24.5 C
Jakarta

Peringatan HAN 2017, Ini Suara Anak-Anak Indonesia

Baca Juga:

PEKANBARU, MENARA62.COM– Anak-anak Indonesia meminta agar pemerintah mewujudkan hak-hak anak dan melakukan kebijakan untuk memajukan anak Indonesia. Melalui Suara Anak Indonesia, ahal-hal yang dituntut anak-anak Indonesia tersebut antara lain kemudahan pemberian Akte Kelahiran, melibatkan anak Indonesia dalam pengambilan berbagai kebijakan pembangunan, pendewasaan usia pernikahan, perlindungan anak dari asap rokok dan segala bahayanya, peningkatan akses terhadap kesehatan dan pendidikan serta pembelajaran siaga bagi anak-anak di wilayah rawan bencana, dan yang terakhir adalah stop kekerasan terhadap anak.

Puncak peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2017 yang berlangsung di Lapangan Gedung Daerah, Kota Pekanbaru, Riau, dihadiri Presiden dan Ibu Negara. Selain itu hadir pula sejumlah menteri dan pejabat tingkat daerah.

Menanggapi pernyataan ‘Suara Anak Indonesia’ itu, Menko PMK bersyukur bahwa sebagian besar permintaan anak Indonesia itu sudah dapat diwujudkan pemerintah.

“Meskipun ada yang belum terealisasi, kami akan terus bergotong rotong mewujudkannya. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana sosialisasi dan edukasi permintaan atau ajakan anak-anak itu tadi agar mereka paham terutama soal hak-hak dasar mereka, pola asuh orang tua dan guru di sekolah,” katanya lagi.

Menko PMK menambahkan pula bahwa yang perlu dikedepankan saat ini adalah masalah ketahanan keluarga karena dari keluarga lah anak-anak Indonesia memulai segalanya yaitu pendidikan, perilaku, dasar beragama, berinteraksi dan sebagainya. “Pendidikan agama dan karakter juga harus diperkuat, anak-anak Indonesia harus memiliki jiwa yang mantap, berbudi luhur dan berakhlak mulia,” demikian Menko PMK.

Adapun tema HAN 2017 kali ini adalah “Saya Anak Indonesia, Saya Gembira,” peringatan HAN 2017 dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa Indonesia terhadap  perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal, dengan mendorong keluarga Indonesia menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak, sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia dan cinta tanah air.   Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) telah diselenggarakan sejak tahun 1986 silam, berdasarkan Keputusan Presiden No. 44 tahun 1984.

“Saya Puan Maharani, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Anak Indonesia adalah Generasi Penerus Bangsa. Masa anak-anak adalah masa bermain dan belajar dengan gembira. Mari wujudkan anak Indonesia yang cerdas, sehat, dan berbakti. Anak Indonesia, Anak Gembira,” kata Menko PMK dalam pernyataan resminya menyambut Hari Anak Nasional 2017.

Sementara terpilihnya Riau sebagai Tuan Rumah, menurut Meneg PP dan PA, Yohana Yembise, tidak lepas dari imbauan Presiden Joko Widodo yang meminta agar HAN setiap tahunnya diperingati di suatu daerah agar anak-anak Indonesia di daerah itu juga merasakan kehadiran negara. Selain itu, terpilihnya Riau juga  tercatat sebagai provinsi nomor dua terbesar bagi kasus kekerasan terhadap anak, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan Trafficking. Semua kasus yang tentunya menjadikan anak sebagai korban.

Maka, tambah Meneg PP dan PA, perlu adanya kesadaran yang dapat mendorong keluarga Indonesia agar memiliki pengasuhan yang berkualitas, berwawasan, keterampilan dan pemahaman yang komprehensif dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak. Keluarga dinilainya merupakan awal mula pembentukan kematangan individu dan struktur kepribadian seorang anak. Anak-anak akan mengikuti dan mencontoh   orang tua dengan   berbagai kebiasaan dan perilaku karena anak adalah kelompok makhluk yang rentan karena berusia kurang dari 18 tahun.

“Baik buruknya keluarga akan menjadi cerminan bagi masa depan anak. Baik buruknya karakter/perilaku  anak di masa datang sangat ditentukan oleh pola pengasuhan yang diberikan oleh keluarganya dan lingkungan terdekatnya” ujar Yohana lagi. Meneg PP dan PA dalam sambutannya juga menyampaikan keprihatinannya atas masih maraknya pernikahan dini, aksi kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh guru dan orang tua, dan aksi bullying.

Presiden Joko Widodo dalam sambutannya mengingatkan agar anak-anak Indonesia selalu belajar dengan rajin, tidak boleh berbuat aksi perundungan (bullying), apalagi kerap mengejek, mencemooh, dan menghina sesama teman. “Anak-anak justru harus saling banyak menolong, banyak membantu teman. Kalau ada temannya yang sakit, jangan lupa dijenguk dan didoakan agar temannya cepat sembuh,” kata Presiden lagi.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!