31.3 C
Jakarta

Covid Phobia Muncul, Hati-Hati Penderita Penyakit Kronis

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Keadaan lockdown akibat pandemi Covid-19 bisa memicu timbulnya frustasi masyarakat. Imbasnya masyarakat bisa terkena apa yang disebut Covid Phobia (fobia) yakni kondisi dimana masyarakat ketakutan yang berlebihan terhadap Covid-19.

“Data di Amerika Serikat (AS) menyebutkan terlalu lama masyarakat dalam keadaan lockdown berisiko memicu frutasi yang pada akhirnya bisa membuat Covid Phobia,” kata Dokter Spesialis Paru Siloam Hospitals TB Simatupang dr Henie Widowati SpP, Kamis (28/5/2020).

Gejala Covid Phobia ini antara lain diperlihatkan dengan perilaku orang yang sangat takut ketika harus keluar rumah. Mereka takut tertular Covid-19.

Covid Phobia ini lanjut dr Henie sangat berbahaya terutama bagi pasien penyakit kronis. Keterlambatan penanganan justeru bisa memperparah sakit atau justru mengancam jiwanya. Kondisi ini berisiko terjadi keterlambatan diagnosisi penyakit non-covid dan membuat angka kematian menjadi lebih tinggi.

“Ini perlu diwaspadai untuk khalayak umum, terutama pada mereka yang memiliki penyakit berat dan kronis, seperti jantung, diabtes, dan lainnya. Jika memang ada gejalanya tetap harus ke rumah sakit. Tentunya dengan jaga jarak, memakai masker, dan rajin mencuci tangan,” jelas dia. 

Tidak hanya itu,dr Henie menambahkan kehawatiran akan para pasien yang memerlukan obat rutin akan menebus obatnya sembarangan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Hal ini membuat mereka kebanyakan menebus obat di toko obat,  mengingat apotik memerlukan resep dokter dalam memberikan obat rutin tersebut.

Kekhawatiran yang muncul adalah pertama, tidak ada kepastian obat yang dijual asli atau palsu. Kedua, sebenarnya dengan kontrol rutin dokter ingin memastikan dan menilai perjalanan penyakit apakah bisa dikontrol dengan dosis yang sama.

“Hal inilah yang belum disadari oleh pasien itu sendiri yang malah akan membahayakan pasien itu sendiri,” tegasnya. 

Untuk itu, lanjut dr Henie, diperlukan protokoler keamanan yang diterapkan rumah sakit selain untuk pasien non-covid. Demi memberikan kepastian keamanan kepada para pasien sehingga bisa dilayani dengan baik.

Menjawab hal ini, Siloam Hospitals TB Simatupang telah menerapkan protokoler keamanan yang diberlakukan bahkan sejak awal pandemi ini terjadi. Mulai pre hospital, screening, hingga pelayanan saat di rumah sakit. Pre hospital yang dimaksud adalah pelayanan rumah sakit yang bisa dilakukan di rumah. Salah satunya adalah dengan telemedicine atau tele konsultasi, drive thru, dan layanan home visit. 

Tindakan tersebut diberlakukan untuk kasus yang tidak darurat tapi pasien merasa khawatir sehingga bisa melihat dokter dan berkonsultasi langsung tanpa harus ke rumah sakit. Ini juga bisa dilakukan bagi pasien yang kondisinya tidak membutuhkan obat rutin.

“Pada proses screening sudah dilakukan saat masuk ke rumah sakit dengan melakukan pemeriksaan rapid test. Dengan hasil yang didapat, akan dilakukan pemisahan ruangan atau area  antara pasien yang non covid dengan covid. Di dalam gedung pun kami telah menerapkan berbagai protokoler yang ketat. Salah satunya pembatasan jumlah orang dalam lift,” tegasnya.

Sementara itu, Hospitals Director Siloam Hospitals TB Simatupang dr Harijanto Solaeman MM menambahkan para pasien yang memiliki penyakit kronis dan diharuskan ke rumah sakit tidak perlu khawatir dan takut. Sebab, dengan protokoler keamanan yang diterapkan di Siloam Hospitals TB Simatupang sudah melalukan screening yang berlapis sehinga betul-betul aman saat berada di dalam rumah sakit. Bahkan, protokoler yang diterapkan di rumah sakit lebih aman dibandingkan di supermarket.

“Jadi tidak perlu takut ke ruah sakiit. Ini merupakan cara kami beradaptasi dengan new normal berdamai dengan Covid-19,” tandas dr Harijanto.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!