28.1 C
Jakarta

Inovasi Guru Penting untuk Membuat Pelajaran Sains Tidak Mati Gaya

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Kurang sarana dan prasarana bukan berarti kegiatan pembelajaran sains menjadi mati gaya. Kunci sesungguhnya adalah pada kreativitas guru. Jika guru bisa berinovasi menciptakan alat peraga, atau menciptakan metode pembelajaran, maka sains adalah pelajaran yang menyenangkan, menantang dan menggembirakan.

“Tak ada lagi siswa takut belajar IPA, matematika, kimia, fisika. Justeru yang ada mereka senang, jatuh cinta pada pelajaran sains,” kata Iis Dewi Kurnia, guru kimia SMA Cinta Warna, Tasikmalaya, Jawa Barat di sela Simposium Nasional Guru IPA tahun 2019, Selasa (26/11/2019).

Ia yang juga merupakan duta sains guru IPA menyebutkan dukungan sarana prasarana seperti laboratorium, peralatan pembelajaran, tidak semua dimiliki oleh sekolah. Bahkan kalau ada, kualitasnya juga kurang memadai.

Tetapi situasi tersebut tidak boleh membuat seorang guru sains kehabisan akal. Ada banyak materi pembelajaran, sarana dan prasarana yang bisa dimanfaatkan dari alam sekitar kita.

Iis mengambil contoh bagaimana ia membuat baterai alkalin. Ia tidak perlu repot menyuruh siswanya membeli bahan-bahan alkalin kimia. Cukup dengan memanfaatkan buah pare dan timun yang sangat mudah di dapatkan dari lingkungan sekitar siswa.

Untuk membuat alat peraga yang memudahkan siswa memahami ilmu sains, Iis yang merupakan lulusan IKIP Bandung (S1) dan S2 manajemen tersebut sempat mengikuti pelatihan singkat selama dua minggu di Jepang atas fasilitas dari Kemendikbud.

Di Negara sakura tersebut Iis belajar banyak bagaimana sains diajarkan kepada siswa dengan cara-cara yang menyenangkan. Dari hasil pelatihan tersebut lalu Iis menerapkan di sekolah dan hasilnya, anak tidak hanya menyukai pelajaran sains. Tetapi penguasaan sains anak-anak menjadi lebih baik, ditunjukkan dengan nilai pelajaran sains yang meningkat.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Dida Fergiawan, guru pelajaran bilogi SMA di Bandung. Ia memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana untuk memudahkan siswa belajar sains.

“Saya mengajak anak-anak belajar melalui web. Jadi ketika berada di kelas, anak-anak tinggal menyampaikan problema apa yang ditemukan di lapangan. Semua dibahas dan didiskusikan bersama. Saya memberi kesempatan kepada siswa untuk menjadi guru bagi siswa lainnya dan ini sungguh membuat pembelajaran sains menjadi lebih hidup,” tuturnya.

Dengan memanfaatkan web, siswa lanjutnya bisa belajar kapan saja, bahkan pada hari Sabtu dan Minggu.

Ide memanfaatkan teknologi untuk menunjang proses pembelajaran tersebut diperoleh setelah Dida mengikuti kursus pendek selama dua pekan di Australia. Pulang dari Negara tersebut, Dida lantas membuat inovasi system pembelajaran yang benar-benar baru bagi siswa.

Ketua penyelenggara sekaligus Kepala Pusat PPPTK IPA Bandung Enang Ahmadi

Hasilnya, kini anak-anak tidak takut lagi ketika harus menghadapi pelajaran sains. Mereka memiliki kesempatan untuk menyampaikan apa yang dijumpai di lapangan, lalu mencari jawaban bersama di kelas.

Menurut Dida jika semua guru sains memiliki kreativitas untuk membuat inovasi-inovasi pembelajaran, ia yakin sains tidak lagi menjadi momok menakutkan. Terlebih sains adalah ilmu pasti, ilmu yang mudah dipelajari dengan melihat gejala alam, perubahan unsur, rumus-rumus dan lainnya.

Iis dan Dida adalah dua dari 200 guru yang tampil pada symposium nasional guru IPA yang berlangsung di Jakarta. Mereka membawakan inovasi pembelajaran sains di hadapan sekitar 400 peserta yang berasal dari berbagai wilayah di Tanah Air.

Ketua penyelenggara sekaligus Kepala Pusat PPPTK IPA Bandung Enang Ahmadi mengatakan symposium nasional guru IPA merupakan kegiatan rutin yang digelar oleh Kemendikbud. Tujuannya memberikan update pengetahuan dan juga metode pengajaran kepada guru-guru sains di Indonesia melalui sharing session antar guru sains.

Dalam kesempatan tersebut diluncurkan pula 4 karya P4TK IPA yang didedikasikan bagi guru IPA di seluruh Indonesia. Yakni Didamba (Diklat Daring Masif dan Terbuka), De-MIKROSKOP (media Informasi Kepala Laboratorium IPA), SimEdi (SIM Evaluasi Diklat) dan Modis Pisan (Mobil Pendidikan Semua Pintar Sains). Ke-empat program tersebut merupakan bagian dari inovasi layanan yang dikembangkan dalam rangka memberikan layanan peningkatan kompetensi yang lebih baik, khususnya bagi guru dan tenaga kependidikan bidang IPA.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!