27.1 C
Jakarta

Di Hadapan Peserta Pelatihan Kemampuan Patroli, Wadek 1 FISIP UHAMKA Bagikan Tips Sukses Berkomunikasi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM  – Salah satu kunci sukses berkomunikasi adalah banyak mendengarkan. Dalam hal ini mendengarkan tidak hanya bermakna mendengarkan dengan telinga, tetapi juga mendengarkan dengan hati. Hal itu disampaikan Wakil Dekan I FISIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka (UHAMKA) Nurlina Rahman S.Pd, M.SI saat menjadi narasumber pada kegiatan Pelatihan Peningkatan Kemampuan Patroli Fungsi Samapta Polri TA 2023 yang digelar di Hotel Menara Peninsula Jakarta pada Rabu (14/6/2023).

Pada pelatihan yang mengambil tema “Kita Wujudkan Petugas Patroli Presisi yang Handal dan Profesional Guna Menciptakan Situasi Kamtibmas yang Kondusif Menjelang Pemilu 2024” tersebut, Nurlina membawakan materi berjudul Kemampuan Komunikasi Efektif.

Menurut Nurlina, mendengarkan dengan hati dalam ilmu komunikasi bermakna bahwa kegiatan komunikasi tidak hanya menerima kata-kata melalui telinga tetapi juga harus melibatkan jiwa, rohani atau hati.

“Dengan mendengarkan melalui hati maka akan terjadi proses dialogis sejati. Dengan mendengarkan maka kita mengakui teman bicara kita sebagai mitra dialog,” kata Nurlina.

Kemampuan berkomunikasi seperti ini menurut Nurlina harus dikuasai oleh setiap personil Polri agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat dengan baik. Dengan demikian maka komunikasi yang terbangun antara personil polisi dengan masyarakat merupakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi efektif itu sendiri, lanjut Nurlina adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Selain itu, komunikasi efektif adalah saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan, dan sikap antara, dua orang atau lebih, kelompok, organisasi yang hasilnya sesuai harapan.

Nurlina Rahman saat memaparkan materi Kemampuan Komunikasi Efektif dihadapan peserta pelatihan

Menurut Nurlina, komunikasi dikatakan efektif jika memenuhi 4 hal yakni pesan dapat diterima, dimengerti dan dipahami, pesan sampai ke penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim, tidak ada hambatan, dan kemampuan mendengarkan dengan baik.

Adapun dasar teknis komunikasi efektif mencakup lima aspek utama (REACH model), meliputi respect yakni membangun sikap menghargai, emphathy dimana para pihak saling memahami apa yang dirasakan orang lain, audible yang berarti bahwa penyampaian pesan harus mampu dimengerti, dipahami. Lalu clarity yang berarti bahwa pesan yang akan disampaikan harus jelas tanpa ambigu dan terakhir adalah humble yang berarti bahwa komunikasi harus dilakukan dengan penuh kerendahan hati.

Nurlina mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan komunikasi, dan hal ini harus dipahami oleh personil Polri dalam menjalankan tugas kesehariannya. Faktor-faktor tersebut antara lain perkembangan, persepsi, nilai, latar belakang sosial budaya, emosi, jenis kelamin, pengetahuan , peran dan hubungan, lingkungan serta jarak.

Cara Membangun Komunikasi Efektif

Nurlina mengingatkan bahwa setiap anggota Polri merupakan pelaku komunikasi (komunikator). Karena itu, seorang anggota Polri harus mampu membangun komunikasi yang efektif. Bagaimana caranya?

“Ada beberapa cara praktis yang bisa dilakukan personil Polri agar dapat menjadi seorang komunikator yang baik. Misalnya berbicara menunjukkan  antusias sebagai bentuk penghargaan saat dialog, memberikan minat pada apa yg disampaikan lawan bicara, merespon lebih positif melalui bahasa tubuh, menjadi pendengar yang baik, menjaga kontak mata dengan lawan bicara, memberikan kesan berada pada kelompok yang sama, jangan lupa tersenyum, dan berikan saran yang bermanfaat. Kita juga harus mampu memberikan motivasi dan semangat kepada lawan bicara,” tegas Nurlina.

