33.8 C
Jakarta

Penistaan Al Aqsa di Palestina Masih Terjadi, Indonesia harus Aktif Hapuskan Penjajahan

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Penistaan masjid suci Al Aqsa, Palestina, oleh penduduk illegal Yahudi sampai saat ini masih terus berlangsung.

Aksi tersebut pun mendapat perlindungan dari otoritas Israel selama hari-hari libur panjang Yahudi di bulan September. Izin untuk menyerbu masjid suci umat Islam tersebut merupakan hasil dari rapat keamanan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Yair Lapid beberapa waktu yang lalu. Larangan untuk menyerbu masjid tidak ada dalam agenda pertemuan.

Menurut Ketua Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Suripto, berdasarkan laporan dari Departemen Wakaf Islam di Yerusalem, kelompok pemukim ini berturut-turut menyerbu Masjid Al Aqsa. Mereka datang dari sisi Gerbang Al Magharibah. Masjid Al-Aqsa menjadi sasaran para pemukim yang menyerbu setiap hari dalam dua shift, pagi dan sore, dengan pengecualian hari Jumat dan Sabtu. Hal ini disebut sebagai upaya pendudukan untuk memaksakan pembagian temporal di Al Aqsa.

“Tentu ini sangat merendahkan kedaulatan masjid Al Aqsa, bangsa Palestina dan umat muslim di seluruh dunia di mana kiblat pertama umat Islam dinistakan secara sistematis oleh otoritas penjajah. Kita menuntut negara-negara dunia Islam untuk bersuara atas propaganda yang sangat provokatif ini. Apalagi masjid ini lama kelamaan sudah mulai rapuh akibat penggalian terowongan di bawahnya. Selain sebagai situs sejarah, masjid ini adalah simbol kemuliaan,” tuturnya saat dihubungi di Jakarta (26/9/2022).

Suripto menambahkan bahwa isu Palestina dan Israel ini, khususnya penistaan terhadap masjid suci Al Aqsa sebenarnya sudah berlangsung puluhan tahun. Hingga saat ini pun masih terus berlangsung dan lembaga dunia seperti PBB hanya bisa mengutuk tanpa bertindak.

“Kita akui bahwa Israel memang menguasai ekonomi dan politik di berbagai negara terutama di negara-negara adikuasa seperti Amerika. Memperjuangkan kemerdekaan Palestina bagi bangsa Indonesia bukan sekedar berdasarkan sentiment historis maupun agamis, tapi juga amanat dari Pembukaan UUD 1945. Kita harus aktif menghapuskan penjajahan, bukan sekedar mengutuk penjajahan.”

Secara terpisah, pengamat sejarah Islam dan pendiri Pusat Kajian Sejarah Hepi Andi Bastoni mengatakan bahwa umat Islam tidak bisa bersatu dalam membela Palestina. Menurutnya, ada dua faktor yang mendampingi yaitu konteks sejarah dan konteks hari ini.

“Terkait sejarah, bagaimana keberadaan Israel di negeri Palestina didukung kuat kekuatan dunia pada Perang Dunia pertama yaitu Inggris dan sekutunya. Dan kedua, hari ini umat Islam terpecah menjadi beberapa negara bagian seperti Syam yang terpecah menjadi Yordania, Lebanon, Suriah dan Palestina sendiri.”

Hal yang sama juga terjadi pada Irak, Kuwait dan Mesir yang tidak memiliki kekuatan politik untuk menekan Israel.

“Solusinya adalah umat Islam harus bersatu, dalam konteks lobi-lobi politik tingkat internasional untuk menekan dunia Barat agar mendukung Palestina,” tutupnya. (*)

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!