JAKARTA, MENARA62.COM – Sejumlah tokoh bangsa seperti Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersamaan dengan Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan, Ketua PP Muhammadiyah Buya Anwar Abbas,dan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof H Moh Mukri secara bersamaan hadir dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Al-Jam’iyatul Washliyah, di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, pada Sabtu (11/6/2022).
“Qadharullah, Allah mempertemukan sejumlah tokoh bangsa pada hari ini, pada Rakernas Al-Jam’iyatul Washliyah,” kata Ketua Umum Al Jam’iyatul Washliyah Dr. Masyhuril Khomis. Ia hadir bersama Ketua Lembaga Dakwah (LD) PBNU KH Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab).
Dalam forum itu, Prof Mukri menyampaikan tentang pentingnya kekompakan yang harus dilakukan oleh ormas Islam dalam membangun bangsa dan negara. Ia pun menuturkan bahwa kehadirannya sebagai bukti bahwa PBNU dan Al-Washliyah mampu bersinergi untuk membangun masyarakat secara bersama-sama.
Pada kesempatan yang sama Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan pemerintah harus jelas keberpihakannya kepada UKM (Usaha Kecil dan Menengah) atau UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Jenis usaha ini merupakan aktivitas usaha yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha milik perorangan saat ini masih tergolong rendah.
Karena itu menurut Buya Anwar Abbas hendaknya pemerintah melakukan affirmative action (tindakan afirmatif) yakni kebijakan yang diambil yang bertujuan agar kelompok/golongan memperoleh peluang yang setara dengan kelompok/golongan lain dalam memajukan ekonomi masyakat menengah kebawah.
Dalam sesi yang berbalas pantun Erick Thohir menuturkan pemerintah telah melakukan intervensi untuk memperkuat UKM. Perhatian khusus ini, lanjut dia, dilakukan agar kelas menengah ke bawah tidak menjadi warga kelas dua di Indonesia. Fakhya kata Erick kini tumbuh sebanyak 7,1 juta. “Yang tadinya 5,6 tumbuh 7,1 juta. Hingga kini jumlah nasabah UMKM Mekar menjadi 12,7 juta,” paparnya.
Dengan pertumbuhan tersebut, dia terus mendorong BUMN agar mensinergikan program UMKM Mekar supaya jumlah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah terus bertambah untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi tak hanya dinikmati segelintir orang atau kelompok.
Dalam sesi akhir Buya Amirsyah memberikan tausiyah mengimbau agar umat Islam yang mayoritas 97 % sebagai pengikut Muhammad (Muhammadiyah) harus bersatu mengikuti jejak langkah perjuangan Rasulullah yang sukses membangun masyarakat madani, menjadi negara Madinah, membutuhkan ulama yang yang kharismatik menyatukan umat dengan wadah Nahdatul Ulama (NU) bersama mempersatukan umat bersama Persatuan Umat Islam (PUI), yang dengan di hubungkan secara berjamaah (Al Jam’iyatul Washliyah), Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI) dan sejumlah ormas lebih dari 70 yang bergabung di MUI.
Karena perintah Allah dalam Qur’an وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا. Artinya (QS.3:103).
Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai …
“Jadi umat wajib bersatu meskipun beda kepentingan ekonomi, politik. Jangan sampai kepentingan politik berbeda membuat kita bercerai-berai,” katanya.
Buya Amiryah menegaskan pilihan politik boleh beda, tapi ukhuwah hanya satu, baik dalam bentuk ukhuwah Islamiyah, insaniyah dan wathaniyah merupakan harga mati. Sebagaimana NKRI merupakan harga mati. Karena itu umat jangan mau di pecah belah, diadu domba dengan isu radikal-radikul, khilafatul muslimin, dan lain-lainnya.