YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Prof Dr HM Noor Rochman Hadjam SU, Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengingatkan agar Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) melakukan penelusuran terhadap lulusannya. Data penulusuran lulusan atau tracer study akan menjadi salah satu syarat untuk mempertahankan akreditasi lembaga perguruan tinggi (PT) di Indonesia.
Prof Noor Rochman Hadjam mengungkapkan hal tersebut pada Wisuda UAD periode Juli 2019 di Yogyakarta, Sabtu (20/7/2019). Kali ini, UAD mewisuda sebanyak 1.045 lulusan yang terdiri 930 orang Strata Satu (S1), dan 115 orang Strata Dua (S2). Sebanyak 547 wisudawan lulus dengan predikat Cumlaude.
“Ini menjadi pengalaman saya pertama, selama menjadi anggota Diktilitbang sejak tahun 1990 sampai sekarang baru merasakan ada 50 persen atau 547 lulusan berpredikat Cumlaude. Ini hebat sekali,” kata Prof Noor Rochman Hadjam.
Namun di balik kegembiraan, Prof Noor Rochman Hadjam mengingatkan ada masalah yang harus diwaspadai ke depan. Saat ini, sudah ada beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang akreditasi institusi A. Ke depan ada tantangan, untuk mempertahankan akreditasi lembaga perguruan tinggi harus dilengkapi dengan tracer study atau penelitian terhadap alumni dalam hal pencarian kerja, situasi kerja, dan pemanfaatan pemerolehan kompetensi.
“Lulusan UAD sudah ada 47 ribu lebih dan nanti pada waktu akreditasi ada perubahan. Akan ditanyakan learning outcome. Apakah lulusan UAD yang jumlahnya 47 ribu lebih itu betul-betul bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki,” katanya.
Tugas ini, kata Hadjam, menjadi tanggung jawab Ketua Keluarga Alumni Universitas Ahmad Dahlan (KAMADA). “Silakan Ketua KAMADA berhubungan dengan UAD untuk melakukan tracer study. Sehingga akreditasi A tetap bisa dipertahankan. Itu hanya salah satu syarat,” tandas Hadjam.
Syarat lain, lanjut Hadjam, jumlah dosen bergelar doktor akan ditingkatkan menjadi 75 persen. Saat ini, jumlah dosen bergelar doktor di UAD masih 50 persen. Karena itu, UAD harus bisa mendorong dosen-dosennya yang sedang belajar program doktoral agar bisa selesai sebelum penilaian akreditasi ulang.
Sementara Rektor UAD, Dr Kasiyarno MHum berpesan kepada wisudawan agar memanfaatkan ketrampilan yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di UAD. Selain itu, alumni UAD harus menjaga etika dan nama baik almamater.
Saat ini, lanjut Kasiyarno, UAD bukan lagi perguruan tinggi nasional, tetapi sudah meningkat menjadi universitas internasional. Hal ini ditandai dengan adanya program studi internasional yang sudah dibuka sejak tahun 2009.
“Tahun 2009, bahasa pengantarnya Indonesia dan mahasiswanya asing. Sekarang ada mahasiswanya Indonesia, tetapi bahasa pengantarnya Inggris. Kita terus berupaya mengundang mahasiswa asing untuk kuliah di UAD,” katanya.