SLEMAN, MENARA62.COM – SD Muhammadiyah Daerah Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang tergabung dalam group Korwil Timur, gelar Diskusi Perbandingan Sistem Pendidikan Internasional Jumat pekan lalu. Acara yang digelar di SD Muhammadiyah Noyokerten, Yogyakarta tersebut menghadirkan 3 narasumber yakni Chen Tao (Praktisi Sekolah 3 Bahasa), Teguh Triwianto (Pakar Pendidikan UM Malang), dan Junaedin HM Said (Widya Iswara LPMP).
Para pakar utamanya membahas perbandingan sistem pendidikan antara Indonesia dan China.
Tiongkok atau China memang dikenal sebagai salah satu bangsa dengan budaya yang telah tumbuh sekian ratus tahun lamanya. Sehingga tidak heran sebuah hadist pun menganjurkan kita untuk belajar dari negara tersebut. Salah satunya soal dunia pendidikan.
Ilmu dan pengetahuan sendiri tidaklah statis melainkan bersifat dinamis terus berkembang sesuai dengan kemajuan zamannya. Untuk itu sebuah perubahan dipandang kemudian sebagai keniscayaan, tinggal bagaimana kita bisa menyikapinya secara bijak.
Chen Tao memulai dengan menjelaskan bahwa Negeri China selama 20 th terakhir perkembangan ekonomi dan pendidikan cukup pesat terbukti China kini menjadi salah satu negara maju bahkan mengalahkan Amerika dan Jepang.
“Sistem pendidikan di China hampir sama dengan Indonesia. Hanya bedanya pendidikan di China sepenuhnya ditanggung negara. Gratis bahkan ada uang saku bagi siswa kurang mampu. Pendidikan wajib di sana 9 tahun, dan bila tidak disekolahkan maka orangtuanya akan dihukum,” jelas Chen.
Chen menambahkan, 93% siswa melanjutkan hingga jenjang perguruan tinggi, dengan demikian kualitas pendidikan juga naik. Namun demikian, menurut Chen, bukan berarti tidak ada masalah. Dunia industri dengan banyak pabrik didirikan justru kekurangan tenaga terampil (lulusan SMK).
“Mengapa? Karena banyak siswa yang lebih berharap kepada kerja kantoran ketimbang sebagai tenaga kerja di pabrik. Hingga akhirny pabrik lebih dikembangkan atau didirikan di luar negeri,” ujar Chen.
Selanjutnya, guna menyambut bonus demografi, pemerintah China lebih menekankan pada pendidikan yang di dalamnya fokus kepada skill berbahasa asing, seperti: Inggris, Mandarin, termasuk bahasa Indonesia. (Ailis)