30.1 C
Jakarta

Pertemuan Jokowi, PDIP, dan Partai Komunis China?

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Ahad (22/09/2019), Pengamat Politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Andriadi Achmad mempertanyakan motif dan tujuan utama pertemuan antara Jokowi, Megawati, PDIP dengan Partai Komunis China (PKC). Pasalnya dalam UUD 1945 secara jelas ideologi komunis merupakan ajaran terlarang di Indonesia. Seolah di bawah kepemimpinan Jokowi dan PDIP semakin mempererat hubungan tidak hanya dengan negara Republik Rakyat Cina (RRC), akan tetapi menjalin kemesraan dengan partai berideologi komunis (PKC).
“Pertemuan PDIP dengan PKC tentu akan menimbulkan pertanyaan di tengah-tengah masyarakat. Selama ini PDIP disudutkan dengan isu sebagai partai pendukung komunis. Lantaran beberapa kader PDIP merupakan mempunyai genetis dengan tokoh komunis Indonesia,” ujar Andriadi Achmad saat diwawancarai kalangan media.
Dalam dunia internasional sebelum perang dunia kedua, ada dua blok besar yang saling bersitegang dan berhadapan, yaitu blok timur dipimpin Uni Soviet dan sekutunya dengan mengusung ideologi komunis. Sedangkan blok barat, yaitu dikomandoi Amerika Serikat dan sekutunya mengusung ideologi liberalisme. Adapun posisi Indonesia sebagai salah satu komando negara-negara non blok.
“Saat blok barat dan blok timur bersitegang dan saling berperang, Indonesia di bawah presiden Soekarno memilih jalan non-blok bersama dengan negara-negara Asia dan Afrika. Sehingga pernah terselenggara konferensi Asia Afrika di Bandung,” jelas Dosen FISIP UPN Veteran Jakarta ini.
Direktur Eksekutif Nusantara Institute PolCom SRC (Political Communication Studies and Research Centre) ini mengutarakan bahwa pertemuan antara PDIP dan PKC menunjukkan adanya indikasi kedekatan. Oleh karena itu, perlu dibatasi kedekatan tersebut masih dalam koridor kerja sama ekonomi dan perdagangan, jangan sampai kerja sama lebih jauh apalagi dalam ranah ideologi.
“Perlu dibatasi bahwa kerjasama PDIP dan PKC hanya dalam tataran peningkatan ekonomi dan perdagangan. Kalo sudah masuk dalam kerjasama ideologi, sangat berbahaya dang bisa mengancam NKRI,” demikinan tutup Andriadi Achmad mengakhiri wawancara.
- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!