28.1 C
Jakarta

Desiran Angin Menusuk Sumsum, Pesona Pesantren Alam

Baca Juga:

Sore jelang magrib dua orang santriwati Pondok Pesantren Alam Indonesia, datang menyuguhkan teh dan kue-kue tradisional khas Bulu Dua. Minum teh yang hangat sambil menikmati pemandangan alam ciptaan Tuhan yang begitu indah terasa nikmat.

Panorama yang begitu menggoda bagi anda pencinta alam yang masih natural dan eksotik. Dari kejauhan suara gemercik air dari sungai di lereng bukit. Tanaman jagung yang baru saja panen dan barisan pohon kelapa dengan daun yang menari-nari.

Cobalah agak turun ke bawah. Ada tanaman palawija berbagai jenis. Mulai dari terong, buah kol dan sayuran kangkung. Ambil sebungkus makanan pelet, tebur ke dalam kolam. Ribuan ikan sudah menunggu dengan moncong terbuka mengarah ke atas.

Ada ikan koi, nila, mujahir, dan ada ikan mas. Satu per satu merebut pelet yang ditabur. Inilah indahnya hidup di alam. Air yang jernih dari mata air yang tiada henti. Tampak pula jajaran pohon mangga dan jeruk bali yang di tanam dalam pot besar.

Suara anak-anak santri yang sedang menghafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an menambahkan keteduhan hati. Mereka berkelompok dalam beberapa orang. Dipandu oleh ustadz dan ustadzahnya. Ada yang berkelompok di dalam ruangan ada juga yang di halaman.

Bagi anda yang gemar traveling bersama keluarga dengan suasana berbeda, ini adalah tempat yang tepat. Terdapat kamar-kamar dapat disewa dengan harga yang bersesuaian. Juga restoran dengan berbagai menu dengan rasa yang cukup menggoda.

Dini hari pukul pukul 03.30 wita, suara adzan sudah berkumandang dari masjid. Ini bukan tanda untuk subuh. Melainkan ingatan kepada santri atau umat Islam agar segera bangun. Berwudhu dan segera ke masjid. Melaksanaka shalat lail berjamaah dengan santri. Pengunjung juga boleh ikut berjamaah.

Setelah subuh berjamaah, para santri dan jamaah akan ikut kuliah tujuh menit yang dibawakan oleh para ustadz. Para ustadz datang dari berbagai latar belakang. Termasuk satu orang warga negara Sudan, Afrika Utara, yang sengaja didatangkan mengajar di pondok ini.

Setelah subuh bisa jalan-jalan di lokasi pesantren yang luasnya mencapai 5 hektare. Dengan suhu yang sangat dingin, 18 derajat celsius, bawah baju hangat. Angin sepoi-sepoi akan menusuk ke dalam sumsum tulang belakang.

Terdapat kolam renang dengan ukuran yang standar. Jangan coba langsung terjun ke dalam karena airnya sangat dingin. Bagi yang mau main futsal, terdapat lapangan hijau dan terukur. Di bagian bawah ada sungai. Bisa juga mandi-mandi dengan keluarga menikmati air yang jernih dan deras.

Duduk santai di pinggir kolam sambil menikmati ubi goreng dan kue-kue tradisional dengan secangkir kopi. Di kejauhan para petani sudah mulai menapaki jalan setapak menuju kebun dan sawahnya. Hampir-hampir deretan gunung tertutupi awan putih-hitam, sudah turun dan kejar-kejaran dengan nyiur melambai.

Lokasi

Lokasi pesantren ini berada di lembah dua gunung yang menjulang tinggi. Itulah makanya kampung ini disebut Desa Bulu Dua. Tepat 135 km dari Makassar. Belok kanan di kampung Pekkae Barru ke arah Kabupaten Soppeng.

Kami sekeluarga datang ke sini bersama dengan dosen pembimbingku ketika masih sekolah di UKM Malaysia, Prof Madya Dr Normah Mustaffa. Ini untuk memenuhi harapan pimpinan pesantren untuk membawakan semacam kuliah umum bagi santri, tentu aturan berkomunikasi dalam era digital saat ini.

Pesantren ini dibina oleh DR Dr H Hisbullah Amin SpAn, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang juga pengurus teras Muhammadiyah Sulsel ini mulai sekitar dua tahun lalu. Ada sekitar 50 orang santri dari berbagai latar belakang dan daerah.

Penulis: Haidir Fitra Siagian, Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!