31.2 C
Jakarta

Candi Gedong, Mungkin Lebih Tepat Disebut Reruntuhan Candi

Baca Juga:

Candi Gedong, Mungkin Lebih Tepat Disebut Reruntuhan Candi. Candi Gedong berada di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Muarosebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Sebetulnya, agak aneh juga jika dikatakan sebagai candi. Lebih tepatnya dikatakan sebagai sisa candi atau reruntuhan candi. Karena memang itulah yang menjadi kondisi Candi Gedong ini.

Namun tetap tidak mengurangi daya tariknya. Apalagi jika mengingat  komples Candi di Muarajambi ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-6 sampai abad ke-13. Bahkan, dalam sebuah pengujian karbon terhadap sisa perahu yang ditemukan di area ini, ada kemungkinan, area ini dibangun sejak abad ke-3 Masehi.

Lokasi Candi Gedong ini, ke arah baratlaut dari Candi Gumpung, pada jarak sekitar 950 meter. Di lokasi itu akan dijumpai dua kelompok reruntuhan bangunan candi. Namun justru itulah yang menjadi daya tariknya. Seakan kita dibawa ke sebuah era kejayaan masa lalu.

Penduduk setempat menamakan kelompok bangunan itu Candi Gedong atau Candi Gudang Garam. Untuk mencapai lokasi reruntuhan bangunan tersebut, memang tidaklah terlalu sulit.

Pengunjung dapat berjalan kaki melalui jalan yang sudah diberi jalan setapak. Selain jalan kaki, mungkin sepeda menjadi alternatif transportasi yang bisa digunakan di area ini. Pasalnya, di area kompleks ini terlarang bagi kendaraan bermotor. Selain sepeda ontel, sekarang tersedia sepeda listrik.

Ini merupakan jalan penghubung antara kelompok bangunan candi di Situs Muarajambi. Sayang, saat datang mengunjungi area candi Muarajambi ini, tidak semua jalan setapak itu bisa dilewati karena sedang banjir tahunan yang biasa terjadi sejak bulan Desember dan masih terjadi sampai awal Februari ini.

Dari arah Candi Gumpung, tidak jauh setelah menyeberangi Parit Melayu, sampailah pada kelompok bangunan gedong, yang disebut sebagai Candi Gedong I dan Candi Gedong II.

Kelompok bangunan itu ada di sebelah utara jalan setapak yang menghubungkan Candi Gumpung dan Candi Kedaton.

Tembok

Bangunan Candi Gedong I dikelilingi tembok pagar keliling dengan ukuran 65 x 85 meter. Di tengah halaman yang membujur arah barat-timur, agak ke arah barat, terdapat runtuhan bangunan candi yang berdenah bujursangkar. Runtuhan tangga terletak di sisi timur.

Demikian juga runtuhan bangunan gapura halaman candi terletak di sisi timur. Keadaan permukaan dinding kaki bangunan sudah rusak parah. Membutuhkan waktu dan dana yang besar untuk merestorasinya.

Bagian yang masih tersisa ditemukan pada anak tangga. Pada bagian ini, ditemukan sejumlah hiasan. Diantaranya berupa perbingkaian, bingkai padma dan bingkai bulat pada dinding candi dan pintu gerbang masih terlihat jelas.

Dari halaman candi, ditemukan enam umpak batu dengan lubang empat persegi di bagian atasnya, satu kepala arca Budha, beberapa pecahan bata yang bergores gambar dan tulisan, serta pecahan-pecahan keramik dari berbagai periode. Diperkirakan mulai dari pecahan keramik Song (abad ke-10–12 Masehi) sampai keramik Eropa (abad ke-19 Masehi).

Satu hal yang menarik adalah ditemukannya pecahan genting yang dibuat dari tanah liat bakar, dengan teknik pembakaran yang tinggi. Pecahan genting ini diduga beras0al dari sekitar abad ke-8–10 Masehi.

Candi Gedong II

Lokasinya hanya berjarak sekitar 150 meter ke arah barat dari Candi Gedong I. Ditempat ini, terdapat reruntuhan bangunan yang oleh penduduk disebut Candi Gedong II.

Sebagaimana halnya dengan Candi Gedong I, Candi Gedong II juga merupakan runtuhan. Sekeliling halaman candi dibangun tembok keliling yang berukuran 67,5 x 75 meter, membujur arah barat-timur. Runtuhan bangunan gapura terletak di sisi timur. Gapura itu merupakan gapura candi yang berhasil direkonstruksi sehingga berbentuk segi 20 dengan ukuran 10 x 10 meter hingga mencapai ketinggian 5,2 meter.

Di bagian tengah halaman, agak ke arah barat terdapat runtuhan bangunan candi perwara yang denahnya berbentuk bujursangkar, dengan tangganya di sisi timur. Temuan arkeologis yang terdapat di halaman candi berupa satu arca gajah yang di punggungnya terdapat seekor singa. Arca itu dibuat dari batu andesit. Keadaan arca sudah sangat rusak, terutama arca singa yang bagian kepalanya telah hilang. Sel0ain itu, ditemukan juga fragmen arca batu, pecahan-pecahan keramik dari periode Song (abad ke-10-12 Masehi), dan pecahan tembikar.

Dwarapala

Pada tahun 2016, di dekat runtuhan gapura Kompleks Candi Gedong I ditemukan satu arca batu yang berukuran tinggi 1,5 meter. Arca itu diperkirakan arca penjaga pintu (dwārapāla).

Berbeda dengan arca penjaga di Jawa yang digambarkan berwajah garang, arca penjaga tersebut digambarkan berwajah ramah atau malah berwajah jenaka meskipun memakai misai. Tangan kanannya memegang tameng, dan tangan kirinya memegang pangkal gadā (bagian atas gadā telah hilang). Pada telinganya digambarkan memakai anting yang agak besar. Memakai dhotī (pakaian berbentuk cawat).

Penggambaran arca seperti itu, apalagi ditemukan dalam konteksnya dengan gapura, adalah gambaran dari arca dwārapāla (arca penjaga gerbang masuk). Pada umumnya arca dwārapāla ada sepasang, tetapi arca tersebut ditemukan sendiri, atau mungkin pasangannya belum ditemukan. Dan suatu saat akan ditemukan, semoga!

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!