26.3 C
Jakarta

Ramadhan di Mesir, Meraup Berkah di Tengah Panasnya Suhu Kota

Baca Juga:

KAIRO, MENARA62.COM – Beberapa tahun terakhir, Ramadhan di Mesir jatuh di musim panas. Di mana malam hari lebih pendek dari pada siang. Ini yang membuat siklus hidup masyarakat yang tinggal di Mesir berubah, termasuk para masisir.

Siang hari suhu udara mencapai 42° C. Malam hari tak jauh berubah. Suhu udara sedikit turun satu jam menjelang subuh hingga waktu duha.

Saking panasnya udara, para masisir terkadang sampai membasahi bajunya sebelum dipakai. Tak butuh waktu lama, baju basah tadi bisa kering hanya dalam waktu 30 menit. Karena angin yang berhembus sama panasnya.

Ramadhan di musim panas memang penuh tantangan dan kenangan. Tak hanya udara yang panas, durasi puasa pun lebih panjang. Azan subuh berkumandang pada pukul 3 dini hari dan matahari terbenam pada pukul 7 malam.

Karena waktu malam yang pendek, biasanya usai salat tarawih, masisir mencari kegiatan hingga menjelang sahur. Belajar, qiyamul lail, membaca Alqur’an dan sebagainya, adalah kegiatan yang dipilih untuk menunggu waktu sahur tiba. Selain menghidupkan malam Ramadhan, juga untuk menyiasati supaya tidak ketiduran.

Efeknya, banyak masisir yang “balas dendam” dengan tidur di waktu pagi. Sampai muncul pameo, kalau mau menyerang Mesir, inilah waktu yang tepat, karena penduduknya semua sedang terlelap.

Asa Bekerja di Bulan yang Mulia

Meskipun berpuasa di Mesir menyimpan segudang tantangan yang merintang, namun nyatanya tidak membuat sebagian masisir patah arang. Momen ibadah tahunan satu ini justru dimanfaatkan untuk mendulang pundi-pundi cuan. Khususnya dalam soal kuliner khas bulan Ramadhan.

Berbagai kebutuhan, seperti makanan untuk sahur dan buka dengan beragam pilihan menu tersedia. Kerinduan akan menu khas Ramadhan di Tanah Air dapat terobati dengan mudahnya. Tahu, tempe, kolak, gorengan, bakso, sate, semua ada. Juga makanan kecil dan kue-kue kering untuk menyambut Lebaran. Baik pedagang maupun pembelinya adalah sesama mahasiswa Indonesia.

Harga makanan yang dijual pun disesuaikan dengan kantong mahasiswa. Contohnya, gorengan dijual 5 EGP (sekitar Rp4.600) per potong, lauk dan nasi 20 EGP (kurang lebih Rp18.600) sedang untuk minumannya dijual antara kisaran 6 – 15 EGP (sekitar Rp5.600 – Rp14.000) per gelas, dan lainnyal. Jualan dilakukan dari rumah masing-masing. Pembeli bisa memesan melalui whatsapp atau datang langsung. Makanan mulai tersedia sejak shalat tarawih selesai dilaksanakan sampai menjelang waktu subuh. Sedang untuk menu berbuka puasa tersedia mulai pukul 16.00 CLT sampai waktu berbuka.

Fathi, salah satu narasumber mengungkapkan, dalam menyiapkan menu sahur dan berbuka, semua itu dilakukan dengan cara bekerja sama. Di sisi lain, besaran omzet pun tergantung penghasilan yang didapat. Meski begitu, ia tetap berharap usaha yang ada menuai keberkahan dari Allah swt.

Tak hanya menyediakan kebutuhan untuk sesama Masisir, pesanan pelanggan juga berdatangan dari Tanah Air. Adapun yang biasa dipesan dari Indonesia dalah makanan, seperti kurma, kismis, buah tin kering, cokelat kerikil dan lain-lain. Atau produk sandang seperti jubah khas Mesir yang biasa disebut galabiya, peci, tasbih, sorban, dsb.

Promosi dan pemesanan biasanya dengan memanfaatkan media social seperti facebook, instagram, whatsapp. Pesanan akan dikirim dengan memanfaatkan bagasi Masisir yang mudik ke Tanah Air. Tertarik untuk memesan? 

Tim Lentera 2021 PCIM-PCIA Mesir

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!