Oleh: Iwan Setiawan )*
YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah pada 18-20 November 2022 di Surakarta dengan mengangkat Tema “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta” menjadi catatan sejarah tersendiri. Menengok ke belakang bagaimana Muhammadiyah Surakarta tumbuh ternyata menyadarkan betapa sejarah panjang itu bermula. Melalui tulisannya, Iwan Setiawan M.Si, pun mengisahkan Muhammadiyah Surakarta dalam rangka Muktamar ke-48.
Berdirinya Muhammadiyah Surakarta diawali dari inisasi pengajian atau kursus keislaman yang diadakan Sarekat Islam di Kampung Sewu, Kecamatan Jebres. Pengajian atau kursus ini sudah disiapkan di tahun 1913. Para inisiatornya adalah Muhammad Ngabehi Darsosasmito, M. Kromosigro dan Muhammad Ngabehi Parikrangkungan.
Para pengurus ini akhirnya berhasil melaksanakan pengajian atau kursus keislaman di tahun 1914. Kursus ini dilaksanakan sebulan 2 kali. Guru ngajinya adalah Muhammad Misbah, Kiai asal Kauman, Kasunanan. Selain Haji Misbah, guru ngajinya adalah Raden Haji Adnan.
Dalam perkembangannya, banyak peserta pengajian yang bertanya tentang agama Kristen, agama, Budha, Teosofi dan bahkan ilmu kebatinan. Ternyata dalam hal ini Haji Misbah kurang menguasai ilmunya. Lalu Haji Misbah usul agar mengundang kiai berkemajuan pemimpin Muhammadiyah dari Yogyakarta.
Dibentuklah panitia penerimaan kedatangan Kiai Dahlan yang terdiri dari Haji Misbah, Darsosasmito, Harsolumakso, Parikrakungan, Sontohartono, M Sukarno dan M Sudiono. Tahun 1917 Kiai Dahlan datang ke Surakarta dan mengisi pengajian di rumah Harsolumakso di Keprabon Tengah.
Bukan hanya Kiai Dahlan yang datang ke Surakarta untuk mengisi pengajian yang dilaksanakan setiap pekan ini. Juga hadir Haji Fahrodin, Haji Hadjid dan Ki Bagus Hadikusumo. Dalam perjalanannya mereka sepakat mendirikan Muhammadiyah Cabang Surakarta.
Ternyata Muhammadiyah saat itu hanya boleh berdiri di Yogyakarta, tidak boleh berdiri di luar Yogyakarta. Di tahun 1917 Kiai Dahlan memberi usul berdirinya organisasi Bernama Sidiq Tableg Amanat Vatonah ( SATV). Dasar tujuan SATV sama dengan Muhammadiyah.
Ketua SATV pertama dijabat oleh Haji Misbah dan Sekretaris Harsolumakso. Anggota pengurusnya adalah panitia penerimaan kedatangan Kiai Dahlan, ditambah M Abutajib, R Martodiharjo, RM Mangkutaruno dan yang paling muda Muchtar Bukhory.
)* Dosen UNISA Yogyakarta dan Sekretaris Nasional KOKAM