26.5 C
Jakarta

Sahabat Polisi Indonesia Berbagi Sembako dan THR bagi Guru dan Siswa di Bantar Gebang

Baca Juga:

BEKASI, MENARA62.COM – Sebanyak 150 siswa dan guru di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat mendapatkan bantuan berupa paket sembako dan tunjangan hari raya (THR) dari Sahabat Polisi Indonesia. Bantuan diserahkan langsung oleh Direktur Pemberdayaan Perempuan, Dewan Pimpinan Nasional Sabena S.IKom mewakili Ketua Umum Fonda Teguh, Sh, SE, MH, Rabu (5/5/2021).

Kepada wartawan, Sabena yang akrab disapa Bena menyebutkan bahwa bantuan paket sembako dan THR diberikan sebagai bentuk dukungan kepada guru dan siswa di Bantar Gebang, Bekasi. Mereka didera kesulitan luar biasa akibat pandemi Covid-19.

“Pandemi Covid-19 yang melanda tanah air lebih dari satu tahun tidak hanya membawa dampak ekonomi bagi warga Bantar Gebang. Mereka, terutama anak-anaknya juga menghadapi kendala dalam bersekolah,” kata Bena.

Sebab sejak diberlakukaannya kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), anak-anak pemulung praktis tidak bisa belajar seperti biasanya. Karena PJJ membutuhkan dukungan gawai dan internet. “Jangankan untuk gawai dan paket data internet, buat makan saja mereka kesulitan,” lanjut Bena.

Ia mengatakan bahwa akibat pandemi Covid-19, penghasilan masyarakat Bantar Gebang yang merupakan pemulung turun drastis. Mereka rata-rata hanya berpenghasilan Rp20 ribu per hari. Dengan penghasilan sekecil itu, tentu tidak mungkin untuk memenuhi kebutuhan anak-anak untuk sekolah. “Bayar sekolah, beli peralatan sekolah apalai gawai dan paket data, tidak mungkin,” kata Bena.

Padahal disisi lain, kebijakan Merdeka Belajar yang digagas Kemendikbud membutuhkan kesiapan guru dan anak-anak untuk dapat mengeksplorasi lingkungan menjadi sumber belajar. Tetapi dengan keterbatasan sarana prasarana, dan minimnya dukungan pendanaan, membuat Merdeka Belajar menjadi sulit diimplementasikan.

Bena saat menyerahkan paket sembako bagi guru di Bantar Gebang (ist)

“Kami prihatin melihat kehidupan mereka, anak-anak butuh belajar, akan tetapi mereka memiliki keterbatasan, tidak bisa sekolah seperti anak-anak lain dengan fasilitas daring dan di sekolah umum seperti anak-anak lainnya,” lanjut Bena.

Dengan mengunjungi guru dan anak-anak, kata Bena itu adalah bentuk dukungan dan apresiasi terhadap mereka. Karena sejatinya mendukung tidak harus dilakukan dengan cara yang sulit. “Berkunjung, kita silaturahmi, mereka sudah sangat bahagia,” tukasnya.

Bena berharap, dalam kondisi sesulit apapun, para guru di Bantar Gebang tetap semangat untuk melanjutkan tugas mulia yakni mengajar anak-anak pemulung dengan tulus dan ikhlas. Sebab dengan konsep Merdeka Belajar, guru diberikan kebebasan oleh pemerintah untuk mengeksplorasi sumber belajar yang ada di sekitarnya. Guru dituntut untuk berinovasi dan berkreasi agar anak tetap dapat belajar dalam kondisi seperti apapun.

“Merdeka Belajar memberikan ruang lebih luas bagi guru untuk mengajar anak-anak, tentu dalam koridor kurikulum pendidikan yang sudah disusun pemerintah,” tambah Bena.

Untuk mengimplementasikan konsep Merdeka Belajar, lanjutnya, guru dan siswa di Bantar Gebang memang sangat membutuhkan dukungan dari pihak lain mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Karena itu ia berharap inisiatif mendatangi guru dan murid di Bantar Gebang ini dapat menimbulkan inspirasi bagi pihak lain untuk melakukan hal serupa.

“Mari kita sama-sama merdekakan anak-anak di sini, untuk mendukung kegiatan belajar mereka,” kata Bena.

Benar saat menyampaikan THR untuk siswa di Bantar Gebang (ist)

Misnah, salah satu dari 5 guru di Bantar Gebang mengaku membantu anak-anak Bantar Gebang belajar sejak tahun 2017. Mereka mengajar 150 anak pemlung dengan suka rela, tanpa honor.

“Semua anak- anak yang ikut belajar di sini gratis alias tidak membayar. Kami ingin mereka menjadi generasi yang cerdas seperti juga anak-anak lainnya,” tutup Misnah.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!