“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.”” (Q.S. An-Nas: 1-6)
Di dalam surat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw untuk berlindung kepada Allah dari was-was setan. Meski perintah ini ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi juga mencakup perintah kepada kita semua, umat manusia. Kita diperintahkan untuk selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala bentuk kejahatan berupa bujuk rayu serta bisikan (waswas) setan.
Di dalam al-Qur’an, kata waswasa dengan beragam bentuknya disebut sebanyak lima kali, yaitu terdapat pada Q.S. Al-A’raf: 20, Q.S. Thaha: 120, Q.S. Qaf: 16, Q.S. An-Nas: 4 dan 5.
Kata waswasa menurut para ulama tafsir dapat diartikan dengan ucapan yang tersembunyi (al-kalam al-khafi) atau bisikan halus. Adapun pengertian waswasa dalam rangkaian ayat pada surat An-Nas di atas adalah bisikan, bujuk rayu, serta tipu daya setan agar manusia ragu kepada Allah, serta melakukan tindak kejahatan berupa maksiat kepada-Nya.
Kata waswasa ini kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi waswas, yang berarti ragu-ragu, cemas, tidak tenang dan gelisah. Kata ini biasanya digunakan untuk menunjukkan kondisi ketidakmantapan hati untuk melakukan sesuatu, atau keraguan akan sesuatu.
Dalam rangkaian ayat di atas, sosok yang menebarkan benih-benih keraguan melalui bisikan-bisikan halus ke dalam dada manusia adalah al-Khannas.
Menurut Ath-Thabari dalam tafsirnya, al-Khannas adalah setan yang membisikan kejahatan ke dalam dada manusia. Dia datang di saat seseorang sedih dan senang. Ketika sedih, setan datang dengan bisikan keraguan akan kekuasaan Allah. Dia membisikan ke dalam dada manusia agar tidak meyakini takdir Allah. Sedangkan di saat senang setan datang dengan bisikan agar manusia bangga dan sombong atas apa yang didapatnya, sehingga dia melupakan Allah.
Bisikan setan yang demikian halus itu seringkali membuai manusia. Sehingga mereka tidak menyadari bahwa di dalam hatinya telah dipenuhi oleh bisikan dan bujuk rayu setan la’natullah.
Sepasang remaja yang tengah dimabuk asmara, misalnya, maka bisikan halus setan seringkali membuai mereka. Mereka dijanjikan keindahan dan kesenangan. Mereka pun terbuai, hingga akhirnya melakukan tindak perzinahan. Mereka kelak menyesal setelah menyadari apa yang mereka lakukan.
Seorang pedagang juga tidak luput dari bisikan setan. Setan merayunya untuk melakukan tindak kecurangan dalam cara berdaganya. Dia janjikan keuntungan yang berlipat-lipat kepada si pedagang asal dia tidak berlaku jujur.
Bahkan, bisikan setan juga menghampiri para ulama. Dia bisikan kepada mereka bahwa ilmu agama yang mereka miliki adalah yang terbaik, sehingga mereka merasa seolah-olah mereka adalah orang yang paling mulia dan paling layak dihormati. Mereka menganggap remeh orang lain yang menurut mereka ilmunya lebih rendah.
Inilah bisikan-bisikan setan yang akan selalu mengintai kita dalam segala kondisi. Maka, marilah kita senantiasa memohon perlindungan kepada Allah SWT agar dijaga dari bisikan-bisikan setan yang terkutuk.
Ruang Inspirasi, Kamis, 1 September 2022.