MACAU, MENARA62.COM – Memasuki hari ke-2, QS Higher Ed Summit : Asia Pasific 2024 di Macau University of Science and Technologi (MUST), Macau SAR, China bertambah menarik.
Karena itulah, dalam diskusi tentang tema : Building a Sustainable Future : The Intersection of Interprenership, Technologi Innovation and Sustainability berlangsung hangat.
Menanggapi persoalan itu,dosen UMS, Ir., Mujiburohman, Ph.D mengatakan, “Ada tiga
pihak, kunci untuk mengkondisikan adanya kolaborasi antara dunia kampus, industri yang saling menguntungkan dan berkelanjutan, yaitu pemerintah, perguruan tinggi, dan industri,” papar Mujib, yang mengikuti acara di MUST, Macau, Rabu (6/11/2024) itu.
Peranan pemerintah, lanjut dia, terletak pada kebijakan yang menetapkan kewajiban industri untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi, tentu kolaborasi yang saling menguntungkan. “Kolaborasi bisa dalam bentuk, riset pengembangan produk dan desain alat industri, kemudian magang mahasiswa, beasiswa dan lain sebagainya,” tambahnya.
Menurutnya, untuk menjaga keberlanjutan kolaborasi perguruan tinggi dan industri, di samping perangkat kebijakan pemerintah, baik perguruan tinggi maupun industri memiliki program-program pendukung. Perguruan tinggi bisa menerapkan magang dalam kurikulumnya, sementara industri bisa memposisikan mahasiswa sebagai tenaga magang yang profesional.
Senada dengan itu, Prof., Ihwan Susila, Ph.D mengungkapkan tantangan karir di masa depan adalah kemampuan adaptasi dengan kebutuhan pekerjaan dan ketrampilan yang harus dimiliki setiap orang. ” Perlu upaya untuk selalu meng update ketrampilan (up skilling) bahkan re-skilling. “Pendidikan tinggi akan memainkan peran yang sangat signifikan untuk menyiapkan talenta masa depan mendesain kurikulum yang adaptif dan kesempatan mahasiswa untuk meningkatkan daya saing di dunia kerja,” jelasnya.
Kurikulum yang adaptif dikembangkan berdasarkan kebutuhan industri dan pemenuhan pada kebijakan pemerintah. Pada bagian lain, Ayu Khoirotul Umaroh, S.KM. M.K.M., mengungkapkan perguruan tinggi perlu memberikan training development pada mahasiswa sehingga mahasiswa punya skill yang dibutuhkan, yakni problem solving, resilient dan enterpreunership. “Perlu dipastikan skill set tersebut dapat bersaing tidak hanya di level lokal, tapi juga global.” (san)