31.1 C
Jakarta

Menahan Kesombongan

Baca Juga:

Oleh Ashasi, SIP*

Sesungguhnya syetan, iblis dan komunitasnya diusir oleh Allah Swt dari surga ke neraka jahanam bukan semata-mata karena mereka tidak beriman, bukan, namun lebih disebabkan karena syetan itu sombong kepada Allah. Takabur. Diminta sujud kepada Nabi Adam, tidak mau. Alasannya merasa lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan Nabi Adam. Iblis diciptakan dari api sedangkan Adam dari tanah.

Firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 34 : Dan ingatlah ketika Kami  berfirman kepada para malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Sujud dalam hal ini adalah menghormati dan memuliakan Adam, bukan berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri hanyalah kepada Allah Swt saja.

Rasulullah sendiri pernah mengingatkan kepada para sahabatnya, bahkan setengahnya beliau khawatir – sepeninggalannya nanti, umatnya akan dihinggapi oleh satu penyakit yang mereka tidak menyadarinya dan dapat menggerogoti amalnya sendiri. Sahabat bertanya, “Apa itu ya Rasul ?” Takabur – jawab Nabi. Sombong.

Kesombongan. Merasa diri paling hebat (ujub), sesungguhnya adalah salah satu pintu atau celah yang akan dimanfaatkan oleh iblis untuk mengajak umat Muhammad menjadi teman-temannya di neraka kelak. Untuk selama-lamanya. Perilaku sombong sesungguhnya dapat menimpa kepada siapa saja. Tidak kaya atau miskin. Pejabat atau orang biasa. Baik yang berpendidikan tinggi atau rendah. Tetapi dalam sebuah hadits shoheh disebutkan :  Orang  miskin yang sombong lebih dibenci daripada orang yang kaya sombong. Analoginya sederhana, orang yang kaya sombong barangkali masih bisa ditolerir karena ada yang disombongkan, karena dia kaya. Tetapi kalau miskin sombong – apa yang masih dapat disombongkan?

Kapan sifat sombong ini dapat muncul? Ternyata di mana saja. Di rumah, di kantor, di pasar dan pendeknya di manapun. Karena pandainya syetan menggoda kita. Disaat jiwa kita lengah, jauh dari perlindungan Allah – maka saat itulah syetan akan masuk, menggodanya. Itulah makanya ada tuntunan untuk selalu ingat kepada Allah, di manapun kita berada.  Baik diwaktu duduk atau berbaring. Dengan mengingat Allah maka, ada satu perasaan diri, bahwa tidak pernah ada gerak-gerik kita yang terlewati dari pengawasan-Nya.

Bentuk atau implementasi sombong dapat dilihat dari perilaku amalnya yang selalu ingin dilihat oleh orang lain. Kalau tidak ada yang memujinya maka akan kecewa. Produktifitas kerja menurun, karena tidak ada pengawasan diri. Kata-kata yang terlontar, sering mengedepankan keakuannya. Sombong dapat dilawan dengan terus menerus menempa diri untuk ikhlas. Bangga diri dalam dosis yang wajar, tentu sah sah saja, tetapi kalau over, hati-hati, syetan telah merasuk,  bermain dan ingin menari-nari. Sekian..

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!