26.2 C
Jakarta

Dua Titik Refleksi Nilai Kemanusiaan dalam Haji Arafah dan Mina

Baca Juga:

Wukuf di Arafah dan ritual di Mina bukan sekadar kewajiban haji, melainkan titik balik spiritual untuk mengenali jati diri, melawan hawa nafsu, dan meneguhkan kepedulian sosial.

Oleh: Dr. Amirsyah Tambunan Sekretaris Jenderal MUI, anggota Amirul Hajj

 

MENARA62.COM – Wukuf di Arafah merupakan salah satu bagian penting dalam ibadah haji yang selalu dinantikan, bahkan dirindukan oleh jemaah dari berbagai penjuru dunia. Sejak masa Nabi Ibrahim, hingga risalah dilanjutkan oleh Rasulullah Muhammad Saw., wukuf di Arafah menjadi momentum bersejarah yang menyentuh inti kemanusiaan: mengenali jati diri, menyadari dari mana manusia berasal, dan kepada siapa ia akan kembali—yakni kepada Sang Khalik.

Itulah sebabnya Arafah menjadi titik refleksi penting bagi umat manusia untuk mentransformasikan nilai-nilai kemanusiaan yang diperintahkan Allah Swt. dalam Al-Qur’an. Sebagaimana ditegaskan dalam Surah Ali Imran ayat 97:

فِيهِ آيَاتٌۢ بَيِّنَـٰتٌۭ مَّقَامُ إِبْرَٰهِيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنًۭا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًۭا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَـٰلَمِينَ

“Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. Kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, bagi yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan apa pun) dari seluruh alam.”

Ibadah haji merupakan pelaksanaan langsung dari perintah Allah Swt. Pertama, wukuf di Arafah yang mengajak manusia berdiam diri untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kedua, bagi umat Islam yang tidak berhaji, hari Arafah menjadi momen untuk berpuasa. Ketiga, Hari Raya Iduladha adalah momentum yang sangat dinanti untuk menyembelih hewan kurban sebagai wujud tanggung jawab sosial (mas’uliyyah ijtima‘iyyah), khususnya bagi fakir miskin.

Antara Arafah dan Mina

Menurut Al-Malki dalam sebuah pameran sejarah Arafah, tempat ini dinamakan “Arafah” karena menjadi lokasi pertemuan Nabi Adam dan Hawa setelah diturunkan dari surga. Dalam bahasa Arab, kata ‘arafa berarti “mengetahui”. Peristiwa itu menjadi simbol kesadaran manusia akan asal-usul dan jati dirinya, untuk kembali menjalankan perintah Allah demi memperoleh rida-Nya dan meraih surga.

Hubungan Arafah dan Mina juga sarat makna. “Mina” berasal dari al-Muna, bentuk jamak dari umniyyah, yang berarti “keinginan”. Diriwayatkan, ketika Malaikat Jibril akan meninggalkan Nabi Adam, beliau diminta untuk menyampaikan permintaan. Nabi Adam pun menginginkan surga.

Menurut Al-Malki, lembah Mina yang diapit dua gunung—Thabir dan Al-Sabeh—telah dilintasi oleh sekitar 70 nabi yang mengenakan pakaian putih dari wol. Mina juga menjadi saksi kisah Nabi Ibrahim ketika menghadapi godaan setan yang mencoba menggagalkan perintah Allah untuk menyembelih putranya, Ismail. Namun, Nabi Ibrahim tetap sabar dan istiqamah. Inilah puncak keteladanan iman yang dikenang dalam sejarah panjang peradaban.

Prof. Ali Yafie, mantan Ketua Umum MUI, pernah berkata, “Kita harus tahu diri, tahu menempatkan diri, dan sadar diri.” Ungkapan ini sangat relevan ketika kita menjalani wukuf di Arafah, khususnya pada hari ke-9 Zulhijah, yang merupakan puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji dalam rangka menaati perintah Allah Swt.

Mina juga dikenal sebagai tempat melontar jumrah, simbol penolakan terhadap bujukan setan dalam diri manusia. Terletak sekitar 5 kilometer dari Makkah, Mina dijuluki “kota tenda” karena dipenuhi ribuan tenda yang tetap berdiri meski musim haji telah berlalu. Di sanalah jemaah dari berbagai negara berkumpul untuk menunaikan ritual spiritual yang menggugah dan membebaskan.

Arafah dan Mina bukan hanya lokasi geografis, tetapi juga ruang simbolik untuk transformasi spiritual dan kemanusiaan. Dari Arafah yang menyadarkan, hingga Mina yang menguatkan tekad dan perjuangan melawan nafsu dan godaan, keduanya menjadi pelajaran abadi tentang bagaimana manusia menemukan dirinya di hadapan Tuhannya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!