Oleh :
Machnun Uzni S. I.Kom
Founder Sahabat Misykat Indonesia
Ketika Nabi Adam a.s., beserta istrinya Hawa harus dipisahkan karena peristiwa pelanggaran saat disyurga. Tidak mampu menahan diri dari larangan, sedang nikmat lain dibebaskan untuk menikmati, maka Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bumi dengan terpisah.
Dalam keterpisahan itu ada penyesalan diri yang sekaligus tentunya keinginan dipertemukan kembali. Permohonan atau doa Nabi Adam itu diabadikan dalam Al Quran yang sekaligus sebagai doa yang sering kita lantunkan karena melakukan kedzoliman; Rabbanaa zholamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa watarhamna lanakuunanna minal khasiriin
Doa diatas tertulis dalam QS. Al A’raf; 23 “Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi”. Mengutip tafsir al Muyassar, menjadi sebuah doa yang mengandung afirmasi diri tentang penyesalan dan kerinduan untuk beroleh limpahan kasih sayang Allah SWT, kekhawatiran termasuk golonganorang-orang yang merugi karena telah menyia-nyiakan nasib di dunia dan akherat.
Adakah afirmasi kita untuk pasangan atau keluarga kita saat ini?
Banyak perubahan terjadi bersamaan dengan diucapkannya kata-kata. Kata-kata tertentu lebih lagi sebuah doa akan membawa efek dahsyat.
Afirmasi itu kata-kata peneguhan. Bukan cuma peneguhan, tetapi kalimat yang diucapkan dengan sungguh-sungguh sehingga mempengaruhi pikiran sadar dan bawah sadar untuk menjadi seperti yang diucapkan. Efeknya, kalimat ini mempengaruhi perilaku, pola pikir, dan membawa pada kecenderungan tertentu.
Afirmasi cinta adalah peneguhan diri untuk mencintai. Bukan hanya pernyataan mencintai, tetapi kalimat yang diucapkan dengan kesungguhan hati sehingga mempengaruhi pikiran sadar dan bawah sadar untuk menjadi seperti yang Anda ucapkan. Ucapan ini mempengaruhi perilaku cinta Anda, pikiran cinta, dan kecondongan hati Anda untuk mencintai.
Kata Steele (1988), manusia dapat mempertahankan rasa integritas diri dengan mengatakan kepada diri sendiri berupa penegasan positif tentang apa yang diyakini.
Afirmasi cinta, berarti mengucapkan penegasan positif yang diyakini tentang cinta. Diucapkan untuk diri sendiri dan baik diperdengarkan kepada pasangan. Untuk diri sendiri sebagai penguat tekad mencintai, diperdengarkan kepada pasangan sebagai penggetar semangat dia untuk merasakan hal yang sama.
Jadi, kalimat “Uhibbuka fillah” pada pasangan itu itu bukan lebay. Katakan dengan sepenuh rasa “Umi kangen sama Abi”, “Abi mengkhawatirkan Umi”, “Ayah ingin bahagiain Bunda”, “Bunda ingin nyenengin Ayah” dan rentetan kalimat afirmasi lainnya.
Afirmasi ini penting karena mencintai itu ada mata rantainya: diyakini, diucapkan, dibuktikan. Ada rasa kehilangan ketika salah satu mata rantai itu terputus.
Ramadan ini rasanya waktu yang tepat menegaskan kembali sebuah afirmasi terutama untuk pasangan kita, untuk anak-anak yang diamanahkan pada keluarga. Kita perlu memulai dan menata kembali afirmasi dengan kesungguhan diri dan kekhusuan hati.