32.5 C
Jakarta

FKIP UAD Gelar Konferensi Nasional Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) selenggarakan Konferensi Nasional Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan III. Konferensi ini, untuk merespon beragam dinamika kebangsaan.

Konferensi dilakukan di Islamic Center, Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan, Ring Road Selatan, Tamanan, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (11/11/2017). Konferensi tersebut diselenggarakan FKIP UAD bersama Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Indonesia (AP3Kn) DIY.

Kegiatan bertema “Peneguhan Jiwa Profetik dan Patriotik, Merespon Dinamika Keindonesiaan dan Kemanusiaan” menghadirkan Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah sebagai pembicara kunci.

Sedangkan pembicara pada konferensi ini adalah Prof Dr Masrukhi MPd, Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang, Dr Kama Abdul Hakam (Tim Pengembang Nasional Pendidikan Karakter, dosen Pendidikan Umum Universitas Pendidikan Indonesia) dan Halili MA (dosen PKn-UNY).

Isu-isu yang dibahas dalam konferensi ini dan menjadi sub tema pembahasan di forum pemakalah diantaranya adalah transformasi nilai profetik PKn, pembelajaran PKn tingkat dasar, menengah dan pendidikan tinggi, inovasi dan model pembelajaran, serta isu keindonesiaan.

Keseluruhan konferensi ini dihadiri 200 pesert. Peserta tersebut berasal dari berbagai kalangan yaitu, Guru, pemerhati PKn, mahasiswa dan dosen. Sebanyak 66 naskah makalah siap dipublikasikan di prosiding cetak dan daring.

Pemakalah berasal dari berbagai universitas diantaranya adalah Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Universitas Muhammadiyah Makasar, Universitas buana karawang, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Negeri Surakarta.

Ketua Panitia, Dikdik Baehaqi menyampaikan harapannya, terkait konferensi ini. “Agar isu-isu ke-Indonesia-an dan keumatan yang dewasa ini menyeruak di permukaan dapat terjawab melalui konferensi ini,” ujarnya.

Dalam paparannya, Dahnil menyampaikan tentang perjuangan melalui nalar ilmiah. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh bangsa seperti Moh Hatta. “Tokoh-tokoh ini melakukan perjuangan melalui perang tulisan di jurnal, melawan ilmuwan Belanda. Contohnya Perang terkait penyebutan nama Indonesia, juga munculnya Pancasila sebagai produk dialog. Instrumen dialog adalah nalar yang sehat, tanpa nalar ilmiah ini maka dialog pasti rusak,” jelasnya.

Penulis: Ar

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!