan universal dan keadilan sosial,” kata Dr Khetrapal Singh.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!