26.9 C
Jakarta

Jaga NKRI, Menristek Minta Mahasiswa Belajar dari Sejarah Hancurnya Yugoslavia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro meminta mahasiswa belajar dari sejarah hancurnya negara Yugoslavia. Negara yang terletak di Eropa Timur tersebut kini tercerai berai menjadi beberapa Negara karena tidak dapat menjaga persatuan.

“Negara Yugoslavia termasuk Negara yang usianya sudah tua. Tetapi toh bisa pecah juga,” kata Bambang pada Pembekalan Pancasila dan Wawasan Keindonesiaan dari Tokoh dan Pemimpin Nasional Indonesia dalam rangka merayakan Hari Sumpah Pemuda 2019, Selasa (29/10) di Auditorium BPPT II, Jakarta.

Pasca kematian Presiden Josip Broz Tito, Yugoslavia dilanda perang antar etnis dan kewilayahan. Gerakan genosida dan munculnya kebencian membuat perang di Negara tersebut menjadi perang yang paling berdarah-darah. Pada akhirnya Negara tersebut pecah menjadi Negara kecil seperti Serbia, Kroasia, Bosnia dan lainnya.

Indonesia lanjut Bambang pernah melewati masa-masa sulit yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa yakni kasus kerusuhan 1998. Beruntung Indonesia bisa melewati masa-masa tersebut dan hingga kini NKRI masih terus berdiri tegak.

Meski demikian, Bambang mengingatkan agar mahasiswa tidak lengah untuk menjaga persatuan dan kesatuan demi tetap tegaknya NKRI. Caranya, menumbuhkan sikap toleransi aktif baik dalam komunitas, di kampus, lingkungan masyarakat dan diberbagai kesempatan.

“Tentu yang jadi dasar adalah Pancasila. Karena pada Pancasila terdapat titik temu antara agama dan demokrasi,” tambah Bambang.

Berbicara Negara maju, menurut Bambang, Indonesia bisa belajar dari Amerika Serikat. Negara dengan PDB tertinggi di dunia tersebut memberikan kesempatan kepada semua warganya untuk meraih mimpi dengan slogan American Dream. Poin pentingnya adalah Negara Amerika memberikan kesempatan kepada semua warga negaranya untuk meraih mimpinya, untuk bisa menjadi apa saja.

Untuk Indonesia, Bambang mengingatkan bahwa mimpi menjadi Negara maju pada 2045 bisa terealisasi jika mahasiswa memegang tiga hal penting yakni toleransi aktif, kohesivitas (kebersamaan), dan usaha kreatif inovatif. Paling tidak ketiga hal tersebut dibutuhkan agar Indonesia maju dalam penguasaan teknologi pada 100 tahun kemerdekaan

“Pesan saya sebagai generasi tua kepada Anda para mahasiswa, pentingnya toleransi aktif,” ungkap Bambang Brodjonegoro

Menristek menjelaskan toleransi aktif ini penting sebagai landasan Indonesia menjadi negara maju karena toleransi aktif akan membuat semua orang punya kesempatan yang setara untuk mencapai mimpinya.

“Kalau Anda mengedepankan toleransi berdasarkan kesetaraan, maka kita semua sebenarnya akan meletakkan negara ini menjadi negara maju,” ungkap Bambang Brodjonegoro.

Jika semua mahasiswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk bermimpi, setiap mahasiswa akan lebih mudah untuk diajak dalam kohesitivas atau kebersamaan menuju mimpi Indonesia maju, demikian ungkap Bambang Brodjonegoro.

“Generasi Anda sudah harus berpikir apa mimpi Indonesia. Kalau saya ingin memberikan masukan, mimpi Indonesia paling tidak (menjadi) negara maju ketika kita merayakan seratus tahun kemerdekaan. Dan tentunya mimpi tadi atau upaya kita untuk membuat Indonesia menjadi negara maju harus diperkuat dengan kohesivitas sosial,” ungkap Menristek/Kepala BRIN.

Selain mengajak mahasiswa untuk bekerja sama mencapai kemajuan Indonesia, Menristek juga mengajak mahasiswa mengubah paradigma dari mahasiswa yang hanya rajin dan tekun menjadi mahasiswa yang kreatif dan inovatif.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!