33 C
Jakarta

UAD Kukuhkan Dua Guru Besar, Prof Rully Raih Rekor MURI

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengukuhkan dua guru besar yaitu Prof Dr Suparman MSi, DEA, dan Prof Dr Rully Charitas IP, SSi, MPd, pada Sidang Terbuka Senat UAD, Rabu (9/11/2022). Kedua profesor memiliki prestasi yang luar biasa dan menjadi kebanggaan bagi UAD.

Prof Suparman sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Matematika Terapan dan menjadi Guru Besar pertama di Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sedang Prof Rully Charitas, Bidang Ilmu Pendidikan Matematika sekaligus meraih Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Guru Besar Termuda di Indonesia.

Dalam pengukuhan, Prof Suparman mengemukakan pidato berjudul ‘Penerapan Reversible Jump Markov Chain Monte Carlo pada Pemodelan Bayesian Hirarki Berdimensi Variabel.’ Sedang Prof Rully Charitas mengangkat pidato berjudul ‘Ethno-Realistic Matematics Education, Pembelajaran Matematika Realistik Berkonteks Budaya Indonesia.’

Ketua Senat UAD, Prof Dr Dwi Sulisworo MT mengharapkan capaian kedua profesor tersebut bisa memberikan kemanfaatan yang lebih luas. Saat ini, ada tiga dosen UAD yang sudah diajukan untuk meraih gelar guru besar dan sudah masuk ke Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V.

“Ada lima orang yang sudah disidangkan beberapa waktu lalu dan akan menyusul tiga orang lagi di bulan Desember 2022. Sedang yang masih mengantri di belakangnya ada 12 orang,” kata Dwi Sulisworo.

Rektor UAD, Dr Muchlas MT mengatakan pihaknya mengikuti proses pengajuan jabatan akademik tertinggi ini. Kedua profesor telah melaksanakan secara istikomah, tekun, semangat, pantang menyerah, dan sabar. “Sehingga Prof Suparman dan Prof Rully hari ini dapat dikukuhkan sebagai guru besar,” kata Muchlas.

MURI
Andre Purwandono, Senior Customer Relations Manager MURI (kiri) menyerahkan sertifikat MURI. (foto : screenshootyoutube/heri purwata)

Lebih lanjut Muchlas mengatakan hal yang lebih membahagiakan Prof Rully ditetapkan sebagai Guru Besar Pendidikan Matematika termuda oleh MURI. “Usaha Prof Suparman dan Prof Rully telah menunjukkan kepada kita, selain karya spektakuler, untuk menjadi profesor diperlukan spirit tanpa menyerah, ketekunan dan kesabaran yang tinggi, serta selalu konsisten,” katanya.

Menurut Muchlas, salah satu tantangan UAD dalam pengembangan kualitas akademik adalah kurang cepatnya penambahan kualifikasi dan jabatan akademik, khususnya Lektor Kepala dan Guru Besar. UAD memerlukan banyak Guru Besar agar dapat meningkatkan karya-karya ilmiah, trobosan, dan juga karya-karya spektakuler sehingga bisa memberikan kontribusi yang signifikan bagi penyelesaian masalah kemanusiaan, dan sekaligus dapat membantu meningkatkan martabat bangsa dan negara.

“Selain itu, pada ranah tata kelola, tuntutan akreditasi dengan sembilan kriteria memerlukan perhatian yang serius, terhadap pemenuhan jumlah dosen tetap berkualifikasi doktor, dan berjabatan Lektor Kepala, maupun Guru Besar yang cukup di setiap program studi,” kata Muchlas.

Hal itu yang mendorong UAD untuk terus meningkatkan kualifikasi dan jabatan para dosen. “Ini penting bagi dosen UAD, kami memandang bahwa proses kenaikan jabatan akademik tidak bisa dibiarkan secara alami,” katanya.

Berdasarkan pengalaman, tambah Muchlas, proses alami tidak tidak menunjukkan adanya akselerasi yang dibutuhkan. Karena itu, saat ini UAD telah dan sedang menjalankan kebijakan percepatan kenaikan jabatan akademik Lektor Kepala dan Guru Besar bagi dosen UAD. “Kenaikan jabatan akademik bagi dosen UAD bukan lagi hak, tetapi kewajiban atau setidaknya berderajat Sunnah Muakat,” tandas Muchlas.

Sementara Kepala LLDikti Wilayah V, Prof drh Aris Junaidi PhD mengatakan di penghujung tahun 2022, UAD menambah dua guru besar yang luar biasa. Keberhasilan kedua profesor menambah jumlah guru besar di UAD menjadi 21 profesor. Mereka terdiri tujuh dosen memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN), tujuh dosen tetap Yayasan, satu dosen Dipekerjakan (DPK), dan 13 dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK).

“Tidak mudah mencapai jenjang Guru Besar, karena cukup rumit. Walaupun demikian dosen di perguruan tinggi swasta LLDikti V terus meningkat. Meskipun jumlahnya masih relatif sedikit yaitu 133 orang. Karena itu, dalam program percepatan guru besar, akan terus kami lanjutkan dan kami pacu lebih cepat lagi,” katanya. (*)

 

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!