27.5 C
Jakarta

Avan, Guru yang Rela Sambangi Muridnya Demi Belajar dari Rumah Selama Wabah Covid-19

Baca Juga:

MENGAJAR dari rumah dilakukan oleh semua guru di Indonesia seiring wabah Covid-19. Sebagai bukti bahwa mereka melaksanakan tugas pengajaran, sekolah dan dinas pendidikan mewajibkan guru mengirimkan foto muridnya yang tengah belajar dari rumah, atau mengirimkan bukti-bukti lainnya.

Bagi guru yang bertugas di kota, ini tentu tidak menjadi masalah. Tinggal memotret daftar nama siswa yang muncul pada aplikasi pembelajaran yang digunakan. Atau meminta siswa mengirimkan foto tengah belajar.

Tetapi bagaimana dengan sekolah yang berada di pelosok pedesaan? Jangankan membuka aplikasi pembelajaran daring, untuk memanfaatkan telepon seluler dalam pembelajaran dari rumah pun nyaris tak bisa dilakukan. Sebab hampir semua siswa tidak memiliki telepon seluler.

“Kalau ada telepon seluler, itu biasanya milik orangtua,” kata Avan Fathurrahman, guru SDN Batuputih Laok III, Sumenep, Madura seperti dikutip dari kompas.

Avan sebelumnya sempat membagikan pengalamannya mengajar anak muridnya yang tidak memiliki telepon seluler selama masa pandemic Covid-19 ini. Unggahannya di media social tersebut menjadi viral dan mengundang simpati warganet.

Sejumlah foto yang disertakan dalam media social tersebut menjadi bukti bagaimana Avan harus menyambangi satu persatu muridnya. Ia tidak mengeluh sedikitpun, bahkan merasa ini menjadi tanggungjawab seorang guru.

“Jangankan soal paket data atau pulsa, ada orangtua yang mau pinjam duit untuk beli telepon seluler gara-gara anaknya belajar dari rumah,” kata Avan.

Dari pada orangtua harus ngutang beli HP, Avan berinisiatif menyambangi anak muridnya dari rumah ke rumah. Meski untuk menuju ke rumah anak muridnya, Avan harus menempuh jarak sekitar 20 Km.

“Beberapa minggu yang lalu, ada salah seorang wali murid yang bilang ke saya, bahwa akan mencari pinjaman uang untuk membeli smartphone. Karena mendengar kabar bahwa rata-rata, anak-anak harus belajar dari HP cerdas. Saya terkejut mendengar penuturannya. Lalu pelan-pelan saya bicara. Saya melarangnya. Saya memberikan pemahaman bahwa belajar di rumah, tidak harus lewat HP. Siswa bisa belajar dari buku-buku paket yang sudah dipinjami dari sekolah. Saya bilang, bahwa sayalah yang akan berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk mengajari,” tulis Avan.

Ada kalanya ia bisa naik sepeda motor untuk mencapai rumah muridnya. Tetapi beberapa diantaranya harus ditempuh dengan berjalan kaki akibat jalanannya yang tidak mungkin dilalui sepeda motor.

Meski sudah melakukan perjuangan yang tak ringan tersebut, Avan merasa masih belum bisa berbuat maksimal untuk memberikan hal terbaik bagi muridnya ditengah pandemic Covid-19.

“Ternyata saya belum jadi guru yang baik. Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu. Tapi tentang imbauan Mas Menteri, agar bekerja dari rumah. Ini jelas tidak bisa saya lakukan, karena murid saya tidak punya sarana untuk belajar dari rumah. Mereka tidak punya smartphone, juga tidak punya laptop. Jikapun misalnya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid,” tulis Avan.

Ia menceritakan bagaimana gembiranya orangtua saat saat ia menyambangi rumah murid-muridnya. Mereka kini tak lagi dipusingkan dengan urusan HP atau alat canggih lainnya untuk belajar.

Avan Fathurohman saat menyambangi anak muridnya (ist/fb)

Avan telah memberikan solusinya. Ia rela berkeliling sepekan tiga kali untuk mengajar anak murid di rumah masing-masing muridnya. Berbekal buku pinjaman dari sekolah dan beberapa buku teks yang dibawanya.

Avan tak hanya mengajari materi pembelajaran sesuai kelasnya masing-masing murid. Ia juga mengajarkan anak tentang banyak hal, kebersihan, kesehatan, agama dan yang terpenting pengetahuan terkait Covid-19.

Saat pemerintah meluncurkan pembelajaran melalui channel TVRI, sebenarnya Avan sempat bergembira. Setidaknya ia tinggal meminta siswa mengikutinya, lalu menjelaskan saat berkunjung.

Tetapi fakta berbicara lain. Ternyata banyak anak muridnya yang tidak memiliki televisi.

“Saat TVRI menyediakan tayangan edukasi untuk siswa, saya sedikit lega. Kemudian dengan penuh semangat, saya menjelaskan pada siswa dan orang tuanya untuk mengikuti pelajaran di TVRI itu. Ini akan membantu, pikir saya. Tapi, lagi-lagi saya harus menelan ludah. 3 dari 5 siswa saya tidak punya Televisi di rumahnya. Dan saya tidak melanjutkan kampanye nonton TV pada siswa yang lain. Biarlah,” tulis Avan.

Pandemi Covid-19 yang kini telah menyebar di semua wilayah Indonesia, entah sampai kapan akan berakhir. Tetapi Avan akan terus berkeliling dari rumah ke rumah, membawa ilmu dan pengetahuan bagi anak muridnya, hingga situasi memungkinkan untuk memanggil kembali anak muridnya ke ruang kelas.

“Oh iya. Awalnya saya tidak foto-foto setiap ke rumah siswa. Tapi, kemudian pengawas sekolah meminta pertanggungjawaban. Guru harus membuat laporan bekerja dari rumah. Disertai foto tugas siswa. Nah… Ini… Jadi saya harus banyak-banyak foto. Foto diri, foto dengan siswa, foto hasil pekerjaan siswa, juga foto pencitraan yang lain ????,” ujar Avan menambahkan.

“Bagi guru yang bisa bekerja dari rumah. Mengajari siswa secara virtual, dan menerima kiriman fail atau foto tugas siswa lewat WA, atau aplikasi lain, memang kelihatannya nyaman. Benar-benar bisa bekerja dari rumah. Lah saya? Saya harus melanggar imbauan pemerintah. Jadi jelas, saya belum menjadi guru yang baik. Tidak memberikan contoh yang baik bagi siswa karena melanggar imbauan pemerintah. Saya bukan tidak takut corona. Takut juga. Tapi gimana lagi? Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari wabah penyakit, termasuk covid-19. Amin…,” tutup Avan Fathurrahman.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!