26.3 C
Jakarta

Tim International Peat Mapping Juarai Kompetisi Indonesian Peat Prize

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Tim International Peat Mapping keluar sebagai pemenang dalam ajang Indonesian Peat Prize (IPP) yang digelar oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Hasil kompetisi tersebut diumumkan bersamaan dengan peringatan Hari Lahan Basah Sedunia 2018, di Jakarta, Jumat (02/02/2018).

Dengan kemenangan ini, maka tim yang beranggotakan ilmuwan dari Remote Sensing Solutions GmbH(RSS), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Universitas Sriijaya berhak memperoleh hadiah senilai 1 juta Dolar AS.

Dalam sambutannya, Kepala BIG Hasanuddin Z Abidin menjelaskan kompetisi pemetaan lahan gambut telah berlangsung sejak dua tahun lalu. Setelah melalui penjurianyang cermat, tim International Peat Mapping berhasil mengalahkan 4 pesaingnya yang masuk dalam babak final.

“Awalnya kita menerima 44 tim, lalu setelah diseleksi terpilih 11, lalu menjadi lima. Dari lima ini, keluarlah juaranya,” kata Hasanuddin.

Diakui Hasanuddin, lima tim yang masuk final memiliki metode terbaik dalam memetakan luasan lahan gambut. Ini sempat membuat tim juri cukup kesulitan untuk menentukan pemenangnya.

“Karena itu BIG memutuskan hasil dari metode pemetaan lima peserta ini akan kami gunakan, kami kombinasikan. Jadi empat lainnya memang tidak juara tetapi hasil pemetaan tetap kami pakai,”jelasnya.

Tim International Peat Mapping lanjut Hasanuddin berhasil mengkombinasikan teknologi berbasis satelit, LiDAR dan pengukuran lapangan yang kemudian menghasilkan metode pemetaan gambut yang akurat, cepat dan terjangkau. Tim mengaplikasikan produk bernama WorldDEM yang menggunakan citra satelit untuk membuat model permukaan bumi dengan resolusi 10 meter, serta citra satelit Sentinel.

Tim mengombinasikanteknologi berbasis satelit ini dengan model permukaan bumi yang dihasilkan dari LiDAR (teknologi yang menggunakan cahaya laser untuk menciptakan peta permukaan bumi 3 dimensi) yang diterbangkan dengan pesawat.

Metodologi tim juga mencakup pengukuran lapangan untuk menghasilkan model yang dapat mengukur ketebalan gambut secara akurat. Tim juga melakukan verifikasi lapangan atas data gambut yang dihasilkan dengan berbagai teknologi tersebut.

Adapun anggota tim terdiri atas pakar pemetaan lahan gambut dari Indonesia, Jerman dan Belanda yakni Prof Dr Florian Siegert, Dr, Uwe Ballhorn, Peter Navratil, Prof, Dr Hans Joosten, Dr. Muh. Bambang Prayitno, Dr. Bambang Setiadi, Felicitas von Poncet, Suroso dan Dr. Solichin Manuri.

Metode terbaik

BIG diakui Hasanuddin sangat senang karena kompetisi ini menghasilkan metode terbaik untuk memetakan lahan gambut yang mengombinasikan ketepatan waktu, biaya dan keakuratan untuk mendukung tugas BIG dalam pemetaan dan penyediaan data serta informasi geospasial,” lanjut Hasanuddin.

Selanjutnya BIG akan memimpin proses untuk memanfaatkan metode pemenang sebagai rujukan utama untuk memperbaiki Santadr Nasional Indonesia (SNI) pemetaan gambut berskala 1:50.000 dan akan memulai proses tersebut dengan mengeluarkan peraturan Kepala BIG tentang pemetaan gambut Skala 1:50.000.

IPP sendiri diprakarsai BIG untuk merespon masih minimnya, kurang akuratnya dan kurang terkininya data dan informasi gambut di Indonesia. gambut, lapisan vegetasi dan tanah yang tebal dan basah yang tertimbun selama ribuan tahun, dapat ditemukan dibanyak ekosistem tropis. Dan Indonesia merupakan rumah bagi hutan rawa gambut terbesar di dunia.

Lahan gambut sangat kaya akan kandungan karbon dan keanekaragaman hayati namun seringkali dikeringkan atau dibakar untuk dialihfungsikan menjadi lahan pertanian dan perkebunan.

Gambut adalah sumber emisi karbon yang besar ketika dibakar atau membusuk. Pada tahun 2015 lahan gambut berkontribusi sekitar 42 persen emisi Indonesia. kebakaran hutan dan lahat gambut yang terjadi pada tahun tersebut mengakibatkan sekitar 100 ribu kematian dini, menimbulkan kerugian ekonomi hingga Rp221 triliun serta melepaskan 1,62 miliar metrik ton gas rumah kaca, setara dengan emisi yang dikeluarkan 350.000 kendaraan sepanjang tahun.

IPP tidak hanya mmpresentasikan sebuah solusi terobosan bagi Indonesia tetapi juga menyediakan jalan bagi masyarakatr di seluruh dunia untuk bekerjasama memperbaiki tata kelola dan konservasi lahan gambut.

IPP dipimpin oleh pemerintah Indonesia, dengan dukungan Yayasan David and Lucile Packard, pakar gambut dan pemetaan yang tergabung dalam Dewan Penasehat Ilmiah serta tim teknis yang berasal dari BIG, Kementerian Pertanian serta Kementerian Lingkungan Hidup. Dan WRI Indonesia merupakan mitra pelaksana IPP.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!