26.2 C
Jakarta

Bank Dunia: Kebakaran Hutan di Indonesia Telan Kerugian Rp74,5 Triliun

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Total kerusakan dan kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan di Indonesia pada 2019 sedikitnya mencapai 5,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp74,5 triliun. Angka ini setara dengan 0,5 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Hal itu terungkap dalam laporan Bank Dunia, Rabu (11/2019). Perkiraan tesebut berdasarkan penilaian terhadap delapan provinsi yang terkena dampak kebakaran dari Juni hingga Oktober 2019. Bahkan, menurut analis di bank multinasional, kebakaran terus berlanjut hingga November 2019.

“Kebakaran hutan dan lahan, serta kabut asap yang ditimbulkannya, menyebabkan dampak ekonomi negatif yang signifikan, diperkirakan 157 juta dolar (Rp2,2 triliun) dalam kerusakan langsung terhadap aset dan 5,0 miliar dolar AS (Rp71,6 triliun) dalam kerugian dari kegiatan ekonomi yang terpengaruh,” tulis Bank Dunia dalam laporan tersebut, seperti dilansir media-media internasional dan nasional.

Berbagai Dampak Lain

Kemudian, lebih dari 900.000 orang melaporkan penyakit pernafasan, 12 bandara nasional menghentikan operasi, serta ratusan sekolah di Indonesia, Malaysia dan Singapura harus ditutup sementara karena teerganggu kabut asap dari kebakaran tersebut.

Asap yang melayang pada puncak musim kemarau September 2019 juga memicu perdebatan diplomatik antara Kuala Lumpur (Malaysia) dan Jakarta (Indonesia).

Menurut angka resmi, lebih dari 942.000 hektar (2,3 juta hektare) hutan dan lahan terbakar tahun ini, terbesar sejak kebakaran hebat pada 2015 ketika Indonesia melihat 2,6 juta hektare terbakar.

Para pejabat mengatakan lonjakan itu disebabkan oleh pola cuaca El Nino yang memperpanjang musim kemarau.

Bank Dunia juga memperkirakan penurunan 0,09 dan 0,05 poin persentase dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing pada 2019 dan 2020, karena kebakaran. Prakiraan pertumbuhannya untuk Indonesia adalah 5 persen untuk 2019 dan 5,1 persen untuk 2020.

Bank Dunia berkesimpulan, kebakaran itu “buatan manusia dan telah menjadi masalah kronis setiap tahun sejak 1997”. Pasalnya, pembakaran dianggap sebagai metode termurah untuk menyiapkan lahan agar bisa ditanami, terbukti bahwa sekitar 44 persen dari area yang terbakar pada 2019 berada di lahan gambut

Emisi karbon dari kebakaran Indonesia diperkirakan hampir dua kali lipat yang terjadi di Amazon, Brasil, pada tahun ini. Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa memperkirakan total 720 megaton emisi CO2 berasal dari kebakaran hutan Indonesia pada Januari-November 2019.

Efek jangka panjang dari kebakaran berulang tidak termasuk dalam perkiraan ini. Paparan asap berulang-ulang akan mengurangi kualitas kesehatan dan pendidikan dan merusak citra global minyak kelapa sawit sebagai komoditas penting bagi Indonesia. Demikian pernyataan Bank Dunia.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!