29.9 C
Jakarta

Tangis dan Tawa Selalu Menemani

Baca Juga:

“…Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan ‎kesedihanku…” (Q.S. Yusuf: 86)‎

Tidak ada yang abadi di dunia ini. Susah-senang, sedih-bahagia, ‎tangis-tawa selalu datang silih berganti menemani hari-hari kita. Suatu saat ‎kesenangan meliputi hari-hari kita. Di saat lain, kesusahan akrab menemani ‎kita. Suatu waktu kesedihan melingkupi hidup kita. Di lain waktu, kebahagiaan ‎menyertai kehidupan kita. Isak tangis terkadang mewarnai perjalanan hidup ‎ini, tak lama kemudian derai tawa hadir menyemangati. Inilah dinamika hidup. ‎Tak ada yang abadi. Semua datang silih berganti. Tinggal bagaimana kita ‎menyikapinya.‎

Al-Qur’an menuntun kita bagaimana menyikapi dinamika kehidupan ‎ini. Apa yang harus kita lakukan ketika dirundung masalah, diliputi persoalan, ‎didera ujian dan cobaan hidup? Apa pula sikap yang harus kita ambil ketika ‎dibalut kesenangan, diliputi kebahagiaan, dipenuhi nikmat dan kemudahan ‎dalam hidup ini? ‎

Ada pelajaran yang sangat berharga dicontohkan oleh Nabiyullah ‎Ya’kub AS, ketika didera kesusahan dan kesedihan akibat memikirkan nasib ‎serta mengenang kepergian putra tercintanya, Yusuf AS, Sejak kepergian ‎Yusuf (beserta saudara-saudaranya), yang tak kunjung kembali, Nabi Ya’kub AS menjalani hari-harinya penuh kesedihan. Meski demikian, beliau tetap ‎sabar dan tabah menghadapi ujian hidup yang berat itu dengan tetap ‎berserah diri kepada Allah SWT. Tentang kesusahan serta kesedihan yang ‎dialaminya, Al-Qur’an mengabadikan ucapan Nabi Ya’kub AS dalam QS Yusuf ‎ayat 86, “…Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan ‎kesedihanku…” (QS Yusuf: 86).‎

Dengan kepasrahan yang total kepada Allah SWT, akhirnya Allah ‎mengijabah doa Nabi Ya’kub AS agar kembali dipertemukan dengan putra ‎tercintanya, yakni Yusuf AS. Tidak hanya itu, kebutaan yang dideritanya ‎akibat terus menerus menangisi kepergian putra tercintanya itu pun, akhirnya ‎sembuh atas izin Allah, dengan cara mengusapkan baju yang telah dikenakan ‎oleh Yusuf AS. Demikianlah cara yang ditempuh oleh kekasih Allah ketika ‎serangkaian ujian dan cobaan hidup hadir dalam kehidupannya. Hanya ‎mengadu dan menumpahkan segala beban derita kepada Sang Maha Kuasalah ‎cara terbaik untuk menyelesaikan persoalan hidup. Dialah Sang Maha Pemberi ‎solusi.‎

Di sisi lain, ketika kita tengah diberikan berbagai kemudahan dalam ‎menjalani hidup ini, diliputi kebahagiaan dan kenikmatan, maka Nabiyullah ‎Sulaiman AS, mengajarkan bagaimana seharusnya kita bersikap. Atas segala ‎nikmat serta karunia yang Allah berikan kepadanya, Nabi Sulaiman AS, ‎sebagaimana termaktub dalam QS An-Naml ayat 40, mengatakan: “Ini ‎termasuk kurnia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau ‎mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ‎dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka ‎sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia”.‎

Anugerah

Demikianlah cara yang dipilih hamba-hamba kekasih Allah yang mulia. ‎Ketika limpahan nikmat serta karunia Allah melingkupi kehidupannya, alih-alih ‎menyombongkan diri dengan membusungkan dada, serta memandang rendah ‎orang lain. Mereka justru menyadari sepenuhnya bahwa semua itu adalah ‎anugerah serta karunia yang Allah berikan, untuk menguji apakah mereka ‎mensyukuri nikmat itu ataukah justru mengingkarinya.‎

Dari keterangan ayat-ayat al-Qur’an tersebut, dapat kita pahami bahwa ‎baik kesedihan ataupun kebahagiaan, isak tangis ataupun derai tawa, ‎kesemua itu harus kita sikapi dengan penuh penghambaan kepada Allah SWT.‎

Kesedihan dan kesusahan hanya bisa terselesaikan dengan mengadu ‎kepada Allah. Pun demikian halnya dengan kebahagiaan dan kenikmatan, ‎hanya akan bernilai dan bermakna ketika kita sadari bahwa itu semua adalah ‎anugerah Allah yang harus disyukuri.‎

Ruang Inspirasi, Kamis, 5 Desember 2019.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!