26.3 C
Jakarta

Kemeriahan Ramadhan, dari Uzbekistan hingga Turki

Baca Juga:

Outhman, salah satu mahasiswa Universitas Al Azhar berkebangsaan Uzbekistan ini menceritakan bagaimana suasana bulan Ramadhan di negerinya. Cerita tentang buka puasa bersama di Desa Fergana, satu desa di Uzbekistan.

Jelang Ramadhan, biasanya ia dan penduduk sekitar membersihkan rumah-rumah serta kuburan-kuburan para leluhur mereka.

Tatkala Ramadhan tiba, masyarakat memilih untuk mengurangi aktivitas pekerjaan berat. Sebaliknya mereka lebih memfokuskan diri untuk memperbanyak ibadah. Salah satunya, dengan memperbanyak bacaan Alquran. Biasanya, waktu yang digunakan untuk membaca Alquran dimulai sejak bakda Subuh hingga Magrib. Tak heran, bila orang dewasa di sana dapat menghabiskan 5 juz bacaan Alquran dalam satu hari, bahkan ada yang sampai khatam satu mushaf Alquran.

Kebiasaan baik ini ikut tercermin saat salat tarawih. Di mana para imam masjid di daerahnya selalu menghabiskan minimal 1,5 juz. Sehingga, di hari ke-20, para imam telah mengkhatamkan satu Alquran utuh.

Selain itu, Ia juga menceritakan tradisi unik penduduk setempat menjelang waktu Magrib. Yakni, seluruh penduduk desa akan berkumpul di satu rumah untuk berbuka puasa bersama. Itu mereka lakukan bergilir dari satu rumah ke rumah yang lain sampai bulan Ramadhan usai.

Menu utama buka puasa di daerahnya bernama palov. Masakan ini, terdiri dari campuran beras, potongan daging, parutan wortel, dan bawang bombai. Istimewanya minyak yang digunakan adalah minyak kapas sehingga aromanya sangat khas menggugah selera!

Sejarah panjang mengiringi hadirnya makanan khas Asia Tengah ini. Syahdan seorang pangeran yang jatuh cinta pada gadis miskin jatuh sakit, karena tidak diizinkan menikahinya. Oleh tabib istana, ia diberikan makanan dengan resep yang kemudian dikenal sebagai palov. Tak disangka, Sang Pangeran sembuh. Sejak saat itu palov menjadi hidangan cinta yang wajib disajikan dalam pesta pernikahan dan sepanjang bulan Ramadhan.

Ramadhan di Turki, Berbagi Kebaikan Hati 

Fidan, mahasiswi Universitas Al-Azhar asal Turki berbagi kisah soal keseruan bulan Ramadhan di negaranya. Salah satu kebaikan hati masyarakat Turki dalam memaknai bulan Ramadhan adalah membagikan buka puasa gratis khususnya di sekitar Masjid Aya Sopia dan Masjid Sultan Ahmed (Blue Mosque). Tak tanggung-tanggung, sekitar 2000 orang memadati tempat-tempat terbuka, mulai dari anak muda hingga orang tua, untuk menyantap hidangan buka puasa ini dengan percuma. Tak hanya itu, rupanya kebiasaan baik ini juga berujung pada pemberian makanan sahur secara gratis.

Masyarakat Turki juga punya tradisi lainya. Salah satunya dengan menggantungkan barang (sembako) di tempat-tempat umum. Biasanya, hal ini dilakukan oleh pemerintah setempat, dan ada juga dari kalangan pemuda. Yang berhak mengambil adalah mereka yang berkekurangan.

Adanya kebiasaan-kebiasaan baik ini ternyata berakar jauh sejak masa Turki Utsmani. Menurut Fidan, sultan-sultan Utsmani memiliki andil positif terhadap budaya sedekah. Di antaranya dengan cara meletakan kotak di pinggir jalan berisikan uang dalam keadaan terbuka. Inisiatif ini dibangun supaya sesiapa saja dapat mengambil sesuai kadar kebutuhannya. Realita demikian juga turut mencerminkan sifat kejujuran masyarakat Turki saat itu.

Sepanjang menjalani Ramadhan di negeri orang, ada banyak hal yang dirindukan Fidan. Kehangatan dan suasana meriah bersama keluarga, menu makanan khas bulan Ramadhan seperti Ramazan Pidesi, Ayran, dan masih banyak lagi. Belum lagi, tradisi mahyan sebagai penanda masuknya bulan Ramadhan. Tradisi ini berupa bola-bola lampu yang biasa dipasang di antara dua menara masjid sehingga tersusun pesan keagamaan seperti kalimat “Ahlan wa Sahlan Ramadhan.” Akan tetapi, di tengah pandemi covid-19 ini, tradisi mahyan lebih diarahkan seputar himbauan- kesehatan, seperti anjuran tetap berada di rumah. 

Tradisi unik lainnya yang ada di kampung halaman adalah cara membangunkan sahur. Yakni dengan menabuh davul (sejenis drum) yang dilakukan beberapa orang sambil berjalan menyusuri gang-gang pemukiman warga.

Kebaikan hati yang diwariskan para Sultan Utsmani masih lestari hingga kini.

(Tim Lentera 2021 PCIM PCIA Mesir)

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!