24.5 C
Jakarta

Mendikdasmen Sebut Puasa Bentuk Manusia Berkarakter Mulia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Ibadah puasa menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu`ti berkaitan erat dengan pembentukan karakter manusia. Melalui puasa, seorang manusia ditempa untuk menjadi makhluk yang berkarakter mulia. SDM berkarakter unggul ini menjadi nilai luhur yang harus tercermin dalam diri seluruh insan pendidikan.

Dalam ceramahnya yang bertema Pendidikan Akhlak Menuju Generasi Emas 2045, Menteri Mu`ti mengatakan Puasa sebagai syariat Islam yang bertujuan untuk membawa, mendidik, dan menuntun manusia agar mendapatkan kebahagiaan dalam hidup dan menjadi makhluk yang mulia. “Puasa bukan sekadar ritual tapi bagian dari sarana dan proses pendidikan agar kita menjadi hamba Allah yang berakhlakul karimah,” ujarnya sesaat sebelum pelaksanaan salat tarawih di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (1/3).

Indonesia 2045 merupakan generasi yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Cita-cita itu secara konstitusional tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 33 ayat 1. Dalam pembukaan UUD 1945, alinea keempat disebutkan bahwa di antara tujuan didirikannya negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sementara dalam pasal 33 ayat 1 UUD 45 disebutkan, Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Kemudian, dikaitkan dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan Menteri Mu`ti, tujuan dan fungsi pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang beriman, bertakwa berakhlak mulia, cerdas, terampil, bertanggung jawab terhadap masyarakat masa depan bangsa dan negaranya serta generasi yang demokratis.

“Kaitan antara tujuan didirikannya negara dan tujuan pendidikan maka ibadah puasa sangat erat kaitannya,” tutur Mendikdasmen di hadapan ribuan jamaah. Hal ini diperkuat dengan hasil kajian beberapa tafsir yang menyebut bahwa ibadah puasa merupakan bagian proses edukatif untuk menjadikan manusia makhluk yang bertakwa.

Puasa adalah stimulus bagi manusia dalam mengembangkan potensi baiknya melalui pensucian jiwa. “Ibadah puasa adalah kesempatan untuk membersihkan jiwa kita, ruhani kita dari sifat yang tercela yang mendorong kita pada perbuatan nista yang membuat manusia jatuh pada derajat yang serendah-rendahnya,” jelas Menteri Mu`ti.

Lebih lanjut Mendikdasmen menerangkan, Generasi Emas 2045 adalah manusia yang serba tahu. Generasi yang bertakwa (faithful) yakni memiliki ketakwaan karena kunci kemuliaan manusia dan kejayaan bangsa berada pada diri orang beriman dan berilmu pengetahuan. Lalu, generasi emas adalah generasi yang serba bisa dan terampil (skillful, capable). Generasi emas adalah generasi yang rendah hati (humble) yakni senantiasa menciptkan kemaslahatan di muka bumi, berada pada jalan yang benar, berani berkata benar, dan memiliki sikap hidup sederhana serta suka membantu sesama.

“Generasi emas ini bisa dibentuk melalui puasa yang melatih kita untuk menjadi manusia yang mampu menahan diri, tidak rakus, merasa cukup dengan apa yang kita konsumsi, bersyukur dan mampu meningkatkan derajat kehidupannya dengan berderma kepada sesama,” terang dia.

Menurut Mu`ti, sikap-sikap ini harus dimiliki oleh generasi masa depan agar mereka tidak hanya sukses bagi diri mereka sendiri melainkan juga memiliki komitmen untuk memajukan masyarakat dan berdedikasi demi kemajuan bangsa dan negara.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!