27.8 C
Jakarta

Prof Windia Gelorakan MPB Sebagai Embrio Perjuangan Kemerdekaan di Bali

Baca Juga:

 

DENPASAR, MENARA62.COM – Guru Besar Emeritus Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU (74 tahun) yang juga Ketua  Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Wira Bhakti Denpasar meninggal dunia dalam perawatan Intensif di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah di Denpasar, Sabtu dini hari (1/3-2023).
Sosok pria berpenampilan sederhana yang selalu ramah dan akrab dengan lawan bicaranya itu “pergi” untuk selama-lamanya, sehingga mengagetkan banyak pihak dan rasa duka yang mendalam seperti yang dirasakan  Ketua Umum Monumen Perjuangan Bangsal (MPB)  sekaligus  Penglingsir Puri Puncak Bangsal dr. Bagus Ngurah Putu Arhana, SpA (K) ketika melayat ke RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah beberapa saat setelah menghembuskan napas terakhir.

Pria kelahiran Sukawati, Kabupaten Gianyar, 15 Desember 1949 adalah sosok yang sudah banyak makan asam-garam dalam dunia wartawan dan dosen yang mempunyai wawasan dan pandangan luas selalu memegang teguh prinsip nilai-nilai kebangsaan serta memperjuangkan organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) sebagai kebudayaan Bali yang tetap  kokoh dan lestari.

dr. Bagus Ngurah Putu Arhana, SpA (K)  yang begitu dekat dengan almarhum  mengaku memiliki banyak kenangan dengan beliau, khususnya dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan untuk mendukung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam menghadapi persaingan global yang semakin berat.

Suami dari I Gusti Ayu Mandriwati, pensiunan dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar adalah anak pejuang veteran almarhum Made Sanggra yang juga sastrawan Bali modern itu, memang sangat dekat dengan MPB.

Bahkan tahun 1996 sudah menyarankan pengurus  atau Penglingsir Puri Puncak Bangsal untuk merenovasi MPB dan mengajukan proposal Pembangunan ke Pemerintah Provinsi Bali, karena MPB  adalah embrio dari perjuangan kemerdekaan di Bali dan benang merah berkaitan dengan  Monumen Taman Pujaan Bangsa Margarana, Kabupaten Tabanan.

Saran dan usulan dari Ketua Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan 45 Provinsi Bali Prof. Windia tidak segera dapat direalisasi karena pertimbangan dan keterbatasan dana, namun baru tahun 2007 atau sebelas tahun kemudian dapat dilaksanakan dan tahun 2008 MPB diresmikan oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika dengan penandatangan prasasti dan wakil Gubernur Anak Agung Ngurah Puspayoga membuka selubung papan nama MPB.

Renovasi besar-besaran MPB yang sepenuhnya biaya swadaya dari keluarga Puri Puncak Bangsal yang merupakan markas rahasia perjuangan bawah tanah perang Kemerdekaan Republik Indonesia di Bali.

Bahkan Prof Windia baru saja berhasil menerbitkan buku bersama MPB yakni sebuah buku tentang Monumen Perjuangan Bangsal (MPB), edisi kedua berjudul Bangsal Dalam Kenangan Revolusi dan Perang Kemerdekaan di Bali. Dengan sub-judul : Menuju Satu Abad Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) serta Buku Menwa, tutur Ketua Korps Menwa Indonesia (KMI) Provinsi Bali, Bagus Ngurah Rai, BA, SH, MM, MBA.

Ia menilai, almarhum Prof Windia sangat gigih mendorong kerjasama empat pilar yakni  MPB, DHD 45, Gerakan Nasional Pembudayaan Pancasila (GNPP) dan Menwa. Kerjasama itu dinilai sangat strategis karena MPB memiliki hubungan yang sangat erat dengan monumen Perang Laut di Gilimanuk dan pendaratan I Gusti Ngurah Rai Monumen Munduk Malang.

Semua itu adalah pilihan hidup dan sebuah eksponen bangsa yang patut dikenang generasi baru Indonesia, karena warisan itu terkait nilai-nilai ikhlas berkorban, setia kawan dan kebersamaan  dalam suka dan duka. Nilai-nilai kejuangan itulah yang selalu menjadi landasan jiwa kebangsaan para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Prof Windia menyadari dan menggaris bawahi bahwa,  keluarga MPB dalam era perang kemerdekaan bukan keluarga yang miskin, bahkan memiliki rumah bertingkat (loteng), pada saat orang lain masih susah mencari sesuap nasi.

Namun mereka tetap  lebih memilih untuk memihak republik, siap berkorban jiwa raga dan harta benda, padahal banyak orang kaya pada era itu lebih memilih memihak penjajah Belanda demi untuk keamanan kekayaan dan jiwanya.

Untunglah sebuah kenangan abadi dalam sebuah pilihan hidup generasi baru Indonesia yang akan memimpin bangsa Indonesia ke depan. Generasi baru Indonesia tidak pernah bersentuhan dengan aura republik, karena mereka terlahir dalam era digital, globalisasi dan kompetisi yang harus mengambil referensi dari berbagai monumen perjuangan kemerdekaan diantaranya Monumen Perjuangan Bangsal agar nafas kejuangan tetap abadi.

Hal itu sangat strategis karena peranannya yang semakin penting pasca 100 tahun  Indonesia merdeka (pasca tahun 2045) dan pasca pemerintahan generasi baru Indonesia.

