25.8 C
Jakarta

Bukan Lockdown, Swedia Andalkan Herd Immunity untuk Melawan Covid-19

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Berbeda dengan kebanyakan negara yang menerapkan lockdown, Swedia menjadi satu-satunya negara yang mengandalkan herd immunity untuk menghadapi pandemi COVID-19. Negara ini membiarkan tempat-tempat bisnis dibuka dan tidak mendorong warganya untuk tetap di rumah.

Strategi herd immunity atau kekebalan kelompok diyakini dapat melindungi masyarakat Swedia yang berisiko terjangkit COVID-19. Ahli epidemiologi dari Agensi Kesehatan Masyarakat Swedia, Anders Tegnell, bahkan menyatakan bahwa sekitar 20% populasi Stockholm kini kebal terhadap COVID-19. Benarkah demikian?

Apa itu herd immunity?

Herd immunity merupakan kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok kebal terhadap penyakit tertentu. Kekebalan ini umumnya berlaku pada penyakit infeksi seperti cacar, polio, gondongan, hingga COVID-19.

Kekebalan kelompok bisa melindungi orang yang tidak punya kekebalan dari penyakit infeksi tertentu. Contohnya, bila sebagian besar warga wilayah A kebal dari virus cacar, mereka tidak akan terjangkit cacar ataupun menularkan penyakit kepada warga yang tidak kebal.

Suatu populasi dikatakan memiliki herd immunity jika 70-90% warganya kebal terhadap suatu penyakit. Angkanya ditentukan dari seberapa cepat penyakit tersebut menular. Semakin banyak orang yang kebal, semakin baik bagi kelompok tersebut.

Ada dua cara untuk mencapai herd immunity. Cara pertama adalah vaksinasi. Vaksin mengandung bibit penyakit yang dilemahkan. Setelah memasuki tubuh, bibit ini akan memancing pembentukan kekebalan tubuh, tapi tidak sampai membuat Anda sakit.

Cara kedua adalah dengan sembuh dari penyakit. Inilah yang diterapkan Swedia untuk mendapatkan herd immunity demi mencapai akhir pandemi COVID-19. Setelah sembuh, tubuh akan memiliki kekebalan sehingga tidak terjangkit untuk yang kedua kalinya.

Apakah Swedia sudah kebal terhadap COVID-19?

Otoritas kesehatan Swedia cukup percaya diri bahwa Stockholm, ibukota Swedia, akan mencapai herd immunity pada akhir bulan Mei. Mereka meyakini kekebalan pada 60% populasi sudah cukup untuk menangkal penularan COVID-19.

Namun, Tegnell justru menyatakan sebaliknya. Menurut penyelidikan sejauh ini, tingkat kekebalan Stockholm masih kurang dari 30 persen. Laporan terbaru pun menyebutkan baru ada 7,3% warga Stockholm yang memiliki antibodi untuk melawan COVID-19.

Studi tersebut juga menemukan bahwa kematian akibat COVID-19 di Swedia mencapai 39,57 per 100.000. Angka ini lebih tinggi daripada Amerika Serikat (30,02 per 100.000) yang total kasusnya kini paling tinggi di seluruh dunia.

Dibandingkan dengan tetangganya, Norwegia (4,42 per 100.000) dan Finlandia (5,58 per 100.000), angka kematian di Swedia puluhan kali lipat lebih tinggi. Kedua negara ini menerapkan lockdown secara ketat sehingga dapat menekan angka kematian.

Perjalanan Swedia untuk mencapai herd immunity terhadap COVID-19 masih sangat panjang. Strategi herd immunity memang efektif untuk penyakit infeksi yang tidak terlalu mematikan. Masalahnya, angka kematian akibat COVID-19 belum dapat dipastikan.COVID-19 juga menyebabkan komplikasi yang berbahaya, dari pneumonia, kerusakan paru, hingga kegagalan organ yang berakibat fatal. Tanpa upaya pencegahan, pasien COVID-19 akan membludak di rumah sakit sehingga pasien dengan komplikasi tidak bisa mendapatkan perawatan intensif.

Selain itu, virus tertentu terkadang bermutasi sehingga kekebalan yang sudah terbentuk mungkin hanya bertahan sementara. Virus flu yang termasuk coronavirus contohnya, bermutasi setiap tahun sehingga Anda perlu melakukan vaksinasi flu setahun sekali.

Apabila SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 juga bermutasi dengan cara yang sama, herd immunity mungkin hanya akan membuat Anda kebal selama beberapa bulan atau tahun. Namun, Anda tidak akan kebal selamanya.

Herd immunity mungkin efektif dalam beberapa kasus, tapi Swedia saat ini menghadapi COVID-19 yang belum sepenuhnya dipahami. Jika tidak diimbangi langkah pencegahan dan physical distancing, risiko penularan dan kematian tentu semakin besar.

Bisakah Indonesia mencapai herd immunity?

Hingga saat ini, belum ada vaksin untuk COVID-19. Para peneliti di seluruh dunia pun masih menguji puluhan kandidat vaksin COVID-19 untuk mencari yang terbaik. Oleh sebab itu, pembentukan herd immunity dengan vaksinasi belum memungkinkan.

Mencapai herd immunity dengan cara yang ditempuh Swedia tampaknya juga bukan pilihan yang tepat. Pasalnya, angka kasus dan kematian di Indonesia masih menanjak setiap hari sekalipun dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Tanpa adanya pembatasan, angka positif di Indonesia bisa meroket hingga melampaui kapasitas rumah sakit. Hal ini tentu berbahaya bagi kelompok berisiko seperti lansia, orang dengan sistem imun yang lemah, serta mereka yang memiliki penyakit penyerta.

Para peneliti masih perlu mengembangkan vaksin COVID-19 dan belajar lebih banyak tentang penyakit ini sebelum dapat mencapai herd immunity dengan cara yang aman. Saat ini, langkah yang bisa Anda lakukan adalah mencuci tangan, menerapkan physical distancing, dan menjaga kesehatan untuk mencegah penularan. ( – hellosehat.com)

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!