YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Penyandang tuna netra dan autis memiliki kemampuan untuk bisa menjadi manusia mandiri. Salah satunya, program pemberdayaan yang cocok bagi penyandang tuna netra dan autis melalui pelatihan membuat telor asin.
Demikian ditandaskan Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Ir Ali Agus DAA DE pada acara Pemberdayaan Ekonomi untuk Penyandang Autis dan Tuna Netra di Sekolah Autis Bina Anggita Yogyakarta, Selasa (17/1/2017). Kegiatan ini merupakan kerja sama Fakultas Peternakan UGM dengan Mandiri Amal Insani.
Menurut Ali Agus pemilihan usaha memproduksi telur asin karena sebagai produk makanan yang populer, memiliki nilai nutrisi baik, dan prosesnya mudah (sederhana). “Anak berkebutuhan khusus akan mampu memproduksinya, misalnya jadi produk telur asin istimewa,” kata Ali.
Lebih lanjut, Ali Agus mengatakan Fakultas Peternakan UGM telah memiliki Plaza Agro. Tempat ini dapat digunakan sebagai etalase penjualan dari kelompok-kelompok binaan fakultas, termasuk dari kelompok autis, dan tuna netra. “Masih banyak anak berkebutuhan khusus yang memerlukan sentuhan. Kita perlu bergotong-royong dan bersinergi, berat sama dipikul ringan sama dijinjing untuk kesuksesan program,” tandasnya.
Sementara Kepala Bidang PLB Disdikpora DIY, Didik Wardaya MPd MM mengatakan saat ini ada10 ribu penyandang autis di DIY dan jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terbukti dari daftar tunggu di pusat autis DIY yang semakin panjang. “Dari jumlah itu, 4.600 anak mendapat pendidikan sekolah di SLB. Sebanyak 61 siswa yang ada disini adalah bagian dari 10 ribu seluruh DIY itu,”kata Didik.
Didik menjelaskan 4.600 anak yang mendapat pendidikan sekolah ini tersebar di 78 SLB swasta dan negeri. Selaian itu, terdapat 2.700 anak mendapat pendidikan di sekolah reguler dan 1.731 anak belum mendapat layanan pendidikan karena alasan tertentu. “Perlu sinergi lintas sektor untuk mendidik dan memandirikan mereka,” kata Didik.