Saat generasi baru Indonesia kebingungan mencari arah hidup berbangsa, maka mereka harus berpulang kepada  Markas Perjuangan Bangsal dan berbagai monumen perjuangan lainnya di Bali maupun secara nasional di Indonesia.

Wawasan dan pandangan Prof Windia yang sangat luas itu termasuk selalu mendorong Korps Menwa Indonesia (KMI) Provinsi Bali untuk memberikan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) Gugus Kebangsaan Provinsi Bali yang kini telah menjangkau 8.700 orang.

Gugus Kebangsaan Provinsi Bali terdiri dari organisasi Monumen Perjuangan Bangsal (MPB), Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Bali , Korps Menwa Indonesia (KMI) Bali, Gerakan Nasional Pembudayaan Pancasila (GNPP) dan Ikatan Alumni Menwa Seroja Timor Timur Wilayah Bali, dan berbagai organisasi lainnya.

PPBN yang sudah diselenggarakan selama tiga tahun terakhir dengan swadaya yang merupakan bentuk implementasi Undang-undang (UU) Nomor 23 Tahun 2019. Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara.

Semua itu dapat memperkuat persaudaraan dan kerbersamaan anggota Menwa. Dengan lahirnya generasi bangsa yang berperan aktif dalam memberikan solusi permasalahan dan  menjunjung persatuan dan kesatuan NKRI.

Hal itu dapat menjadi momentum untuk menguatkan tekad membangun bangsa dan tetap kokohnya pembangunan menyangkut berbagai aspek kehidupan  di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Ketua Korps Menwa Indonesia Pvovinsi Bali Bagus Ngurah Rai, bersama Gugus Kebangsaan  secara aktif melakukan  20 kali bakti sosial selama pandemi, antara lain pembagian sembako, menyerahkan alat pelengkap diri dan sebagainya. Ia juga mengatakan bahwa pihaknya ikut serta dalam percepatan vaksinasi Covid-19 dengan mengkoordinir lebih dari 800 relawan mahasiswa PTN/PTS se-Bali hingga ratusan ribu dosis.

Selain itu  menyerahkan  penghargaan kepada tokoh-tokoh yang selalu menerapkan nilai-nilai kebangsaan antara lain kepada Ketua Pemuda Republik Indonesia Bali, Alm. Made Wija Kusuma (Pak Djoko); Ketua LVRI Provinsi Bali, I Gusti Bagus Saputra SH; Ketua Umum Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan 45, Prof. Dr. Wayan Windia, SU; Wakil Gubernur Provinsi Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhan Sukawati; Direktur Utama RSUP Sanglah, dr. I Wayan Sudana, M. Kes; Rektor Universitas Udayana (2013-2017), Prof. Dr. dr.Ketut Suastika. Sp. PD-KEMD; Ketua PMI Bali, Brigjen TNI (Purn) I Gusti Bagus Alit Putra , SH., S. Sos. M.si; Kasdam IX/Udayana (2015/2016) Brigjen TNI (Purn) I Made Sumantra, S. H; Penglingsir Puri Kanginan Buleleng, A. A. Ngurah Parwata Pandji,S.Sos.,M.Si; Ketua Dharma Adhyaksa, Ida Pedanda Nabe Gede Bag Buruan Manuaba.

Selain itu juga menyerahkan penghargaan kepada Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Unud (2013-2017), Prof. Dr.I Nyoman Suyatna, MH; Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Unud (2017-2021),
Prof Dr.Ir Made Sudarma , M.si; Pembina Menwa Unud Prof. Dr. drh. I Nengah Kerta Besung M.Si; Ketua Korps Menwa Indonesia (2010-2021), Ir. Budiono Kartohadiprojo; Komandan Komando Nasional (Konas) Menwa Indonesia Ir. H Ariza Patria, Kepala Staff Komando Nasional (Konas) Menwa Indonesia, M. Arwani Denny, Dewan Pimpinan Nasional Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) Drs. Suyanto Nawawi;
Ketua PWI Bali (1991-2000) dan Tokoh Senior Pers Bali, Drs. Made Nariana; Pemilik Museum Agung Bung Karno, Gus Marhaen; Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali, Sudiarta Indrajaya; dan segenap tokoh publik/tokoh masyarakat lainnya.

Sementara itu, Kasmen Korps Menwa Ugraçena Bali, Mumtazah Mardliyah,S.Ked sebagai perwakilan dari generasi muda juga menyatakan kehilangan yang sangat mendalam atas kepergian mendiang Prof. Windia. “Berawal sejak tahun 2020, saya mulai intens berinteraksiv dengan beliau. Meskipun hanya sebentar, namun cukup banyak kegiatan yang dilalui bersama. Tidak hanya sekedar bersama dalam acara seremonial, tapi kami juga sering bercengkrama berdiskusi memohon bimbingan yang dibalut dengan hangatnya suasana kekeluargaan,” ungkapnya.

Ia menjelaskan banyak hal yang beliau ajarkan. Tidak hanya dalam kata-kata, tetapi juga perilaku. Bagimana seorang guru besar dengan berbagai pengalaman memegang jabatan strategis maupun pimpinan, tetap hidup dalam kesederhanaan yang bersahaja. Beliau juga tidak kaku, tetap bisa bersendau gurau layaknya ayah dengan anak, guru dengan muridnya. Beliau merupakan seorang tokoh panutan bagi kami. “Nasehatmu akan selalu kami ingat. Titahmu akan terus kami perjuangkan,” pungkasnya.(STK/MM/GAB)

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!