33 C
Jakarta

Rumah Sunat dr Mahdian Luncurkan Metode Sunat Tanpa Jarum Suntik

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Rumah Sunat dr Mahdian meluncurkan metode sunat tanpa jarum suntik. Revolusi sunat tersebut diharapkan mampu menghilangkan trauma dan ketakutan anak saat akan disunat.

Saat diskusi media, dr Mahdian Nur Nasution, pemilik Rumah Sunat dr Mahdian mengatakan sunat atau khitan acapkali disertai dengan tangisan anak yang meraung-raung akibat ketakutan saat memasuki ruang medis.

“Melihat jarum suntik, peralatan medis dan dokter berbaju putih, anak sudah ketakutan,” jelas dr Mahdian, Selasa (18/6/2019).

Padahal saat dilakukan sayatan terhadap ujung penis, si anak sebenarnya tidak merasakan sakit. Justeru rasa sakit atau nyeri sudah terbayang saat melihat ada jarum suntik.

Itu sebabnya Rumah Sunat dr Mahdian mengadopsi tehnik sunat yang baru yakni sunat tanpa jarum suntik atau needle free injection. Teknologi ini bekerja dengan cara mengantarkan cairan obat anestesi ke dalam lapisan kulit, masuk ke dalam jaringan subkutan tanpa penetrasi jarum yang tajam.

“Teknologi sunat tanpa jarum suntik mengantarkan cairan obat dengan menggunakan mekanisme tenaga pegas berkecepatan tinggi. Dengan kecepatan tinggi inilah dapat menghasilkan pancaran cairan sehingga obat dapat berpenetrasi ke dalam kulit melalui lubang yang sangat kecil,” lanjut dr Mahdian.

Teknologi needle free injection tersebut diakui dr Mahdian diadopsi dari Korea. Terdiri dari tiga komponen utama yakni alat semprot cairan anastesi yang terbuat dari kaca dengan ukuran, injector dan pompa injector. Injector yang menggunakan pegas dapat disesuaikan dengan kekuatan penetrasi ke kulit sesuai kebutuhan.

“Penggunaan teknologi ini berguna untuk membuat anak tidak takut dan juga dapat menghindari reaksi kulit setelah penyuntikan seperti rasa nyeri, kulit biru atau bengkak,” tukasnya.

Kelebihan lain dari tehnik ini adalah kecepatan sembuh, anak tidak mengalami trauma, tidak terjadi pendarahan, menghindari infeksi, dan tentu tanpa jahitan. Dengan berbagai kelebihan tersebut, anak yang sunat dengan tehnik ini dapat bersekolah sehari setelah sunat.

“Hari ini sunat, besok paginya anak sudah bisa sekolah,” kata dr Mahdian.

Rumah Sunat sendiri berdiri sejak 2006. Banyak anak-anak juga orang dewasa yang nyaman saat melakukan sunat di Rumah Sunat dr Mahdian.

“Rata-rata dalam setahun kami menangani 20 ribu anak yang sunat di berbagai daerah,”’ jelas dr Encep Wahyudan, praktisi sunat Rumah Sunat dr Mahdian.

rumah sunat
Seorang anak tengah di sunat di Rumah Sunat dr Mahdian. (ist)

Dengan ketekunan dan komitmen untuk memberikan pelayanan memuaskan bagi pasien dan keluarga, saat ini Rumah Sunat dr Mahdian telah memiliki 47 cabang di seluruh Indonesia. Beberapa inovasi yang diterapkan seperti metode clamp, gun stapler dan sunat tanpa suntik menjadi bagian dari peningkatan kualitas layanan Rumah Sunat dr Mahdian.

Trauma jarum suntik

The American Psychiatric Association mempublikasikan bahwa ada sekitar 10 persen orang di dunia yang mengalami fobia jarum suntik. Umumnya orang-orang yang fobia jarum suntik akan menghindari perawatan medis dengan menggunakan metode jarum suntik. Meski ini jelas dapat menghambat perawatan kesehatan.

Trauma jarum suntik itu sendiri juga ditemukan pada kasus anak-anak yang hendak khitan atau sunat. Akibatnya anak menangis meraung-raung saat memasuki ruang tindakan sunat.

Rumah Sunat dr Mahdian, sebuah rumah sunat terbesar di Indonesia mencoba memanfaatkan teknologi terkini yakni sunat tanpa jarum suntik untuk proses anestesi. Pemberian anestesi tanpa jarum suntik diharapkan dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak.

“Dengan demikian, anak akan gembira saat harus khitan. Tidak perlu trauma jarum suntik,” lanjut dr Mahdian.

Selain mengadopsi teknik sunat tanpa jarum suntik, Rumah Sunat dr Mahdian juga didesain sangat ramah anak. Ruangan dengan cat warna-warni yang cerah, aneka gambar dan stiker, juga penampilan dokter yang menanggalkan ciri khas jas putihnya.

jarum suntik
Trauma jarum suntik. (ist/hallosehat)

Dengan penampilan yang ramah tersebut ditambah tidak adanya peralatan sunat di ruangan (semua tersembunyi dilaci tempat tidur) akan membantu mengurangi rasa takut anak.

Mengapa harus sunat?

Sunat atau sirkumsisi merupakan prosedur membuang kulit prepusium penis atau lebih dikenal dengan kulup. Terdapat berbagai bukti ilmiah yang menunjukkan manfaat sunat dari sisi medis seperti menghindari risiko berbagai penyakit antara lain gonore, herpes, kanker serviks, infeksi saluran kemih, penularan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Human Pappiloma Virus (HPV).

Selain itu sunat juga mencegah terjadinya inflamasi dan meningkatkan hubungan seksual pada orang dewasa.

Terdapat beberapa kasus yang mengharuskan pasien sunat dewasa melakukan sunat kembali atau revisi penis. Bahkan tak sedikit kasus ini menimpa anak-anak.

“Hal tersebut tentunya akan menjadi pertanyaan mengapa harus melakukan sunat kembali padahal sebelumnya sudah sunat,” kata dr Mahdian.

Pada pasien anak bisa dilakukan sunat kembali jika terjadi kesalahan  dalam penanganan selama proses sunat yang berisiko kulup kembali lagi. Tentunya untuk melakukan tindakan sunat kembali tidaklah mudah karena anak bisa saja mengalami trauma.

Lebih lanjut dr Mahdian menjelaskan bahwa sunat sejatinya adalah membuang mukosa sebanyak mungkin untuk mencegah risiko terkena berbagai penyakit. Sunat yang baik adalah ketika mukosa dibuang sependek mungkin, sementara kulit lapisan luarnya boleh tetap panjang (long skin short mucossa).

Mukosa merupakan lapisan paling dalam dari kulup yang melindungi glans penis. Terdapat beberapa kasus sunat yang tindaannya bukan dengan tenaga medis, pada saat prosesnya masih menyisakan mukosa. Sehingga risiko kulup kembali dan menutupi kepala penis lebih besar.

Dalam jurnal yang berjudul Removal of Foreskin Remnants in Circumcised Adults for Treatment of Premature Ejaculation yang ditulis Mohammed Reza Namavar dan Baroomand Robati dipublikasikan oleh Urology Annals tahun 2011 menyebutkan bahwa prosedur khitan yang menghilangkan sebagian mukosa dan preputium dapat mengurangi jumlah reseptor yang berperan dalam kejadian (premature ejaculation atau PE).

BACA JUGA:

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!