28.4 C
Jakarta

Mengenal Gunung Anak Krakatau

Baca Juga:

mengenal gunung anak krakatau
mengenal gunung anak krakatau

Antara melansir, Gunung Anak Krakatau muncul dari kaldera yang terbentuk dari letusan induknya, Gunung Krakatau, pada 1883. Kemunculannya pertama kali terlihat oleh nelayan pada 29 Desember 1927.

Menguak Fakta Bencana Alam Letusan Krakatau 1883

Belum lama ini, para ilmuwan Geologi dunia merayakan dahsyatnya dua abad letusan Tambora. Berdasar skala eksplosif, Tambora memang lebih dahsyat letusannya ketimbang Krakatau. Namun kala itu gunung Tambora meletus saat jumlah populasi manusia di Indonesia belum mencapai jumlah yang meningkat secara siginifikan.

Sedangkan saat bencana alam letusan Krakatau di penghujung abad 18, ketika itu Batavia dan wilayah sekitar Krakatau sudah menjadi tempat tinggal manusia. Ada perkembangan populasi yang cukup masih dan teknologi juga berkembang baik ketika itu.

BACA JUGA: Erupsi Gunung Anak Krakatau Bahayakan Penerbangan

Bencana alam letusan gunung Krakatau di 26-27 Agustus 1883, menjadi catatan kelam kebencanaan Indonesia. Skala letusan Krakatau sangat dahsyat, daya ledaknya mencapai kira-kira 30.000 kali bom atom Hiroshima dan Nagasaki di penghujung Perang Dunia II.

Letuhan itu berlangsung selama dua hari dua malam. Akibat letusan Krakatau tersebut, telah menyebabkan korban jiwa lebih dari 36.000 manusia. Rata-rata korban tewas akibat dampak masif awan panas yang terlontar keluar dari perut Krakatau dan akibat gelombang tsunami yang menghempas pesisir pantai Jawa, Sumatera dan Samudera Hindia.

letusan gunung anak krakatau
Letusan Gunung Anak Krakatau penyebab tsunami Banten. ©Susi Air/via REUTERS

Menurut catatan para ahli, tsunami Krakatau adalah yang terdasyat yang pernah terjadi di abad modern, sebelum bencana alam mega tsunami menghempas Samudera Hindia pada 26 Desember 2004.

Dahsyatnya bencana alam letusan Krakatau dapat tergambarkan melalui penampang muka anak Krakatau yang masih aktif hingga saat ini. Ledakan super dahsyat di tahun 1883 itu, telah menghancurkan puncak Krakatau dan seakan memunculkan puncak baru yang lebih kecil. Puncak baru itulah yang kini dikenal sebagai gunung anak Krakatau.

Proses terbentuk

Berdasarkan proses terbentuknya, rangkaian Pulau Vulkanik yang membelah Pulau Jawa dan Pulau Sumatera di Selat Sunda adalah akibat fenomena subduksi lempeng Australian dan lempeng Eurasian selama jutaan tahun. Tubrukan dua lempeng tersebut yang memunculkan kawasan Kaldera Pulau Rakata, satu dari tiga pulau sisa letusan Gunung Krakatau Purba yang meletus pada awal abad Masehi.

Perlahan, Pulau Rakata tumbuh karena dorongan aktivitas vulkanik dari lempeng Australian dan lempeng Eurasian yang menyatukan Pulau Rakata, Gunung Danan, dan Gunung Perbuwatan yang kemudian disebut sebagai Gunung Krakatau, hingga terjadinya bencana alam letusan dahsyat di tahun 1883.

Terjadinya, letusan di 27 Agustus jam 10.20 WIB di tahun 1883, sebetulnya merupakan aktivitas awal Krakatau yang sunyi selama 200 tahun tanpa gejolak vulkanis. Penyimpanan energi besar di bawah kawah Krakatau, kemudian melontarkan ledakan dahsyat. Berdasarkan pada catatan National Geographic, letusan Krakatau merupakan suara paling keras yang menghancurkan sejarah manusia di abad modern. Suaranya terdengar sampai ribuan kilometer jauhnya di wilayah Afrika Barat.

BACA JUGA: Tsunami di Selata Sunda Dipicu Longsoran Gunung Anak Krakatau

Bencana alam letusan di pagi hari itu, seketika menjadikan Jawa khususnya Batavia dan Sumatera berada dalam kepekatan sempurna. Wilayah ini tanpa sinar matahari sama sekali selama berminggu-minggu. Batu dan abu vulkanis terlempar hingga ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru. Letusan ini, memicu gelombang tsunami setinggi lebih dari 30 meter yang menyapu pesisir barat dan selatan Jawa.

Pasca letusan dahsyat di tahun 1883 yang meruntuhkan Gunung Krakatau, sejak tahun 1927 hingga kini, muncul ke permukaan sebuah gunung baru yang oleh penduduk setempat disebut sebagai Anak Krakatau. Tiap tahunnya, gunung Anak Krakatau masih memuntahkan abu vulkanis dalam skala kecil, dan bertumbuh setinggi 6 meter atau 0.5 meter per bulannya.

Apakah kawasan Kaldera Purba hasil tubrukan lempeng Australia dan lempeng Eurasia di Selat Sunda akan bergejolak kembali, dan menjadi bencana alam gunung meletus dahsyat seperti di tahun 1883 silam, hanya Allah SWT yang tahu.

BACA JUGA: Aktivitas Gunung Anak Krakatau Picu Tsunami Lampung

Namun, pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam, longsoran material dari letusan Gunung Anak Krakatau, diperkirakan menjadi penyebab tsunami yang melanda sebagian wilayah Selat Sunda lain seperti Lampung Selatan dan Banten. Akibatnya, sebagian wilayah Banten dan Lampung Selatan porak poranda diterjang tsunami.

Ingatan kita pun langsung pada letusan Gunung Krakatau tahun 1883.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!