# Setelah Kembali ke Pondok Lagi.
BIASANYA rasa kangen muncul justru setelah mengantar atau kembali ke pondok. Artinya belum lama ketemu. Aku khawatir kalau rasa itu hanya nafsu atau ego diri yang berlebihan. Maka meski kadang muncul meledak, aku tahan. Seminggu, dua minggu sampai satu bulan berlalu. Tidak ketemu. Karena masa pandemi Covid-19, tidak ada kunjungan ke pondok. Phone juga dibatasi. Awal kepulangan, jadwal phone tidak diberikan setiap pekan. Kali ini akhir bulan saja. Teknisnya juga dibalik. Kalau dulu, kami antri diphone pihak pondok, sekarang kami, para orang tua (wali) yang balik phone. “Karena kendala teknis,” penjelasan Ustadz.
Kami ngikut saja. Yang penting bisa phone dengan anak. Meski tidak juga bisa lihat gambarnya via video call. Phone kali ini cukup call saja. Gak begitu masalah bagiku.
Phone cukup lama. Sehingga bicaranya melompat-lompat. Dari tanya kegiatan di sana selama ini, sudah sampai juz berapa ngajinya, bagaimana makannya. Namun semuanya dalam rangka memuntahkan rasa rindu. Tapi dari semua itu yang lebih penting adalah memberikan support agar tetap semangat dalam mengaji. Karena jujur, aku termasuk yang sangat terlambat mengaji. Bayangkan baru bisa mengaji, atau membaca Al-Quran SMA akhir. Beda banget dengan Rohman, yang sejak lahir sudah dapat asupan ngaji.
“Besok kalau ada yang belum disampaikan, nulis surat terus photo kirim bapak, minta ijin Ustadz Kholil ya,” pungkas pembicaraan di ujung HP.
Dua minggu berikutnya benar. Surat pendek Rohman, satu lembar tulisannya disana-sini berisi pesan dan permohonan maaf tulus, kemarin liburan banyak main HP, ketimbang ngaji. Janji gak akan mengulangi besok kalau liburan lagi. (bersambung)