YOGYAKARTA — Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat Muhammadiyah
bekerjasama dengan Takmir Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Pusat Studi Astronomi UAD mengadakan salat sunah gerhana bulan, Rabu (31/1/2018). Salat akan dilaksanakan di Masjid Islamic Center UAD, mulai pukul 19.40 WIB sampai pada pukul 20.15 WIB.
Menurut Yudhiakto Pramudya, PhD, Kepala Pusat Studi Astronomi UAD, salat gerhana bulan diimami H. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag dan ceramah Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA. Sebelum salat gerhana dimulai, Rektor UAD, Dr. H. Kasiyarno, M. Hum memberikan sambutan sebagai bentuk dukungan UAD dalam kegiatan keilmuan dan keagamaan ini.
Selain itu, kata Yudhiakto dilangsungkan juga kajian ilmiah tentang gerhana mulai pukul 18.20 WIB. Kajian ilmiah yang dilaksanakan sebelum salat gerhana dan salat Isya ini akan disampaikan pakar ilmu falak, Drs. H. Oman Fathurrahman SW., M.Ag. Seusai mendapatkan pengetahuan pada kajian ilmiah dan menunaikan salat gerhana, jamaah dapat mengobservasi Gerhana Bulan Total di sekitar masjid Islamic Center UAD.
Observasi dapat dilakukan baik dengan mata telanjang maupun bantuan teleskop. Sejumlah teleskop telah dipersiapkan oleh Pusat Studi Astronomi. “Teleskop-teleskop tersebut dioperasikan oleh mahasiswa-mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Fisika UAD. Selain itu, disiapkan juga teleskop untuk keperluan pengambilan data dan streaming,” kata Yudhiakto yang juga anggota Divisi Hisab dan IPTEK Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah 2015 – 2020.
Gerhana Bulan Total tanggal 31 Januari 2018 dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia. Gerhana Bulan Total ini diawali dan diakhiri oleh Gerhana Bulan Penumbra dan Gerhana Bulan Sebagian. Gerhana Bulan Penumbra mulai terjadi pada tanggal 31 Januari 2018 pukul 17.51 WIB.
“Pada saat tersebut, tidak tampak banyak perubahan pada warna Bulan yang terlihat. Bulan akan mulai tampak ada perubahan warna pada saat memasuki fase Gerhana Bulan Sebagian yaitu pada pukul 18.48 WIB,” katanya.
Perlahan, warna merah akan mendominasi piringan Bulan sampai saat pukul 19.52 WIB. Pada saat tersebut, Bulan memasuki fase Gerhana Bulan Total. Keadaan ini berlangsung sekitar 1 jam yaitu berakhir pada pukul 21.08 WIB. Setelah fase Gerhana Bulan Total berakhir, warna kemerahan berangsur hilang.
Fase ini adalah Gerhana Bulan Sebagian. Bulan akan kembali memasuki fase Gerhana Bulan Penumbra pada pukul 22.11 WIB. Dan fase gerhana berakhir pada pukul 23.08 WIB. Sehingga secara keseluruhan, kita akan menikmati gerhana selama lebih dari 5 jam.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Pusat Muhammadiyah menyatakan bahwa yang disunnahkan untuk salat sunah gerhana adalah selama fase Gerhana Bulan Parsial dan Gerhana Bulan Total, tidak mencakup pada fase Gerhana Bulan Penumbra.
“Salat sunah gerhana dapat diselenggarakan pada rentang waktu tanggal 31 Agustus 2017 pukul 18.48 WIB sampai pada pukul 22.11 WIB. Sehingga, masyarakat mempunyai banyak waktu untuk mengatur pelaksanaan salat gerhana,” katanya.
Dijelaskan Yudhiakto, warna kemerahan pada permukaan Bulan saat gerhana, bisa berubah-ubah tingkat kemerahannya. Hal ini bergantung pada kualitas atmosfer pada saat terjadi gerhana. Salah satu penyebab perubahan kondisi atmosfer adalah letusan gunung berapi. Sehingga, menarik untuk diamati bersama seberapa merah penampakan Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018.
Selain itu, Gerhana Bulan Total ini terjadi tidak lama setelah posisi Bulan berada pada paling dekat dengan Bumi atau disebut dengan perigee. Mengacu pada perhitungan oleh fourmilab, perigee terjadi pada 30 Januari 16.55 WIB. Memang posisi atau jarak Bulan dengan Bumi tidak tetap, karena orbitnya berbentuk elips atau lonjong. Pada saat perigee, piringan Bulan akan nampak lebih besar daripada rata-ratanya. Namun, perubahannya hanya sekitar 14% sehingga tidak akan nampak jauh lebih besar.
Peristiwa terkahir yang menarik adalah pada gerhana bulan total kali ini adalah terjadi pada fase bulan purnama kedua pada bulan Januari. Hal ini karena siklus hitungan kalender masehi dan siklus Bulan berbeda. Memang dimungkinkan terjadinya peristiwa 2 kali purnama dalam 1 bulan kalender contohnya bulan Januari ini. Sehingga dengan rangkaian fenomena yang terjadi tadi, pantaslah bila kita merindukan Gerhana Bulan Total ini.
“Mari kita bersama menikmati keindahan ciptaan Allah dan mensyukurinya serta mengapresiasinya dalam bentuk dukungan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu wujudnya dengan menumbuhkan kesadaran mencintai astronomi melalui pengurangan polusi cahaya,” ujarnya.