29.8 C
Jakarta

Sanggar Seni Joglo Pete Suguhkan Tari Jawa dan Bali

Baca Juga:

SUASANA Sanggar Seni Joglo Pete, Kamis (26/9/2019) malam, tidak seperti biasanya. Ada dua suara gamelan yang berbeda, kalem dan rancak. Gamelan kalem mengiringi tari klasik Jawa. Sedang suara gamelan yang rancak mengiringi tari klasik Bali yang dibawakan Sanggar Seni Pondok Pekak, Ubud.

Malam itu, Sanggar Seni Joglo Pete yang berada di Dusun Pete, Desa Majaksingi, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah sedang mementaskan tari klasik Jawa dan Bali. Penampilan keduanya bergantian, satu tarian klasik Jawa, kemudian tari klasik Bali. Ada enam tarian klasik Jawa dari Sanggar Seni Joglo Pete dan enam tari dari Sanggar Pondok Pekak.

Sanggar Seni Joglo Pete menampilkan enam tari yaitu Tari Edan-edanan, Gambyong Ayun-ayun, Risang Indrajit, Priyambodo Mustokoweni, Bambangan Cakil, dan Lambangsih. Sedang Sanggar Seni Pondok Pekak menyuguhkan Tari Penyambutan Panyenbrahma, Baris, Legong Kraton, Oleg, Jauk, dan Kodok.

Tari Kodok yang menceritakan Raden Inukertapati yang dikutuk menjadi kodok di Joglo Pete, Magelang, Kamis (26/9/2019). (foto : heri purwata)

Pementasan tari ini menandai pemberian Piagam Pengesahan Sanggar Seni Joglo Pete dari Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Piagam Pengesahan diserahkan Dedi Suprabowo, mewakili Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang, Drs Endra Endah Wacana MM dan diterima pemilik Sanggar Seni Joglo Pete, Rachel Harrison yang didampingi suaminya, Adi Maryono.

Acara ini dihadiri tokoh-tokoh seni dari Magelang, Yogyakarta dan kota-kota lain, masyarakat sekitar, dan tamu undangan. Tampaknya, masyarakat sangat terhibur dengan suguhan tari dari kedua sanggar seni ini.

Dijelaskan Rachel Harrison, Sanggar Seni Joglo Pete, mempunyai visi untuk melestarikan budaya Jawa yang luhur, penuh makna, ajaran kesabaran, budi pekerti jauh sampai ke masa depan. Hal ini sebagai upaya agar semua pengunjung Candi Borobudur bisa mengapresiasi dan menikmati.

“Sanggar Seni Joglo Pete juga mempunyai visi mendorong seniman-seniman yang ada di sekitar Candi Borobudur agar bisa maju. Mereka adalah masyarakat sekitar Candi Borobudur yang tidak boleh tertinggal oleh kemajuan Pariwisata Borobudur,” kata Rachel Harrison.

Ubud, lanjut Rachel, merupakan salah satu contoh nyata integrasi budaya dan pariwisata. “Kami berharap kedatangan Sanggar Pondok Pekak Ubud Bali ke Sanggar Seni Joglo Pete menginspirasi. Kedatangannya tidak hanya membawa seni yang bernilai indah dan tinggi, tetapi juga membawa suksesnya seni dan budaya menjadi bagian dari kesuksesan pariwisata di Bali,” harap Rachel.

Rachel mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini. Di antaranya, Pemerintah Kabupaten Magelang, Sanggar Seni Pondok Pekak, teman-teman Sanggar Seni Joglo Pete, Pemuda Dusun Pete, Hotel Amanjiwo, Hotel Plataran dan Hotel Villa Borobudur, teman-teman seniman Borobudur dan seluruh tamu undangan.

Sanggar Seni Joglo Pete merupakan sanggar tari dan karawitan yang berdiri 17 Juli 2015. Sanggar ini dipimpin Budi Ismoyo SPd dengan jumlah anggota sebanyak 36 orang yang berasal dari masyarakat sekitar Borobudur. Sedang pelatih tari dan karawitan berasal dari seniman Borobudur dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Sementara Dedi Suparbowo yang juga pamong budaya ini menyambut baik kehadiran Sanggar Seni Joglo Pete yang berkonsentrasi pada tari dan karawitan. Kehadiran Sanggar Seni Joglo Pete ini menambah tempat berlatih bagi generasi muda untuk melestarikan seni dan budaya Jawa.

“Kerawitan dan tari, di Kabupaten Magelang masih jarang. Berdirinya Joglo Pete ini cukup membahagiakan bagi Disdibud Kabupaten Magelang. Harapannya, nanti banyak generasi muda yang mengenal kerawitan dan tari. Sebab kesenian di Magelang kebanyakan kerakyatan seperti Topeng Ireng dan Kubro. Ada tambahan sanggar kerawitan dan tari ini luar biasa,” tandas Dedi.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!