26.1 C
Jakarta

Kemendikbud Latih Calon Caregiver untuk Lansia di Jepang

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan (Dit. SMK), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud terus berupaya meningkatkan kebekerjaan (employability) lulusan SMK. Salah satu upaya dan terobosan yang dilakukan adalah menyiapkan tenaga Caregiver (Pendamping Lansia) untuk bekerja di Jepang melalui program Retooling siswa SMK.

Program ini dilaksanakan melalui kolaborasi dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) untuk menyiapkan lulusan SMK bekerja di Jepang dengan visa kerja Tukutegino/Specified Skill Worker (SSW). Ini adalah program penciptaan tenaga kerja internasional yang trampil dan kompeten.

Menurut Wikan Sakarinto, Dirjen Pendidikan Vokasi, yang pernah studi lanjut dan tinggal selama 3,5 tahun di Kobe Jepang, pada saat ini masyarakat Jepang semakin menua. Artinya, rata-rata usia orang Jepang semakin bertambah tua. Usia Harapan Hidup yang meningkat, disebabkan oleh cara hidup dan pola makan mereka yang relatif sangat sehat. Serta, ditambah dengan kebiasaan berjalan kaki yang mencapai sekitar 10 ribu langkah per hari.

Namun, seiring dengan pertambahan usia mereka, serta kecenderungan anak-anak mereka sudah berkerja, mandiri, dan tinggal tidak serumah dengan orang tuanya, atau bahkan bekerja dan tinggal di kota lain, maka kehadiran pendamping lansia sangat dibutuhkan oleh masyarakat Negeri Matahari Terbit.

“Kemampuan Bahasa Jepang adalah factor penting pada ketrampilan dan kompetensi lulusan SMK, agar menggapai sukses di Jepang,” kata Wikan dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (19/9/2020).

Acara launching Pelatihan Calon tenaga Kerja Caregiver ke Jepang yang digelar melalui video conference dihadiri oleh Direktorat SMK, BP2MI, SMK almamater calon tenaga kerja, dan para siswa calon tenaga kerja, diikuti oleh 10 SMK dari provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta. Tahun ini pelatihan calon tenaga kerja Caregiver diikuti 188 lulusan SMK.

Adapun 10 SMK yang telah berkontribusi untuk penyiapan tenaga Caregiver adalah SMKN 8 Semarang; SMKN 2 Malang; SMK Citra Medika Sragen; SMKN 28 Jakarta; SMK Annisa 3 Bogor; SMK Taruna Terpadu 1 Bogor; SMK Muhammadiyah 3 Metro; SMK Sari Farma Depok; SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia Kulonprogo; SMKS Plus NU Sidoarjo.

Dalam program pelatihan ini diharapkan dapat menyiapkan alumni SMK lulusan tahun 2020 pada bidang kesehatan untuk dapat menguasai kompetensi di bidang bahasa dan budaya Jepang serta mendalami kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang Caregiver. Pelatihan ini melibatkan beberapa lembaga pelatihan, salah satunya adalah Koba Mirai Japan. Peserta pelatihan akan mendapatkan 2 sertifikat sekaligus, yakni Sertifikat Bahasa Jepang setingkat N4 dan Sertifkat Kompetensi Teknis Caregiver/Careworker dari Prometric, yang keduanya merupakan syarat utama untuk bekerja di Jepang.

Dalam sambutannya, Dr Ir. M Bakrun, MM, Direktur Sekolah Menengah Kejuruan menegaskan bahwa Program pelatihan tenaga kerja SMK ke Jepang ini disentuh melalui bantuan Retooling (Penguatan)  siswa SMK maupun Pusat Keunggulan/ Center of Excellence. Prioritas program ini adalah lulusan SMK pada bidang kesehatan (kompetensi Keahlian Perawat Kesehatan, Keperawatan Sosial dan Pekerja Sosial/ Social Worker) tahun 2020.

Para calon peserta pelatihan telah disiapkan oleh sekolah masing-masing dalam kemampuan Bahasa Jepang setara N5 lalu kemampuan Bahasa tersebut akan ditingkatkan lagi dalam pelatihan ini untuk mencapai sertifikat dari Japan Foundation untuk kemampuan Bahasa Jepang selevel JLPT N4 atau setara JFT Basic A2 dan memiliki sertifikat lulus Skill Exam Careworker dari Prometric yang akan ditempuh melalui pelatihan selama 4 hingga 6 bulan.

Seperti diketahui berbagai pihak, bahwa pandemi menyebabkan banyak PHK, namun tenaga Caregiver justru banyak dibutuhkan, karena banyak lansia tidak dimungkinkan bepergian dan membutuhkan pendamping untuk aktivitasnya. Terlebih lagi Jepang, sebagai negara yang berpenduduk mayoritas lansia mempunyai kebutuhan sebanyak 60.000 selama 5 tahun dan demand pada tahun 2020 sebanyak 1.200 untuk tenaga Caregiver melalui visa kerja/ Tekutugino dengan penghasilan yang menggiurkan, demikian dijelaskan Drs. Dwi Aanto, MSi, Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!