JAKARTA, MENARA62.COM – Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional PP Muhammadiyah Sudibyo Markus mengajak dunia untuk mengakhiri perang. Apalagi perang yang mengatasnamakan agama.
Dalam berbagai sejarah perang yang mengatasnamakan agama sejatinya tidak mencerminkan pembelaan terhadap agama tertentu. Sebut saja Perang Salib yang terjadi tahun 1095-1297. Perang berdarah-darah yang memakan waktu ratusan tahun tersebut melibatkan Katolik dan Islam.
“Tetapi anehnya dalam perang tersebut tidak ada misi untuk penginjilan,” kata Sudibyo saat peluncuran buku berjudul “Dunia Barat dan Islam: Cahaya di Cakrawala” di gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Selasa (29/10/2019).
Begitu Jerusalem dikuasai, ternyata warga setempat yang berjumlah sekitar 70 ribu tetap dibunuh, apapun agamanya dan berapapun usianya tetap dibantai. Perang Salib juga membawa misi Kaisar Konstantinopel untuk kembali merebut Jerusalem yang mulai diganggu orang-orang Turki Seljuk.
Tiga hal
Selain Perang Salib, ada tiga tonggak sejarah penting yang disampaikan Sudibyo melalui buku yang ditulisnya tersebut. Yakni Konsili Vatikan II, Kalimatun Sawa dan Agenda for Humanity hasil World Humanitarian Summit di Instanbul, Turki, pada 2016.
Konsili Vatikan II (1962-1965), lanjut Sudibyo Markus, sudah mengeluarkan pernyataan yang berisi Pembaharuan Sikap Gereja Katolik terhadap Islam dengan menghargai kebenaran dan keutamaan dalam Islam serta ajakan melupakan segala pertentangan masa lalu.
Pada Kalimatun Sawa, juga disampaikan surat terbuka 138 ulama dan cendekiawan Muslim sedunia kepada Paus Benediktus XVI dan petinggi gereja sedunia. Dalam surat yang tertanggal 13 Oktober 2007 itu berisi ajakan seluruh umat beragama menjadi poros dan instrumen perdamaian antarumat manusia.
Terakhir, kata Dibyo, adalah Agenda for Humanity pada 23-24 Mei 2016 di Turki mengeluarkan Keputusan World Humanitarian Summit. Forum yang masuk dalam agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa itu pertama kali mengagendakan perdamaian dan agenda kemanusiaan.
BACA JUGA: Barat dan Islam, Kategori Yang Problematis |
Melalui buku setebal 497 tersebut Sudibyo ingin membangun kerja sama umat beragama untuk mengakhiri perang, mengakhiri tindakan saling membunuh.
“Mereka yang dahulu saling membunuh, sekarang mari diakhiri semuanya, karena tak ada alasan penting membunuh,” katanya.
Terakhir, kata Sudibyo, adalah Agenda for Humanity pada 23-24 Mei 2016 di Turki mengeluarkan Keputusan World Humanitarian Summit. Forum yang masuk dalam agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa itu pertama kali mengagendakan perdamaian dan agenda kemanusiaan.
Sebelumnya Sudibyo Markus telah melakukan bedah buku Dunia Barat dan Islam: Cahaya di Cakrawala di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) dengan menghadirkan sejumlah pembahas.