Ketua Pelaksana Pelatihan Kombes Pol Mujiyono SIK. M.AP berfoto bersama Nurlina Rahman usai pelatihan

Bagi Nurlina, seorang komunikator yang efektif dapat berfungsi membangun kepercayaan, mencegah dan mengatasi masalah, mendapatkan pengarahan, dan meningkatkan keharmonisan maupun kebersamaan. Suasana seperti ini sangat dibutuhkan dalam meningkatkan produktivitas kelompok, dimana kita bisa menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari.

Dalam kesempatan tersebut Nurlina juga menyebutkan bagaimana komunikasi memiliki peran penting dalam membangun citra polisi. Beberapa upaya bisa dilakukan polisi misalnya sering memberikan informasi tentang peraturan perundang-undangan kepada masyarakat secara langsung, (sosialisai, kampanye/penyuluhan), memberikan pelayanan prima, patroli dialogis, bertindak tegas melakukan penyidikan terhadap pelaku unjuk rasa anarkis, memberikan  informasi kepada masyarakat melalui media cetak (surat kabar, brosur, spanduk), media elektronik (radio dan televisi) dan media online (internet), menggunakan gaya Komunikasi (cara berkomunikasi dengan baik dan benar) memberi penilaian yang positif sehingga partisipasi masyarakat, komunikasi verbal & non verbal, lobby negosiasi, komunitas, pemuda/remaja.

Personil Polri juga harus mampu memperbaiki diri dan terus menerus meningkatkan citra positif dari masyarakat, meningkatkan personil secara kuantitas dan kualitas, meningkatkan perlengkapan Dalmas sesuai kebutuhan dan lainnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Pelaksana Pelatihan Kombes Pol Mujiyono SIK. M.AP menyampaikan apresiasi dan terimakasihnya kepada semua narasumber termasuk Nurlina Rahman yang sudah berbagi ilmu, pengetahuan dan pengalaman kepada 68 personil Polri peserta pelatihan.

Nurlina Rahman sudah tiga kali diminta memberikan materi pelatihan untuk personil Shabara Polri

“Bu Nurlina bukan sekali ini kami minta bantuan untuk memberikan pembekalan kepada personil Polri terkait kemampuan berkomunikasi. Ini merupakan yang ketiga kalinya,” kata Kombes Pol Mujiyono.

Sebagai seorang akademisi sekaligus seorang public speaking, Nurlina dinilai memiliki kompetensi komunikasi yang memang dibutuhkan oleh anggota Polri. “Karena kompetensi beliau yang mumpuni dibidang komunikasi serta tanggapan dari peserta sangat baik pada beliau. Gaya penyampaian materi yang tidak monoton,  membangun suasana pelatihan yang dinamis, hal ini terlihat dari antusias dari para peserta, maka kami meminta bantuan kembali untuk memberikan materi tentang komunikasi efektif,” lanjutnya.

Menurut Kombes Pol Mujiyono, sebagai seorang polisi khususnya Sabhara, memang harus memiliki kemampuan berkomunikasi. Karena tugas Sabhara salah satunya adalah patroli dialogis, dimana ini sedang dikembangkan melalui patroli presisi.

Melalui pelatihan yang digelar selama 3 hari berturut-turut diharapkan para peserta pelatihan dapat menularkan ilmunya sampai ke Polres dan Polda sehingga patroli presisi yang diinisiasi dan dikembangkan Kakorshabara Baharkam Polri Irjen Pol Drs Priyo Widyanto, MM benar-benar mampu secara operasional dan mampu meminimalisir peluang terjadinya kejahatan. “Patroli dialogis adalah upaya mengintervensi situasi secara fisik, untuk meminimalisir munculnya kejahatan sehingga akan tercipta keamanan di tengah masyarakat,” tutupnya.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!