26.3 C
Jakarta

Demi Lindungi Warisan Budaya di Kancah Perang, UNESCO Gandeng Wanita Militer Arab

Baca Juga:

BEIRUT, MENARA62.COM — Untuk pertama kalinya personel militer wanita dari dunia Arab berkumpul di Kantor Regional UNESCO di Beirut, Lebanon. Mereka yang hadir di markas perwakilan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu adalah dari angkatan bersenjata Lebanon, Yordania dan Irak.

Unisco menggandeng mereka untuk berpartisipasi dalam lokakarya tentang perlindungan kekayaan budaya selama konflik bersenjata yang sering melanda negaranya. Lokakakarya menghadirkan perwira perempuan dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (Unifill).

“Tujuan kami adalah untuk memperkenalkan peserta tentang cara melindungi kekayaan budaya selama permusuhan dan pendudukan militer,” kata Joseph Kreidi dari UNESCO kepada Arab News, Kamis (3/10/2019).

Langkah itu penting, lanjut Kredi, karena UNESCO ikut berada di wilayah yang telah menyaksikan dan masih menyaksikan perang. “Kami memutuskan menyelenggarakan lokakarya khusus perempuan untuk memberdayakan mereka dan mempromosikan kesetaraan gender, sesuai dengan tujuan organisasi,” katanya

Eric Klein, penasihat teknis senior UNESCO, memberikan kuliah tentang cara melindungi kekayaan budaya selama konflik bersenjata. Ia menginginkan, bagaimana itu bisa menjadi misi bersama sipil-militer.

Sementara Ali Badawi, direktur regional Direktorat Jenderal Purbakala Lebanon, berbagi pengalaman dalam melindungi barang antik di negaranya selama konflik bersenjata. Disusul Catherine Hanson, peneliti masalah heritage, yang memperkenalkan cara berurusan dan mendokumentasikan artefak.

Tampil pula Myriam Haddad, perwakilan Komite Palang Merah Internasional. Ia memberikan kuliah tentang cara melindungi wilayah sipil di bawah hukum humaniter internasional.

Kolonel Ziad Rizkallah dari Tentara Lebanon kepada Arab News mengatalan, para peserta lokakarya dari negaranya memiliki gelar sarjana hukum. “Mereka juga penyelidik dan insinyur polisi militer di brigade yang ditempatkan di perbatasan,” ungkapnya.

Peserta lokakarya pun diajak berkunjung ke kota Tirus, Lebanon selatan. Mereka menghabiskan waktu seharian untuk menyaksikan peninggalan budaya yang tinggal puing-puing akibat perang.

“Wilayah perbatasan Naqura penuh dengan reruntuhan dan peninggalan, seperti halnya semua kota di pantai Lebanon. Kami bergegas melakukan survei situs untuk melestarikannya, ” kata Badawi.

Wanita-wanita militer Yordania memuji kesempatan yang disediakan oleh lokakarya UNESCO. “Pentingnya lokakarya ini adalah memungkinkan kita, dengan partisipasi laki-laki, untuk melindungi kekayaan budaya,” kata salah satu dari mereka.

Seorang pejabat militer Irak mengatakan: “Lokakarya memberi kami langkah-langkah untuk melindungi negara kami dari pencurian barang antik, dan memulihkan barang antik curian yang dipajang di berbagai museum di seluruh dunia.”

Dia menambahkan bahwa Iran, Yordania, dan Suriah digunakan sebagai rute penyelundupan barang antik keluar dari Irak. “Ketika kami kembali, kami akan menjelaskan dan mengajar orang lain bagaimana kami dapat bertindak untuk melestarikan peninggalan negara kita,” katanya.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!